Sepasang Pisau Racun

"Klungsur,

Kau memaki ku ya?", hardik Sekarwangi sambil menatap tajam ke arah abdi nya itu.

"Ti-tidak Ndoro,

Berani sumpah samber gledek deh kalau aku berani memaki Ndoro Putri", jawab Klungsur dengan tergagap.

'Duh, bagaimana sih caranya perempuan itu tau kalau aku menggerutu?', batin Klungsur sambil menunduk.

"Kalau sampai kau berani memaki ku, bersiap lah untuk ku penggal kepala mu", ancam Sekarwangi sambil melangkah mendekati Arya Pethak yang tampak sedang membersihkan bajunya yang kotor.

"Sebaiknya kita beristirahat Kakang, pasti kau sudah capek setelah bertarung", ujar Sekarwangi dengan lembut. Senyum manis terukir di wajah cantiknya.

"Iya Ndoro Putri,

Sebaiknya kita segera beristirahat. Badan ku juga lelah" jawab Arya Pethak yang segera melangkah menuju ke dalam rumah kediaman Ki Sentanu. Sekarwangi segera mengikuti langkah Arya Pethak ke dalam rumah bersama Paramita dan Ki Sentanu.

"Huuuuuuuu...

Kalau sama Ndoro Pethak saja, gaya nya sok lembut. Kalau sama aku, mirip macan beranak. Galaknya minta ampun. Beda wajah memang beda perlakuan rupanya.

Nasib... Nasib", gumam Klungsur sambil berjalan mengekor di belakang mereka.

Malam itu, mereka beristirahat dengan tenang sampai pagi tiba di dermaga penyeberangan sungai Brantas.

Sinar matahari pagi mulai menampakkan diri di langit timur. Cahaya nya menghangatkan seisi bumi dari dinginnya malam. Burung burung berkicau riang di ranting pohon menambah keindahan suasana pagi itu.

Usai memberikan upah menginap pada Ki Sentanu, mereka melanjutkan perjalanan ke wilayah Kurawan. Berbekal petunjuk dari Ki Sentanu, mereka menggebrak kudanya menelusuri jalan raya yang menghubungkan antara wilayah Anjuk Ladang dan Kurawan.

Setelah hampir setengah hari perjalanan, mereka sampai di barat Pakuwon Randu Blatung. Di sebuah warung makan yang terlihat ramai, mereka menghentikan langkah kuda mereka.

Arya Pethak, Sekarwangi, Paramita dan Klungsur segera melompat turun dari kudanya dan segera menuntun tunggangan mereka itu ke geladakan yang ada di samping halaman warung makan.

Mereka berempat segera masuk kesana. Seorang pelayan warung makan menyambut kedatangan mereka dengan ramah.

"Selamat datang Kisanak,

Mari silahkan duduk", ujar sang pelayan warung makan dengan sopan. Mereka segera mengikuti langkah sang pelayan menuju ke sebuah meja kosong yang ada di sudut ruangan.

"Mau pesan apa Kisanak?", tanya sang pelayan warung segera.

"Aku mau makan ayam. Sama lalapan mentimun dan daun kemangi", jawab Klungsur dengan cepat.

Sekarwangi segera melotot ke arah Klungsur.

"Kau tidak pernah diajari sopan santun ya Sur?

Apa hak mu memesan makanan lebih dulu?", hardik Sekarwangi sambil mendelik pada Klungsur.

"Duh salah lagi,

Maaf Ndoro Putri maaf. Saya lapar. Tadi pagi di rumah Ki Sentanu saya cuma makan sedikit", ucap Klungsur yang segera menunduk.

"Kau...", belum sempat Sekarwangi menyelesaikan omongannya, Arya Pethak segera memotong ucapan nya.

"Sudah jangan ribut, lupakan sopan santun dan tata krama. Waktunya kita makan.

Pelayan,

Samakan saja dengan pesanan kawan ku ini menjadi 4 wadah ya. Agak cepat sedikit kalau bisa", ujar Arya Pethak sambil menatap ke arah sang pelayan warung makan itu.

Lelaki itu segera mengangguk mengerti dan bergegas menuju ke arah dapur warung.

Kedatangan Arya Pethak dan ketiga pengikutnya menarik perhatian seorang lelaki paruh baya berjenggot lebat yang memakai caping dari anyaman bambu. Dari dandanan nya, bisa di lihat bahwa ia adalah seorang pendekar. Sebuah pedang menggantung di punggungnya.

Beberapa kali, lelaki bertubuh tegap itu menatap ke arah meja makan Arya Pethak.

Tak berapa lama kemudian, si pelayan warung makan segera datang dengan membawa nampan yang berisi makanan pesanan Arya Pethak dan kawan-kawannya.

Klungsur langsung menyambar paha ayam bakar ada di piring nya. Perutnya yang keroncongan membuat dia tidak mau menunda waktu lagi.

Meski Sekarwangi terlihat kesal, tapi dia mencoba untuk menahan diri untuk tidak mengomel karena Arya Pethak yang duduk di sebelah nya tersenyum simpul melihat ulah Klungsur.

Saat mereka sedang asyik menikmati hidangan yang disajikan, dari arah pintu warung makan seorang lelaki bertubuh gempal dengan bekas luka di wajah nya masuk ke dalam warung makan. Di temani dua orang lelaki yang berwajah menyeramkan dan sedikit aneh pakaiannya, mata lelaki berkepala plontos dengan janggut panjang itu menyapu sekeliling warung. Mata lelaki itu berhenti pada si lelaki bercaping yang duduk sendirian di meja yang ada di dekat dinding warung makan.

"Bajingan tengik!

Bersembunyi di sini kau rupanya", teriak si lelaki berwajah codet itu dengan lantang sambil menunjuk ke arah si pria bercaping yang membuat seisi warung makan menoleh ke arah nya.

Melihat itu, seisi warung makan langsung berhamburan keluar dari tempat itu, menyisakan Arya Pethak, Paramita, Sekarwangi, Klungsur dan si lelaki bercaping.

Klungsur yang tengah menggerogoti tulang ayam langsung menghentikan acara makan nya.

"Ndoro Pethak,

Ayo kita keluar", ucap Klungsur dengan raut muka penuh ketakutan.

"Sudah, teruskan saja makan mu. Itu bukan urusan kita", ujar Arya Pethak sambil terus menyuapkan potongan daging ayam ke mulutnya.

Klungsur pun hanya bisa patuh dengan semua omongan Arya Pethak.

Si lelaki bercaping itu segera berdiri dari tempat duduknya. Wajah nya yang tidak terlalu jelas karena tertutup caping, menyunggingkan senyuman tipis.

"Ada apa kau mencari ku, Kebo Biru?

Apa belum puas kau menerima kekalahan mu tempo hari?", ujar si lelaki bercaping itu pada lelaki berwajah codet yang di panggil Kebo Biru.

"Bangsat!

Kemarin aku memang kalah dari mu, Gajah Wiru. Hari ini akan ku balas penghinaan mu kepada ku", teriak Kebo Biru pada Gajah Wiru yang perlahan melepaskan caping yang menutupi sebagian wajahnya.

"Huhhhhh..

Kau selalu besar mulut, Kebo Biru. Berulang kali kalah, masih tetap saja jumawa", ucap Gajah Wiru sambil mencebikkan bibir nya.

Si pelayan warung makan segera mendekati Kebo Biru. Dengan ketakutan, dia mencoba untuk berbicara pada lelaki berwajah codet itu.

"Maaf Pendekar..

Tolong jangan ribut di tempat saya. Ini tempat saya mencari makan. Tolong kasihanilah saya", ujar si pelayan warung makan itu dengan penuh harap.

"Banyak omong!", teriak Kebo Biru yang segera menendang si pelayan warung makan itu dengan keras.

Bukkkkk

Ougghhh

Si pelayan warung makan itu terpental ke arah meja Arya Pethak. Sebelum menghantam meja makan, Arya Pethak segera menangkap tubuh kurus si pelayan warung makan itu tanpa beranjak dari kursi kayu tempat duduknya.

Whuuuggghhh

"Terima kasih atas bantuan mu Kisanak", ujar si pelayan warung makan itu dengan wajah menahan sakit akibat tendangan keras dari Kebo Biru setelah di turunkan ke lantai warung makan. Lelaki bertubuh ceking itu segera berlari menuju ke arah dapur warung makan nya.

Kebo Biru melotot ke arah Arya Pethak sedang Gajah Wiru sedikit terkejut melihat itu semua.

"Hooooooohhh..

Ada jagoan rupanya disini. Apa kau ingin campur urusan ku ha?", hardik Kebo Biru sambil mendelik tajam ke Arya Pethak.

"Aku tidak ada urusan dengan kalian. Disini kami hanya membeli makanan. Sedangkan kau mengganggu waktu makan ku.

Selesaikan urusan kalian tapi jangan mengganggu orang lain", ucap Arya Pethak sambil menoleh ke arah Kebo Biru.

"Baik,

Setelah ku hajar Gajah Wiru, akan ku buat kau menyesali kata kata mu baru saja", ujar Kebo Biru pada Arya Pethak. Pria berwajah codet itu segera mengalihkan pandangannya pada Gajah Wiru yang terkenal dengan sebutan Pendekar Pedang Merah.

"Gajah Wiru,

Bersiaplah untuk mati!", usai berkata demikian Kebo Biru melesat cepat kearah Gajah Wiru yang masih berdiri tenang di dekat meja makan nya. Dia mencabut pedangnya.

Pendekar Pedang Merah dengan cepat segera menendang sebuah kursi kayu yang menjadi tempat duduknya.

Whuuussshh..

Kursi kayu melayang ke arah Kebo Biru yang dengan cepat membabatkan pedang nya ke arah kursi kayu yang menghadang laju pergerakan nya.

Tranggg..

Bruakkk!!

Kursi kayu hancur berantakan akibat sabetan pedang Kebo Biru. Namun gerakan Kebo Biru menjadi melambat saat itu karena terganggu oleh kursi kayu.

Namun demikian, Kebo Biru dengan cepat merubah gerakan tubuhnya dan segera melayangkan tendangan ke arah Gajah Wiru.

Whuuuuttt!

Gajah Wiru melompat ke samping kanan, dan tendangan keras Kebo Biru menghantam meja makan yang ada di dekat nya.

Braakkkk!!

Meja makan hancur berantakan beserta piring makan yang ada di atasnya. Melihat lawan bisa menghindar, dengan penuh ***** membunuh, Kebo Biru kembali menerjang ke arah Gajah Wiru yang tetap tenang saja menghadapi amukan Kebo Biru.

Gerakan Kebo Biru dengan cepat menghancurkan semua perkakas yang ada di dalam warung makan. Menyisakan satu meja makan yang di kelilingi oleh rombongan Arya Pethak. Mata Arya Pethak terus mengamati gerak-gerik dua orang berwajah menyeramkan yang mengiringi Kebo Biru.

Saat Kebo Biru kehilangan keseimbangan tubuhnya akibat tendangan nya bisa di hindari oleh Gajah Wiru, sebuah sikutan cepat mengarah ke ulu hati Kebo Biru.

Duuukkkkkhhh....

Ougghhh!

Kebo Biru terhuyung huyung ke belakang. Melihat itu, salah seorang lelaki berwajah menyeramkan yang mengiringi Kebo Biru diam diam mengeluarkan sebuah pisau kecil yang tersimpan di lengan baju nya. Dengan cepat ia melempar pisau kecil itu kearah Gajah Wiru yang tengah membelakanginya.

Shrrrinnngggg!

Pisau kecil berwarna kebiruan itu segera melesat cepat kearah Gajah Wiru. Belum sempat mengenai tubuh Gajah Wiru, sepotong kayu yang hancur akibat hantaman Kebo Biru melayang cepat menyongsong pisau kecil itu.

Chrreeeppphh!

Pisau itu langsung terjatuh ke lantai warung makan. Si pria berwajah menyeramkan itu melotot melihat serangan nya di mentahkan oleh lemparan kayu, segera dia menoleh ke arah Arya Pethak.

Gajah Wiru yang juga melihat kejadian itu segera menoleh ke arah Arya Pethak yang masih belum berpindah dari tempat duduknya.

"Kenapa kau ikut campur, anak muda? Apa kau ingin mencoba kemampuan Sepasang Pisau Racun?", ujar si lelaki berwajah menyeramkan yang memakai ikat kepala merah itu sambil mendengus marah.

"Aku hanya tidak mau melihat seorang pengecut membokong lawan yang tidak siap.

Bersikaplah jantan, Kakek tua", ucap Arya Pethak yang segera membuat si lelaki berwajah menyeramkan itu marah besar.

"Bangsat!

Rupanya kau ingin menjajal kemampuan Pisau Racun Merah. Baik akan ku kabulkan keinginan mu", teriak lelaki yang memanggil dirinya dengan sebutan Pisau Racun Merah.

Pria itu segera melompat sambil melempar 3 pisau kecil berwarna biru gelap kearah Arya Pethak. Sekarwangi, Paramita dan Klungsur segera menyelamatkan diri dengan menjauhi Arya Pethak.

Setelah melihat kawannya jauh, Arya Pethak segera berdiri dan menendang kursi kayu tempat duduknya untuk menghentikan laju pisau kecil itu.

Creeppphhh creeppp creeppp!!

Pisau kecil segera menancap pada kursi kayu yang di tendang Arya Pethak. Kursi kayu terus melesat ke arah dua orang pengiring Kebo Biru. Si lelaki berwajah menyeramkan yang sedari tadi hanya diam, langsung menghantam kursi kayu.

Bruakkkhh!!!

"Bedebah!

Kau menghina ku bangsat", ujar si Pisau Racun Merah yang segera melempar dua pisau berwarna merah darah kearah Arya Pethak. Segera dia mencabut sepasang pisau besar yang ada di pinggangnya dan melesat cepat kearah Arya Pethak.

Pemuda tampan itu segera merapal Ajian Langkah Dewa Angin nya. Dengan kecepatan yang sukar untuk diikuti oleh mata biasa, Arya Pethak melesat cepat kearah si Pisau Racun Merah. Dengan cepat ia menghindari pisau beracun yang mengarah ke padanya dan dengan cepat menghantam perut si Pisau Racun Merah.

Deshhhh!!

Aaarrghhh!

Si Pisau Racun Merah terpelanting ke belakang dan menghantam dinding kayu warung makan.

Brookk!

Pria paruh baya itu muntah darah segar. Melihat adik seperguruan nya jatuh, Si Pisau Racun Hitam segera melesat cepat kearah Arya Pethak. Dengan cepat ia mencabut pisau besar nya dan menyabetkan nya ke dada Arya Pethak yang baru saja memutar tubuh.

Whuuuuttt!

Arya Pethak lagi lagi menghilang dari pandangan semua orang dan kemudian terdengar suara jerit kesakitan.

Si Pisau Racun Hitam terpelanting ke belakang dan menghantam lantai warung makan dengan keras saat tendangan keras Arya Pethak menghajar perutnya.

Semua orang yang ada di situ melotot melihat kejadian itu tak terkecuali Pendekar Pedang Merah dan Kebo Biru.

Sepasang Pisau Racun adalah dua pendekar golongan hitam yang cukup mempunyai nama di dunia persilatan. Anak murid Dewa Racun Barat itu terkenal dengan ilmu racun nya yang telah membuat beberapa pendekar kehilangan nyawa. Nama besar mereka di takuti di dunia persilatan karena pernah membuat satu perguruan kecil di wilayah Anjuk Ladang musnah akibat racun yang mereka keluarkan.

Namun hari ini, mereka dengan mudah di pecundangi oleh seorang pendekar muda yang baru turun gunung.

Sepasang Pisau Racun menatap bengis kearah Arya Pethak. Perut mereka berdua terasa sakit luar biasa.

Mereka berdua segera berdiri dari tempat jatuhnya. Setelah saling berpandangan sejenak, mereka melesat cepat kearah Arya Pethak yang sudah bersiap menghadapi mereka.

Dengan jurus Sepasang Pisau Memotong Dewa, Si Pisau Racun Hitam mengarahkan pisau besar nya ke arah leher Arya Pethak.

"Mampus kau!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ikuti terus kisah selanjutnya 😁

Yang suka silahkan tinggalkan jejak ya 😁

Selamat membaca 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Bobi Kampus

Bobi Kampus

Kebo, lembu, walang sdh ada. Tinggal menunggu wedhus muncul /Grin/

2024-01-30

0

irfan caul

irfan caul

Warna Biru dan warna Wiru🤔🤔

2023-09-09

0

Andalas 476

Andalas 476

Beda WAJAH ,Beda NASIB 😂

2023-07-27

0

lihat semua
Episodes
1 Korban Kutukan Ketujuh
2 Wafatnya Apanji Tohjaya
3 Tapa Ngalong
4 Ajian Tapak Brajamusti
5 Sudah Saatnya
6 Ujian Pertama Topo Ngrame
7 Dewa Obat dari Selatan
8 Perjalanan
9 Pencuri Kuda
10 Sepasang Pendekar Pemetik Bunga
11 Sapu Tangan Merah
12 Ajian Lembu Sekilan
13 Tugas Dari Patih Pranaraja
14 Jagoan Kampung
15 Sepasang Pisau Racun
16 Mpu Lunggah dari Bukit Penampihan
17 Munculnya Pusaka Penebar Petaka
18 Lembu Pangenggar dan Anak Murid Padepokan Gagar Mayang
19 Nawala
20 Hantu Desa Karangan
21 Hantu Desa Karangan 2
22 Jimat Lulang Kebo Landoh
23 Iblis Golok Pucat
24 Kenapa Buru-buru Pergi?
25 Hutan Kali Mati
26 Racun Ular Kuning
27 Nyamuk Pengganggu
28 Ajian Badai Laut Selatan
29 Tiga Gadis Desa
30 Walet Merah
31 Keributan di Pasar Kadipaten Kurawan
32 Murid Perguruan Pedang Setan
33 Katumenggungan Kurawan
34 Katumenggungan Kurawan 2
35 Menyerbu Markas Kelompok Kelabang Ireng
36 Pertapaan Giri Lawu
37 Ajian Mata Dewa
38 Tiga Resi
39 Keributan di Warung Makan
40 Dewi Ular Siluman
41 Perguruan Pedang Perak
42 Malaikat Maut Mu
43 Rahasia Pedang Perak dan Pedang Setan
44 Masa Depan Perguruan Pedang Perak
45 Melawan Si Mata Malaikat
46 Anjani
47 Penginapan Kembang Sore
48 Penginapan Kembang Sore 2
49 Delapan Setan Pencabut Nyawa
50 Sayembara
51 Arya Pethak Melawan Tumenggung Jaran Sembrani
52 Begawan Pasopati
53 Karawitan Langen Sari
54 Kisah Masa Silam
55 Menuju Ke Kadiri
56 Pengemis Tapak Darah
57 Pengemis Tapak Darah 2
58 Misteri Gunung Penanggungan
59 Nyi Ratu Bulan Darah
60 Segel Suci Empat Arah Lima Pancer
61 Batu Inti Naga
62 Kekuatan Baru
63 Ratapan Di Tengah Hujan
64 Giliran
65 Selamatkan Rara Larasati
66 Dua Putri Lurah Lwaram
67 Kemampuan Beladiri Yang Tersembunyi
68 Dendam Kesumat
69 Persetubuhan Setan
70 Ajian Iblis Neraka
71 Kutuk Pasu
72 Dalang
73 Terbongkarnya Rahasia Dewi Sekar Rinonce
74 Senjata untuk Klungsur
75 Rampok Bajing Ireng
76 Pertarungan Dua Wanita Cantik
77 Tolong Aku
78 Curahan Hati Sang Putri Adipati
79 Rajapati Pisau Perak
80 Orang Bodoh Yang Tidak Tolol
81 Menuju Saunggalah
82 Istana Atap Langit
83 Bertemu Ki Buyut Mangun Tapa
84 Ajian Halimun
85 Di Kaki Gunung Pojoktiga
86 Uji Kemampuan Beladiri
87 Uji Kemampuan Beladiri 2
88 Uji Kemampuan Beladiri 3
89 Uji Kemampuan Beladiri 4
90 Uji Kemampuan Beladiri 5
91 Pendekar Muda Nomer Satu
92 Rahasia Jati Diri Nay Kemuning
93 Lembah Seribu Bunga
94 Balas Dendam
95 Sinar Rembulan
96 Setan Dari Neraka
97 Utusan
98 Dedemit Desa Randublatung
99 Kadipaten Bojonegoro
100 Kitab Pusaka Sabda Buana
101 Resi Mpu Dharma
102 Iri Hati Sang Ibu Tiri
103 Delapan Malaikat Pembunuh
104 Berebut Perahu Penyeberangan
105 Bajak Laut
106 Adipati Arya Wiraraja
107 Cinderamata Dari Pulau Madura
108 Penunggang Kuda di Tengah Malam
109 Menuju Kotaraja Singhasari
110 Nyi Lapat dan Rukmini
111 Sirep
112 Pendekar Sabit Berdarah
113 Sepasang Pedang Gunung Kawi
114 Gorawangsa
115 Pertarungan Tiga Bidadari
116 Mpu Prawira dan Nyi Ratih
117 Pernikahan Arya Pethak, Anjani dan Nay Kemuning
118 Jodoh Masa Kecil
119 Rencana Selanjutnya
120 Rahasia Nyi Sekati
121 Prajurit Gelang-gelang
122 Selir
123 Gembel Tua Berseruling Perak
124 Kitab Ilmu Seruling Neraka
125 Kawan Seperjalanan Baru
126 Anak Buah Raden Ronggo
127 Pertapaan Sapta Arga
128 Resi Candramaya
129 Musuhnya Musuh Adalah Teman
130 Kisruh Istana Pakuwon Sendang
131 Kematian Akuwu Surenggono
132 Supit Urang
133 Menggempur Kota Wengker
134 Menggempur Kota Wengker 2
135 Kota Wengker Jatuh
136 Adipati Warok Singo Pethak
137 Siasat Raden Ronggo
138 Pertarungan di Barat Pakuwon Tapan
139 Perang Akhir
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Korban Kutukan Ketujuh
2
Wafatnya Apanji Tohjaya
3
Tapa Ngalong
4
Ajian Tapak Brajamusti
5
Sudah Saatnya
6
Ujian Pertama Topo Ngrame
7
Dewa Obat dari Selatan
8
Perjalanan
9
Pencuri Kuda
10
Sepasang Pendekar Pemetik Bunga
11
Sapu Tangan Merah
12
Ajian Lembu Sekilan
13
Tugas Dari Patih Pranaraja
14
Jagoan Kampung
15
Sepasang Pisau Racun
16
Mpu Lunggah dari Bukit Penampihan
17
Munculnya Pusaka Penebar Petaka
18
Lembu Pangenggar dan Anak Murid Padepokan Gagar Mayang
19
Nawala
20
Hantu Desa Karangan
21
Hantu Desa Karangan 2
22
Jimat Lulang Kebo Landoh
23
Iblis Golok Pucat
24
Kenapa Buru-buru Pergi?
25
Hutan Kali Mati
26
Racun Ular Kuning
27
Nyamuk Pengganggu
28
Ajian Badai Laut Selatan
29
Tiga Gadis Desa
30
Walet Merah
31
Keributan di Pasar Kadipaten Kurawan
32
Murid Perguruan Pedang Setan
33
Katumenggungan Kurawan
34
Katumenggungan Kurawan 2
35
Menyerbu Markas Kelompok Kelabang Ireng
36
Pertapaan Giri Lawu
37
Ajian Mata Dewa
38
Tiga Resi
39
Keributan di Warung Makan
40
Dewi Ular Siluman
41
Perguruan Pedang Perak
42
Malaikat Maut Mu
43
Rahasia Pedang Perak dan Pedang Setan
44
Masa Depan Perguruan Pedang Perak
45
Melawan Si Mata Malaikat
46
Anjani
47
Penginapan Kembang Sore
48
Penginapan Kembang Sore 2
49
Delapan Setan Pencabut Nyawa
50
Sayembara
51
Arya Pethak Melawan Tumenggung Jaran Sembrani
52
Begawan Pasopati
53
Karawitan Langen Sari
54
Kisah Masa Silam
55
Menuju Ke Kadiri
56
Pengemis Tapak Darah
57
Pengemis Tapak Darah 2
58
Misteri Gunung Penanggungan
59
Nyi Ratu Bulan Darah
60
Segel Suci Empat Arah Lima Pancer
61
Batu Inti Naga
62
Kekuatan Baru
63
Ratapan Di Tengah Hujan
64
Giliran
65
Selamatkan Rara Larasati
66
Dua Putri Lurah Lwaram
67
Kemampuan Beladiri Yang Tersembunyi
68
Dendam Kesumat
69
Persetubuhan Setan
70
Ajian Iblis Neraka
71
Kutuk Pasu
72
Dalang
73
Terbongkarnya Rahasia Dewi Sekar Rinonce
74
Senjata untuk Klungsur
75
Rampok Bajing Ireng
76
Pertarungan Dua Wanita Cantik
77
Tolong Aku
78
Curahan Hati Sang Putri Adipati
79
Rajapati Pisau Perak
80
Orang Bodoh Yang Tidak Tolol
81
Menuju Saunggalah
82
Istana Atap Langit
83
Bertemu Ki Buyut Mangun Tapa
84
Ajian Halimun
85
Di Kaki Gunung Pojoktiga
86
Uji Kemampuan Beladiri
87
Uji Kemampuan Beladiri 2
88
Uji Kemampuan Beladiri 3
89
Uji Kemampuan Beladiri 4
90
Uji Kemampuan Beladiri 5
91
Pendekar Muda Nomer Satu
92
Rahasia Jati Diri Nay Kemuning
93
Lembah Seribu Bunga
94
Balas Dendam
95
Sinar Rembulan
96
Setan Dari Neraka
97
Utusan
98
Dedemit Desa Randublatung
99
Kadipaten Bojonegoro
100
Kitab Pusaka Sabda Buana
101
Resi Mpu Dharma
102
Iri Hati Sang Ibu Tiri
103
Delapan Malaikat Pembunuh
104
Berebut Perahu Penyeberangan
105
Bajak Laut
106
Adipati Arya Wiraraja
107
Cinderamata Dari Pulau Madura
108
Penunggang Kuda di Tengah Malam
109
Menuju Kotaraja Singhasari
110
Nyi Lapat dan Rukmini
111
Sirep
112
Pendekar Sabit Berdarah
113
Sepasang Pedang Gunung Kawi
114
Gorawangsa
115
Pertarungan Tiga Bidadari
116
Mpu Prawira dan Nyi Ratih
117
Pernikahan Arya Pethak, Anjani dan Nay Kemuning
118
Jodoh Masa Kecil
119
Rencana Selanjutnya
120
Rahasia Nyi Sekati
121
Prajurit Gelang-gelang
122
Selir
123
Gembel Tua Berseruling Perak
124
Kitab Ilmu Seruling Neraka
125
Kawan Seperjalanan Baru
126
Anak Buah Raden Ronggo
127
Pertapaan Sapta Arga
128
Resi Candramaya
129
Musuhnya Musuh Adalah Teman
130
Kisruh Istana Pakuwon Sendang
131
Kematian Akuwu Surenggono
132
Supit Urang
133
Menggempur Kota Wengker
134
Menggempur Kota Wengker 2
135
Kota Wengker Jatuh
136
Adipati Warok Singo Pethak
137
Siasat Raden Ronggo
138
Pertarungan di Barat Pakuwon Tapan
139
Perang Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!