Lembu Pangenggar dan Anak Murid Padepokan Gagar Mayang

"Aku hanya seorang pemuda dusun yang baru turun gunung, Mpu..

Tidak lebih dari itu", ujar Arya Pethak sambil tersenyum tipis.

Mpu Lunggah menggelengkan kepalanya melihat tingkah Arya Pethak yang masih menyembunyikan diri nya.

"Aku tidak akan bertanya lebih jauh lagi, Pethak.

Saran ku, berhati-hati lah dalam perjalanan ini. Pasti akan banyak orang yang menghadang mu hanya untuk mendapatkan Keris Mpu Gandring di tangan mu itu", saran Mpu Lunggah dengan penuh kasih sayang.

"Terimakasih atas sarannya Mpu,

Nasehat bijak mu akan menjadi pegangan hidup ku di perjalanan ini", ucap Arya Pethak sambil tersenyum tipis.

"Sebelum kalian melanjutkan perjalanan, kalian harus sarapan pagi lebih dulu.

Ayo kalian semua kemari", ujar Nyi Parwati sambil berdiri di depan serambi kediaman Mpu Lunggah.

Arya Pethak segera melangkah menuju ke serambi kediaman Mpu Lunggah diikuti oleh Sekarwangi, Gajah Wiru dan Paramita. Klungsur mengekor di belakang mereka.

Nyi Parwati menyajikan makanan yang di peroleh dari kebun sendiri. Pagi itu mereka sarapan dengan penuh keceriaan.

Usai sarapan, rombongan Arya Pethak segera mohon undur diri untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju ke Kurawan.

Mpu Lunggah dan Nyi Parwati menatap ke arah kepergian mereka hingga menghilang di balik tikungan jalan.

Rombongan Arya Pethak terus memacu kuda mereka menuju ke arah barat.

Sementara itu Ronggo Geni yang berhasil kabur dari bukit Penampihan, menemui saudara seperguruan Kebo Waseso yang bernama Lembu Pangenggar di Perguruan Gagar Mayang. Pria bertubuh gempal itu nampak mengelus jenggotnya yang sudah banyak di tumbuhi uban.

"Jadi orang yang menghabisi Kakang Waseso memiliki Keris Mpu Gandring?

Berita ini tidak boleh menyebar, sebab jika sampai terdengar para pendekar lain maka pasti mereka akan mengejar pemuda itu", ujar Lembu Pangenggar sambil menatap ke arah Ronggo Geni.

"Benar Paman Guru,

Kita harus cepat merebut nya sebelum jatuh ke tangan orang lain", Ronggo Geni sangat berharap agar Lembu Pangenggar segera bergerak agar Lembu Pangenggar cepat membalaskan dendam kematian Kebo Waseso.

"Baiklah Ronggo,

Ajak Paksi Abrit dan beberapa anak murid Perguruan ku untuk membantu kita.

Segera setelah mereka siap, kita berangkat", perintah Lembu Pangenggar sambil segera berdiri. Pria paruh baya berbadan gempal itu segera bergegas menuju ke tempat tidur nya, mengambil sebuah pedang yang tergantung di dinding kamar tidur nya.

Setelah itu dia segera keluar. Ronggo Geni, Paksi Abrit, Gondho, Kartowaluyo, dan Dampar sudah menunggu nya di depan serambi rumah Lembu Pangenggar.

"Paman Guru,

Orang yang ku suruh mengawasi mereka mengatakan bahwa mereka baru saja berkuda ke arah barat. Seperti nya mereka menuju ke arah Kurawan", lapor Ronggo Geni dengan cepat.

"Kalau begitu, kita cegat mereka di tepi hutan Gondorukem saja.

Ayo cepat kita berangkat sebelum mereka semakin jauh", ujar Lembu Pangenggar sambil bergegas melompat ke atas kudanya diikuti oleh Ronggo Geni, Kartowaluyo, Paksi Abrit, Gondho dan Dampar. Mereka segera menggebrak kuda mereka masing-masing menuju ke arah Hutan Gondorukem. Dengan memotong kompas, mereka telah sampai di tepi Hutan Gondorukem.

Dari kejauhan, rombongan Arya Pethak memacu kudanya dengan cepat kearah mereka.

"Berhenti!!!"

Teriakan keras Ronggo Geni membuat Arya Pethak dengan cepat menarik tali kekang kudanya.

Hiieeeekkkkhhh...

Kuda meringkik keras dan kemudian berhenti mendadak. Kawan kawan Arya Pethak pun melakukan hal yang sama.

Di tengah jalan, Ronggo Geni menghadang di temani oleh Lembu Pangenggar dan keempat murid nya.

"Hei kau,

Mau mati konyol ya? Kenapa menghalangi jalan kami?", hardik Paramita dengan keras. Perempuan cantik itu nyaris jatuh dari kudanya andai saja Arya Pethak tidak segera menarik lengan kiri nya.

"Cantik cantik galak juga rupanya.

Kau cukup diam saja perempuan cantik, urusan ku adalah dengan teman mu itu.

Kalau sudah beres, nanti kau ku bawa ke Padepokan Gagar Mayang untuk ku jadikan gundik ku hahahaha", tawa Ronggo Geni pecah. Keempat murid Lembu Pangenggar turut tertawa terpingkal-pingkal mendengar ucapan Ronggo Geni. Hanya laki laki tua itu saja yang tetap tenang meski pandangan mata nya tajam ke arah Arya Pethak.

"Kurang ajar!

Mulutmu pantas di beri pelajaran", teriak Paramita yang langsung mencabut pedangnya dan melesat cepat kearah Ronggo Geni. Sabetan pedang Paramita nyaris memotong leher Ronggo Geni jika pemuda itu tidak cepat berguling ke tanah menghindari sabetan pedang Paramita. Keempat orang anak murid Padepokan Gagar Mayang langsung menyebar dan bersiap dengan kuda-kuda ilmu silatnya masing-masing.

Paramita terus memburu kearah Ronggo Geni dengan sabetan pedang nya. Cucu Begawan Tirta Wening itu begitu marah mendengar omongan Ronggo Geni yang akan menjadikan nya sebagai gundik.

Sabetan pedang Paramita nyaris merobek punggung Ronggo Geni saat pemuda itu memutar tubuhnya. Untung saja dia sempat melihat pergerakan itu dan segera menghindar. Tapi baju Ronggo Geni sobek terkena sabetan pedang Paramita.

"Sekarang baju mu, sebentar lagi tubuhmu yang aku cincang, lelaki mesum", teriak Paramita dengan galaknya. Perempuan itu segera menyabetkan pedang nya ke arah leher Ronggo Geni. Murid Kebo Waseso itu mau tidak mau mencabut pedangnya untuk menangkis serangan Paramita yang kian gencar.

Thrrriiinnnggggg..

Terdengar suara nyaring saat dua pedang mereka berdua beradu. Dengan cepat Paramita melayangkan tendangan keras kearah perut Ronggo Geni yang baru saja berhasil menangkis sabetan pedang nya.

Dhiesshhhhhhh...

Aauuggghhhh!

Ronggo Geni menjerit saat tendangan Paramita telak menghajar perutnya. Pemuda itu terhuyung ke belakang. Paramita yang melihat lawannya sedikit lengah, segera melompat maju sambil membabatkan pedang nya. Meski Ronggo Geni sempat melihat pergerakan itu, namun usahanya untuk menghindar gagal setelah dengkul Paramita menghantam dada nya dengan keras.

Bukkkkk

Aaarrghhh!

Ronggo Geni terjengkang ke belakang. Darah segar muncrat dari mulutnya. Paramita dengan cepat melesat kearah Ronggo Geni dan menebas leher pemuda itu dengan cepat.

Chrraaasssshhh..

Tebasan pedang Paramita nyaris membuat leher Ronggo Geni putus. Murid Kebo Waseso itu tewas menyusul gurunya dengan bersimbah darah.

Di sisi lain pertarungan, Gajah Wiru alias Pendekar Pedang Merah terus menangkis sabetan kapak kembar dari Gondho yang berbadan besar.

Meski gerakan Gondho lambat, tapi semua serangan nya sangat berbahaya.

Whuuuuttt..

Sabetan kapak di tangan kanan Gondho terayun cepat kearah kepala Gajah Wiru. Pendekar itu segera berkelit menghindari serangan Gondho sambil mengayunkan pedangnya kearah leher Gondho.

Melihat nyawanya terancam, kapak di tangan kiri Gondho menangkis sabetan pedang Gajah Wiru.

Traaaaannnggggg!

Saat dua senjata beradu, Gondho segera menyapukan kakinya pada kaki kanan Gajah Wiru. Si Pendekar Pedang Merah itu tarik pedangnya, sambil melompat mundur.

Gondho terus mengayunkan kapak di tangan kanannya dengan cepat kearah dada Gajah Wiru. Si Pendekar Pedang Merah rendahkan tubuhnya, menghindari kapak Gondho.

Dengan cepat ia menghantamkan tangan kiri nya ke arah perut Gondho yang buncit.

Bukkkkk

Gondho hanya tersenyum saja sambil mengayunkan kapak di tangan kiri nya ke arah lengan kanan Gajah Wiru. Melihat lawan mengincar lengan nya, Pendekar Pedang Merah menggebuk tanah dengan ujung pedang yang membuat tubuh Gajah Wiru melenting tinggi ke udara. Sambil memutar tubuhnya di udara, Gajah Wiru dengan cepat menghantam bahu kiri Gondho dengan keras memakai kaki kanan.

Dhiesshhhhhhh..!!

Ougghhh!

Gondho meraung keras. Kapak di tangan kiri nya jatuh karena sakit yang dia terima akibat hantaman kaki kanan Gajah Wiru.

Dengan penuh amarah Gondho menerjang maju ke arah Gajah Wiru meski dengan satu kapak di tangan nya.

Sementara itu Paksi Abrit menghadapi Arya Pethak, Kartowaluyo melawan Ragil Kuning dan Klungsur beradu jotos dengan Dampar.

Paksi Abrit terus mencoba untuk membongkar pertahanan Arya Pethak yang hanya menyerangnya sesekali tapi berhasil membuat bibir Paksi Abrit bengkak sebelah dengan luka pecah dan matanya gosong akibat hantaman tangan kanan Arya Pethak.

"Bangsat!

Kau berani membuat ku begini. Akan ku cabut nyawamu", teriak Paksi Abrit sambil mengisap bibirnya yang berdarah dengan kasar.

Tangan Paksi Abrit segera menyilang di depan dada. Lalu muncul asap putih berbau busuk yang merupakan bagian dari Ajian Gandamayit ajaran Lembu Pangenggar. Meskipun ajian itu belum sampai tahap akhir, tapi sudah mampu membunuh seekor gajah dalam sekali hantam. Tangan Paksi Abrit berubah warna menjadi putih pucat akibat sinar putih yang membungkus tapak tangan kanan Paksi Abrit.

Arya Pethak segera merapal Ajian Langkah Dewa Angin nya.

Segera Paksi Abrit menghantamkan tangan kanannya ke arah Arya Pethak.

Shiiiuuuuuuutttt...

Tiba-tiba saja tubuh Arya Pethak menghilang dari pandangan saat sinar putih itu hampir menyentuh tubuhnya.

Blarrrr!!!!

Tanah tempat sinar putih itu jatuh meledak dengan keras dan menyisakan lobang besar. Saat Paksi Abrit kebingungan mencari Arya Pethak, seperti kilat Arya Pethak muncul dan menghajar perut Paksi Abrit dengan kepalan tangan kanan nya yang sudah di lapisi tenaga dalam nya.

Jedhaaassshhhh!!

AAAARRRGGGHHHH!!

Paksi Abrit berteriak keras. Tubuhnya terpental jauh ke belakang. Lembu Pangenggar yang sedari tadi hanya memperhatikan jalannya pertarungan langsung melesat menangkap tubuh murid kesayangan itu.

Paksi Abrit muntah darah kehitaman pertanda bahwa dia menderita luka dalam yang serius. Segera Lembu Pangenggar menotok jalan darah dan beberapa urat nadi Paksi Abrit.

Usai mendudukkan tubuh Paksi Abrit, lelaki tua itu menatap tajam ke arah Arya Pethak.

"Boleh juga kau anak muda.

Ternyata kau memang bukan orang yang bisa di remehkan. Aku akui kebolehan mu. Tapi ilmu kedigjayaan mu masih di bawah ku.

Serahkan Keris Mpu Gandring padaku, maka ku anggap permasalahan ini selesai. Jika tidak...", ucap Lembu Pangenggar dengan nada mengancam.

"Jika tidak apa?", tanya Arya Pethak dengan sedikit ketus.

"Tentu saja akan ku kirim kau menemani kakak seperguruan ku di neraka", ujar Lembu Pangenggar dengan cepat.

"Phuihhhh...

Kau pikir aku akan takut mendengar gertakan mu kakek tua ha ??? Langkahi dulu mayat ku jika ingin mengambil Keris Mpu Gandring", tantang Arya Pethak dengan keras.

"Bedebah!

Dasar tidak tahu di untung!

Rupanya kau ingin cepat mati ya? Baik, aku akan kabulkan keinginan mu", ucap Lembu Pangenggar dengan marah. Pria sepuh bertubuh tegap itu dengan cepat melesat ke arah Arya Pethak yang telah mempersiapkan diri untuk menghadapi Lembu Pangenggar.

Whuuuggghhh!!

Dengan cepat, tangan kanan Lembu Pangenggar bergerak ke kepala Arya Pethak.

Putra Mpu Prawira itu segera menggeser posisi kepalanya dan memutari lengan Lembu Pangenggar sambil menyikut kearah ulu hati kakek tua itu.

Tangan kiri Lembu Pangenggar dengan cepat menahan sikutan cepat dari Arya Pethak. Orang tua itu segera menyapu kaki kanan Arya Pethak. Putra Mpu Prawira segera angkat kaki kanan hindari serangan lalu menurunkan kaki kanan dengan cepat ke tengah kuda-kuda Lembu Pangenggar. Setelah mendapat pijakan, kedua tangan Arya Pethak segera berputar di depan perut lalu dengan cepat ia hantamkan ke arah perut Lembu Pangenggar.

Dhaaassshhhh!!

Lembu Pangenggar terdorong mundur beberapa langkah kebelakang. Perutnya sakit seperti baru ditimpa batu besar.

Sambil menahan sakit pada perut nya, Lembu Pangenggar segera merapal Ajian Gandamayit andalannya. Tangan kanannya berubah warna putih pucat dengan bau busuk seperti bau mayat yang membusuk.

Arya Pethak segera bersiap menghadapi lawan. Pemuda tampan itu merapal Ajian Lembu Sekilan milik nya. Sinar kuning keemasan segera melingkupi seluruh tubuh Arya Pethak.

Lembu Pangenggar dengan cepat melesat ke arah Arya Pethak sambil mengayunkan tangan kanannya yang sudah berubah menjadi putih pucat.

"Mampus kau...

Chiyyyaaaattttt!!!!"...

Shiiiuuuuuuutttt...

Kembali Arya Pethak menghilang dari pandangan semua orang. Kemudian dia muncul secara tiba-tiba di depan Lembu Pangenggar.

Setengah terkejut, kembali Lembu Pangenggar hantamkan Ajian Gandamayit pada Arya Pethak. Kali ini tubuh Arya Pethak benar benar mendapat pukulan telak.

Blaaammmmmmmm!!!

Terdengar suara ledakan keras dari tubuh Arya Pethak. Lembu Pangenggar tersenyum lebar karena merasa sudah berhasil membunuh lawan nya. Namun dalam sekejap mata, senyum Lembu Pangenggar menghilang saat melihat Arya Pethak baik baik saja malah melesat cepat kearah nya sambil menghantamkan tangan kanannya yang sudah berubah warna menjadi biru terang.

Karena jarak yang terlalu dekat, Lembu Pangenggar tidak sempat menghindar saat tangan Arya Pethak yang sudah di lapisi dengan Ajian Brajamusti menghajar dada kanan nya.

Dhuuuaaaaarrrrrr!

Aaarrghhh!!

Lembu Pangenggar menjerit keras saat Ajian Brajamusti membuat dada kanan nya berlubang tembus ke punggung nya. Pria tua itu roboh dan tewas seketika.

Paksi Abrit yang melihat gurunya tewas, segera di seret oleh Kartowaluyo yang berhasil lolos dari amukan Si Ragil Kuning. Mereka berhasil kabur. Dampar yang sudah babak belur di hajar Klungsur pingsan usai kepalanya di hantam balok kayu oleh Klungsur. Gondho pun tewas di tangan Gajah Wiru usai pedang merah nya menusuk ulu hati si Gondho.

Arya Pethak segera mendekati kawannya usai bertarung melawan Lembu Pangenggar.

Dengan penuh perhatian, dia bertanya pada mereka berempat.

"Apa kalian baik baik saja?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

*Mohon maaf jika update episode cerita ini lambat karena author lebih memusatkan perhatian pada cerita author yang lain agar segera tamat🙏🙏

Yang jelas jika cerita sebelah tamat, maka fokus author adalah cerita ini 🙏🙏

Terimakasih author ucapkan kepada semua reader yang masih setia menanti kelanjutan cerita ini 🙏😁🙏

Selamat membaca 😁🙏😁*

Terpopuler

Comments

glanter

glanter

hehehe jadi lembu saudaraan sama kebo....😂😂😂😂😂

2023-07-08

2

Thomas Andreas

Thomas Andreas

lanjuttt

2023-05-23

0

rajes salam lubis

rajes salam lubis

mantap

2022-10-13

1

lihat semua
Episodes
1 Korban Kutukan Ketujuh
2 Wafatnya Apanji Tohjaya
3 Tapa Ngalong
4 Ajian Tapak Brajamusti
5 Sudah Saatnya
6 Ujian Pertama Topo Ngrame
7 Dewa Obat dari Selatan
8 Perjalanan
9 Pencuri Kuda
10 Sepasang Pendekar Pemetik Bunga
11 Sapu Tangan Merah
12 Ajian Lembu Sekilan
13 Tugas Dari Patih Pranaraja
14 Jagoan Kampung
15 Sepasang Pisau Racun
16 Mpu Lunggah dari Bukit Penampihan
17 Munculnya Pusaka Penebar Petaka
18 Lembu Pangenggar dan Anak Murid Padepokan Gagar Mayang
19 Nawala
20 Hantu Desa Karangan
21 Hantu Desa Karangan 2
22 Jimat Lulang Kebo Landoh
23 Iblis Golok Pucat
24 Kenapa Buru-buru Pergi?
25 Hutan Kali Mati
26 Racun Ular Kuning
27 Nyamuk Pengganggu
28 Ajian Badai Laut Selatan
29 Tiga Gadis Desa
30 Walet Merah
31 Keributan di Pasar Kadipaten Kurawan
32 Murid Perguruan Pedang Setan
33 Katumenggungan Kurawan
34 Katumenggungan Kurawan 2
35 Menyerbu Markas Kelompok Kelabang Ireng
36 Pertapaan Giri Lawu
37 Ajian Mata Dewa
38 Tiga Resi
39 Keributan di Warung Makan
40 Dewi Ular Siluman
41 Perguruan Pedang Perak
42 Malaikat Maut Mu
43 Rahasia Pedang Perak dan Pedang Setan
44 Masa Depan Perguruan Pedang Perak
45 Melawan Si Mata Malaikat
46 Anjani
47 Penginapan Kembang Sore
48 Penginapan Kembang Sore 2
49 Delapan Setan Pencabut Nyawa
50 Sayembara
51 Arya Pethak Melawan Tumenggung Jaran Sembrani
52 Begawan Pasopati
53 Karawitan Langen Sari
54 Kisah Masa Silam
55 Menuju Ke Kadiri
56 Pengemis Tapak Darah
57 Pengemis Tapak Darah 2
58 Misteri Gunung Penanggungan
59 Nyi Ratu Bulan Darah
60 Segel Suci Empat Arah Lima Pancer
61 Batu Inti Naga
62 Kekuatan Baru
63 Ratapan Di Tengah Hujan
64 Giliran
65 Selamatkan Rara Larasati
66 Dua Putri Lurah Lwaram
67 Kemampuan Beladiri Yang Tersembunyi
68 Dendam Kesumat
69 Persetubuhan Setan
70 Ajian Iblis Neraka
71 Kutuk Pasu
72 Dalang
73 Terbongkarnya Rahasia Dewi Sekar Rinonce
74 Senjata untuk Klungsur
75 Rampok Bajing Ireng
76 Pertarungan Dua Wanita Cantik
77 Tolong Aku
78 Curahan Hati Sang Putri Adipati
79 Rajapati Pisau Perak
80 Orang Bodoh Yang Tidak Tolol
81 Menuju Saunggalah
82 Istana Atap Langit
83 Bertemu Ki Buyut Mangun Tapa
84 Ajian Halimun
85 Di Kaki Gunung Pojoktiga
86 Uji Kemampuan Beladiri
87 Uji Kemampuan Beladiri 2
88 Uji Kemampuan Beladiri 3
89 Uji Kemampuan Beladiri 4
90 Uji Kemampuan Beladiri 5
91 Pendekar Muda Nomer Satu
92 Rahasia Jati Diri Nay Kemuning
93 Lembah Seribu Bunga
94 Balas Dendam
95 Sinar Rembulan
96 Setan Dari Neraka
97 Utusan
98 Dedemit Desa Randublatung
99 Kadipaten Bojonegoro
100 Kitab Pusaka Sabda Buana
101 Resi Mpu Dharma
102 Iri Hati Sang Ibu Tiri
103 Delapan Malaikat Pembunuh
104 Berebut Perahu Penyeberangan
105 Bajak Laut
106 Adipati Arya Wiraraja
107 Cinderamata Dari Pulau Madura
108 Penunggang Kuda di Tengah Malam
109 Menuju Kotaraja Singhasari
110 Nyi Lapat dan Rukmini
111 Sirep
112 Pendekar Sabit Berdarah
113 Sepasang Pedang Gunung Kawi
114 Gorawangsa
115 Pertarungan Tiga Bidadari
116 Mpu Prawira dan Nyi Ratih
117 Pernikahan Arya Pethak, Anjani dan Nay Kemuning
118 Jodoh Masa Kecil
119 Rencana Selanjutnya
120 Rahasia Nyi Sekati
121 Prajurit Gelang-gelang
122 Selir
123 Gembel Tua Berseruling Perak
124 Kitab Ilmu Seruling Neraka
125 Kawan Seperjalanan Baru
126 Anak Buah Raden Ronggo
127 Pertapaan Sapta Arga
128 Resi Candramaya
129 Musuhnya Musuh Adalah Teman
130 Kisruh Istana Pakuwon Sendang
131 Kematian Akuwu Surenggono
132 Supit Urang
133 Menggempur Kota Wengker
134 Menggempur Kota Wengker 2
135 Kota Wengker Jatuh
136 Adipati Warok Singo Pethak
137 Siasat Raden Ronggo
138 Pertarungan di Barat Pakuwon Tapan
139 Perang Akhir
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Korban Kutukan Ketujuh
2
Wafatnya Apanji Tohjaya
3
Tapa Ngalong
4
Ajian Tapak Brajamusti
5
Sudah Saatnya
6
Ujian Pertama Topo Ngrame
7
Dewa Obat dari Selatan
8
Perjalanan
9
Pencuri Kuda
10
Sepasang Pendekar Pemetik Bunga
11
Sapu Tangan Merah
12
Ajian Lembu Sekilan
13
Tugas Dari Patih Pranaraja
14
Jagoan Kampung
15
Sepasang Pisau Racun
16
Mpu Lunggah dari Bukit Penampihan
17
Munculnya Pusaka Penebar Petaka
18
Lembu Pangenggar dan Anak Murid Padepokan Gagar Mayang
19
Nawala
20
Hantu Desa Karangan
21
Hantu Desa Karangan 2
22
Jimat Lulang Kebo Landoh
23
Iblis Golok Pucat
24
Kenapa Buru-buru Pergi?
25
Hutan Kali Mati
26
Racun Ular Kuning
27
Nyamuk Pengganggu
28
Ajian Badai Laut Selatan
29
Tiga Gadis Desa
30
Walet Merah
31
Keributan di Pasar Kadipaten Kurawan
32
Murid Perguruan Pedang Setan
33
Katumenggungan Kurawan
34
Katumenggungan Kurawan 2
35
Menyerbu Markas Kelompok Kelabang Ireng
36
Pertapaan Giri Lawu
37
Ajian Mata Dewa
38
Tiga Resi
39
Keributan di Warung Makan
40
Dewi Ular Siluman
41
Perguruan Pedang Perak
42
Malaikat Maut Mu
43
Rahasia Pedang Perak dan Pedang Setan
44
Masa Depan Perguruan Pedang Perak
45
Melawan Si Mata Malaikat
46
Anjani
47
Penginapan Kembang Sore
48
Penginapan Kembang Sore 2
49
Delapan Setan Pencabut Nyawa
50
Sayembara
51
Arya Pethak Melawan Tumenggung Jaran Sembrani
52
Begawan Pasopati
53
Karawitan Langen Sari
54
Kisah Masa Silam
55
Menuju Ke Kadiri
56
Pengemis Tapak Darah
57
Pengemis Tapak Darah 2
58
Misteri Gunung Penanggungan
59
Nyi Ratu Bulan Darah
60
Segel Suci Empat Arah Lima Pancer
61
Batu Inti Naga
62
Kekuatan Baru
63
Ratapan Di Tengah Hujan
64
Giliran
65
Selamatkan Rara Larasati
66
Dua Putri Lurah Lwaram
67
Kemampuan Beladiri Yang Tersembunyi
68
Dendam Kesumat
69
Persetubuhan Setan
70
Ajian Iblis Neraka
71
Kutuk Pasu
72
Dalang
73
Terbongkarnya Rahasia Dewi Sekar Rinonce
74
Senjata untuk Klungsur
75
Rampok Bajing Ireng
76
Pertarungan Dua Wanita Cantik
77
Tolong Aku
78
Curahan Hati Sang Putri Adipati
79
Rajapati Pisau Perak
80
Orang Bodoh Yang Tidak Tolol
81
Menuju Saunggalah
82
Istana Atap Langit
83
Bertemu Ki Buyut Mangun Tapa
84
Ajian Halimun
85
Di Kaki Gunung Pojoktiga
86
Uji Kemampuan Beladiri
87
Uji Kemampuan Beladiri 2
88
Uji Kemampuan Beladiri 3
89
Uji Kemampuan Beladiri 4
90
Uji Kemampuan Beladiri 5
91
Pendekar Muda Nomer Satu
92
Rahasia Jati Diri Nay Kemuning
93
Lembah Seribu Bunga
94
Balas Dendam
95
Sinar Rembulan
96
Setan Dari Neraka
97
Utusan
98
Dedemit Desa Randublatung
99
Kadipaten Bojonegoro
100
Kitab Pusaka Sabda Buana
101
Resi Mpu Dharma
102
Iri Hati Sang Ibu Tiri
103
Delapan Malaikat Pembunuh
104
Berebut Perahu Penyeberangan
105
Bajak Laut
106
Adipati Arya Wiraraja
107
Cinderamata Dari Pulau Madura
108
Penunggang Kuda di Tengah Malam
109
Menuju Kotaraja Singhasari
110
Nyi Lapat dan Rukmini
111
Sirep
112
Pendekar Sabit Berdarah
113
Sepasang Pedang Gunung Kawi
114
Gorawangsa
115
Pertarungan Tiga Bidadari
116
Mpu Prawira dan Nyi Ratih
117
Pernikahan Arya Pethak, Anjani dan Nay Kemuning
118
Jodoh Masa Kecil
119
Rencana Selanjutnya
120
Rahasia Nyi Sekati
121
Prajurit Gelang-gelang
122
Selir
123
Gembel Tua Berseruling Perak
124
Kitab Ilmu Seruling Neraka
125
Kawan Seperjalanan Baru
126
Anak Buah Raden Ronggo
127
Pertapaan Sapta Arga
128
Resi Candramaya
129
Musuhnya Musuh Adalah Teman
130
Kisruh Istana Pakuwon Sendang
131
Kematian Akuwu Surenggono
132
Supit Urang
133
Menggempur Kota Wengker
134
Menggempur Kota Wengker 2
135
Kota Wengker Jatuh
136
Adipati Warok Singo Pethak
137
Siasat Raden Ronggo
138
Pertarungan di Barat Pakuwon Tapan
139
Perang Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!