Munculnya Pusaka Penebar Petaka

"Ini ada orang yang bermalam di kaki bukit Nyi. Daripada kedinginan disana, mereka ku tawari untuk bermalam di sini.

Kau tidak keberatan bukan?", ujar Mpu Lunggah sambil tersenyum tipis.

"Aku malah gembira Kakang. Rumah ini jadi ramai.

Ayo kalian semua, silahkan masuk", ajak Nyi Parwati mempersilakan rombongan Arya Pethak untuk segera masuk ke dalam rumah.

Arya Pethak segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti oleh Sekarwangi dan Paramita. Sedangkan Klungsur dan Gajah Wiru menambatkan kuda kuda mereka di samping halaman rumah Mpu Lunggah.

Nyi Parwati bergegas menuju ke arah dapur nya dan kembali membawa nampan berisi labu kukus dan ketela rambat. Tak lupa beberapa cangkir minuman hangat di bawa pula.

"Kalian ini mengingatkan ku pada masa muda kami dulu.

Bertualang menambah pengetahuan dan pengalaman.

Kalian ini mau kemana?", tanya Nyi Parwati sambil mempersilakan mereka mencicipi makanan yang dia hidangkan.

"Kami ingin ke Kurawan, Nyi.

Ada tugas yang harus kami lakukan disana", jawab Arya Pethak dengan sopan.

"Jadi kau pemimpin rombongan ini, bocah bagus?

Hehehe, siapa nama mu?", Nyi Parwati tersenyum menatap wajah Arya Pethak.

"Saya Arya Pethak Nyi, ini Sekarwangi, itu Paramita, dia Gajah Wiru dan yang di belakang ku ini namanya Klungsur", Arya Pethak memperkenalkan anggota rombongan nya pada Nyi Parwati yang manggut-manggut mendengar penuturan Arya Pethak.

"Oh begitu,

Ya sudah kalian habiskan makannya. Aku ingin beristirahat dulu.

Dan kau bocah bogel, siapa nama mu tadi?", tunjuk Nyi Parwati pada Klungsur yang ada di belakang.

"Saya Klungsur Nyi", jawab Klungsur dengan cepat.

"Ya ya, Klungsur. Jangan suka kelayapan malam hari disini.

Banyak hantu gentayangan disini. Ku lihat kamu yang paling penakut, maka kau yang aku peringatkan", ujar Nyi Parwati sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke arah kamar tidur nya. Klungsur langsung pucat seketika saat mendengar ucapan Nyi Parwati. Dia segera memepet Gajah Wiru yang ada di dekat nya.

Mpu Lunggah hanya geleng-geleng kepala melihat ulah jahil istrinya itu.

Malam berlalu dengan cepat. Di langit timur, kegelapan malam berganti dengan cahaya merah yang menandakan bahwa matahari pagi akan segera terbit. Ayam jantan berkokok lantang bersahutan membangunkan seluruh penghuni bumi.

Arya Pethak terbangun dari tidurnya saat merasa ada yang menyentuh kulit nya. Perlahan pemuda tampan itu membuka mata nya dan melihat Sekarwangi tengah menarik telapak tangannya.

"Kakang Pethak,

Cepat bangun. Antar aku ke tempat mandi. Cepat", Si Ragil Kuning berusaha membangunkan Arya Pethak.

"Iya iya sabar..

Hoooahhhmmmmm....", Arya Pethak segera bergegas bangun dari tempat tidur nya dan mengikuti langkah Sekarwangi yang tengah kebelet buang air kecil. Cerita Nyi Parwati semalam rupanya juga menakuti Sekarwangi yang membuat perempuan itu harus menahan kencing sejak tengah malam tadi.

Usai melepas hajat, Sekarwangi segera mandi di sumber air yang terletak di sebelah barat kediaman Mpu Lunggah dan Nyi Parwati.

Setelah itu, giliran Arya Pethak yang membasuh wajahnya dengan air sumber yang dingin.

Tiba-tiba saja terdengar suara tawa keras yang membuat telinga sakit.

Hahahaha.....

Hahahaha....

Arya Pethak langsung mengerahkan tenaga dalam nya untuk menahan suara tawa itu menyakiti gendang telinga nya. Sekarwangi berusaha keras untuk menutupi daun telinga nya walaupun suara tawa keras itu tetap membuatnya pusing.

Sementara itu para penghuni rumah Mpu Lunggah langsung berhamburan keluar dari rumah sambil menutup telinga mereka masing-masing kecuali Mpu Lunggah dan Gajah Wiru. Arya Pethak dan Sekarwangi segera bergabung bersama mereka.

Dari atas pepohonan besar, seorang lelaki tua berjenggot putih dengan baju berwarna abu abu seperti pertapa melompat turun dari atas. Di belakangnya seorang lelaki muda dengan bekas luka di bawah mata kirinya dengan kumis tipis ikut melompat turun.

Whuuussshh..

Jlegg jlegg..!!

Dua orang itu mendarat di halaman rumah Mpu Lunggah dan berjalan mendekati Mpu Lunggah yang berdiri tegak sambil menatap wajah keriput lelaki tua itu.

"Rupanya kau bersembunyi di sini, Lunggah..

Pantas saja aku tidak bisa menemukan mu di Pakuwon Campaka", ucap lelaki tua itu dengan senyum sinis pada Mpu Lunggah.

"Kebo Waseso,

Mau apa kau mencari ku? Bukankah urusan kita sudah selesai?", tanya Mpu Lunggah sambil menatap ke arah lelaki tua yang di panggil Kebo Waseso itu.

"Huuuhhhhhhhh...

Enak saja kau bilang selesai. Kau sudah membunuh murid kesayangan ku. Mana mungkin aku melepaskan mu begitu saja?", cibir Kebo Waseso dengan tatapan penuh ingin membunuh orang.

"Rupanya kau masih dendam kepada ku, Waseso.

Mari kita selesaikan", ujar Mpu Lunggah yang segera bersiap untuk menghadapi Kebo Waseso.

"Hahahaha..

Ilmu ku sekarang bukan tandingan mu Lunggah. Aku lihat kau memiliki banyak murid sekarang. Pilih salah satu murid mu, agar menjadi bahan latihan murid ku ini", ucap Kebo Waseso dengan jumawa.

"Mereka bukan murid ku, Waseso.

Mereka hanya pengelana yang menumpang menginap di rumah ku", Mpu Lunggah menerangkan tentang banyaknya orang di rumah nya.

Phuihhhh...

"Kau hanya melindungi murid mu Lunggah..

Ku pastikan hari ini tempat mu ini rata dengan tanah", ancam Kebo Waseso dengan lantang.

"Biar aku saja yang menghadapi mereka, Mpu..

Ku rasa kepandaian ilmu beladiri ku tak terlalu buruk", sahut Arya Pethak dengan sopan pada Mpu Lunggah.

Lelaki paruh baya itu sejenak menatap wajah Arya Pethak lalu mengangguk mengerti. Setelah melihat isyarat dari Mpu Lunggah, Arya Pethak maju ke depan Kebo Waseso dan muridnya.

"Ronggo Geni,

Habisi murid Lunggah itu!", perintah Kebo Waseso pada pemuda dengan bekas luka di bawah mata kirinya itu.

Baik Guru", jawab Ronggo Geni seraya berjalan maju ke arah Arya Pethak.

Perlahan Ronggo Geni menata kuda-kuda ilmu silatnya. Melihat lawan sudah siap, Ronggo Geni segera melesat ke arah Arya Pethak dengan melancarkan tendangan ke arah putra Mpu Prawira itu dengan keras.

Whuuuggghhh...

Arya Pethak segera berkelit ke samping kanan. Mendapati serangan nya di hindari, Ronggo Geni segera merubah gerakan tubuhnya dan menyapu kaki Arya Pethak.

Shreeeeeeeetttthhh..

Arya Pethak melompat tinggi ke udara menghindari sapuan kaki Ronggo Geni dan mendarat di belakang tubuh murid Kebo Waseso itu dengan ringan.

Ronggo Geni terus memburu Arya Pethak yang tampak tenang menghadapi setiap serangan yang dilancarkan nya.

Jurus demi jurus silat telah berlalu. Mereka telah mengadu ilmu lebih dari 10 jurus.

Kebo Waseso nampak terkejut melihat kemampuan beladiri Arya Pethak, begitu juga Mpu Lunggah yang diam diam memperhatikan setiap gerakan tamu yang bermalam di rumah nya itu dengan seksama.

Whuuuuttt..

Arya Pethak yang baru menghindari tinju Ronggo Geni menurunkan kaki kanan nya untuk merendahkan tubuhnya dan segera menyikut ulu hati Ronggo Geni dengan cepat.

Dhieeesssshhhhh..

Ougghhh!

Ronggo Geni melengguh kesakitan. Ulu hati nya seperti baru ditimpa kayu besar. Pria muda dengan bekas luka di wajah nya itu terhuyung mundur.

Dengan geram dia mencabut pedangnya dan melesat cepat kearah Arya Pethak.

Shreeeeeeeetttthhh..

Arya Pethak segera merendahkan tubuhnya dan dengan cepat menyapu kaki Ronggo Geni yang kaget dengan kecepatan Arya Pethak.

Whuuuuttt..

Braakkkk!

Tubuh Ronggo Geni limbung. Belum sempat dia menyentuh tanah, Arya Pethak melesat cepat dan menghantam dada Ronggo Geni dengan keras.

Dessshhhhh..

Aaarrghhh!!

Kerasnya hantaman Arya Pethak membuat tubuh Ronggo Geni terpental jauh ke belakang. Kebo Waseso yang waspada segera melesat cepat menyambar tubuh Ronggo Geni sebelum menghantam tanah.

Kakek tua itu segera menurunkan tubuh Ronggo Geni. Dari mulut Ronggo Geni, darah segar mengalir. Melihat itu, Kebo Waseso marah besar. Dia segera berdiri dan menatap tajam ke arah Arya Pethak.

"Katakan sejujurnya,

Siapa kau sebenarnya bocah tengik?", hardik Kebo Waseso dengan tatapan mata penuh amarah.

"Aku hanya pengelana yang kebetulan lewat tempat ini, Mpu Lunggah yang memberi tumpangan bermalam pada kami.

Sudah puas kau dengan jawaban ini?", Arya Pethak tersenyum tipis.

"Bedebah!

Masih mau berkelit juga rupanya. Akan ku paksa kau mengatakan yang sebenarnya", usai berkata demikian, Kebo Waseso segera menerjang maju ke arah Arya Pethak.

Di banding dengan Ronggo Geni, gerakan tubuh Kebo Waseso jauh lebih cepat dan berbahaya.

Arya Pethak segera menghindar dari serangan Kebo Waseso yang mematikan.

Menghadapi serangan Kebo Waseso, Arya Pethak segera merapal Ajian Langkah Dewa Angin nya. Saat Kebo Waseso menghantamkan tangan kanannya, dengan mudah Arya Pethak menghindari nya.

Whuuussshh

Melihat serangan nya dengan mudah di hindari oleh Arya Pethak, Kebo Waseso segera merubah gerakan tubuhnya. Sapuan kaki kanan nya bergerak cepat menuju kaki Arya Pethak.

Shrreeetttt..

Arya Pethak kembali menghindari serangan Kebo Waseso dengan cepat.

Selepas 10 jurus, Kebo Waseso ngos-ngosan mengatur nafasnya sedang Arya Pethak masih nampak tenang saja.

"Bangsat!

Kalau kau hebat jangan main kucing-kucingan saja", teriak Kebo Waseso dengan nafas tersengal sengal. Tubuh tua nya memang bukan tandingan Arya Pethak dalam bertarung.

"Baiklah Kakek tua,

Akan ku ladeni permainan mu", ujar Arya Pethak segera bersiap. Melihat itu, Kebo Waseso segera menerjang maju ke arah Arya Pethak. Kali ini pemuda tampan itu tidak berupaya menghindar namun dengan cekatan menghantam kaki Kebo Waseso.

Brakkkk..

Ougghhh!

Kebo Waseso meringis menahan sakit saat kaki kanan terkena hantaman tangan Arya Pethak. Dengan cepat ia memutar tubuhnya dan menyikut perut Arya Pethak.

Pemuda dari Bukit Kahayunan itu segera menggeser posisi tubuhnya dan menahan sikutan Kebo Waseso dengan tangan kiri nya kemudian dia menghantamkan tangan kanannya ke arah kepala kakek tua itu.

Kebo Waseso memiringkan kepalanya menghindari hantaman Arya Pethak lalu melayangkan pukulan keras di lambari tenaga dalam kearah Arya Pethak.

Pemuda tampan berbaju putih itu segera menyongsong pukulan Kebo Waseso dengan hantaman tapak tangan kanan nya.

Blammmmm!!

Ledakan keras terdengar saat dua pukulan bertenaga dalam itu berbenturan. Baik Arya Pethak maupun Kebo Waseso terdorong mundur beberapa langkah kebelakang. Darah segar mengalir dari sudut bibir Arya Pethak sedang Kebo Waseso merasakan sesak di dada.

'Bajingan.

Rupanya pemuda ini berilmu tinggi. Aku tidak boleh main-main lagi', batin Kebo Waseso. Perlahan Kebo Waseso mencabut keris di pinggangnya.

Arya Pethak yang merasakan perubahan sikap Kebo Waseso, segera menangkupkan kedua tangan di depan dada.

Asap putih mengepul dari kedua tangan Arya Pethak, dan...

Zrrrrrttttth!!

Sebuah keris pusaka muncul di tangan Arya Pethak. Melihat itu, Mpu Lunggah dan Kebo Waseso terkejut bukan main karena Keris di tangan Arya Pethak adalah Keris Mpu Gandring yang menjadi pusaka dunia persilatan. Gajah Wiru dan Paramita pun terkejut melihat pusaka di tangan Arya Pethak.

"Kau....

Darimana kau peroleh senjata itu?", tanya Kebo Waseso segera. Ada rasa takut menyerang dadanya.

"Kenapa memangnya?

Kau takut?", Arya Pethak menatap tajam ke arah Kebo Waseso.

"Bedebah!

Serahkan Keris Mpu Gandring itu padaku, maka nyawa mu akan ku ampuni", ujar Kebo Waseso berusaha menakuti Arya Pethak.

"Langkahi dulu mayat ku jika kau ingin keris pusaka ini, kakek tua.

Majulah!", teriak Arya Pethak segera.

"Bangsat!

Rupanya kau tidak sayang dengan nyawa mu", ucap Kebo Waseso yang segera melompat ke arah Arya Pethak sambil menusukkan kerisnya.

Sinar hijau berhawa dingin menerabas cepat kearah Arya Pethak.

Shiiiuuuuuuutttt

Arya Pethak berguling ke tanah menghindari sinar hijau berhawa dingin itu dan dengan cepat mengayunkan Keris Mpu Gandring di tangan kanannya yang sudah berubah warna menjadi kuning kemerahan.

Whuuussshh..

Sinar kuning kemerahan seperti api meluncur cepat kearah Kebo Waseso yang masih belum menjejak tanah. Dengan telak sinar kuning kemerahan itu menghajar dada Kebo Waseso.

Dhuuuaaaaarrrrrr!

AAAARRRGGGHHHH!!!

Kebo Waseso terlempar jauh ke belakang dan menyusruk tanah dengan keras. Jerit kesakitan terdengar saat sinar kuning kemerahan itu menghantam dada nya.

Dengan susah payah Kebo Waseso berusaha untuk bangkit, namun luka dalam yang dia terima terlalu parah. Tubuh kakek tua itu limbung dan roboh ke tanah. Dari mulut kakek tua itu darah segar terus keluar.

Tak berapa lama kemudian dia tewas dengan dada gosong seperti terbakar api.

Melihat gurunya tewas, Ronggo Geni segera melarikan diri dari tempat itu. Karena terlalu cepat, Mpu Lunggah dan teman teman Arya Pethak tidak menyadari bahwa Ronggo Geni sudah tidak ada di tempatnya.

Arya Pethak segera menangkupkan kedua tangan nya di depan dada , dan....

Cliinnngggg!!

Keris Mpu Gandring sudah menghilang ke dalam tubuh Arya Pethak.

Mpu Lunggah segera mendekati Arya Pethak. Wajah pria paruh baya itu nampak berkerut saat bertanya kepada Arya Pethak.

"Siapa sebenarnya kau, Arya Pethak?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ikuti terus kisah selanjutnya 😁

Yang suka silahkan tinggalkan jejak kalian dengan like 👍, vote ☝️, favorit 💙 dan komentar 🗣️ nya yah 😁

Selamat membaca 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Bobi Kampus

Bobi Kampus

wedhus blm ada

2024-01-30

0

Sogol Shinko

Sogol Shinko

namanya koq rata2 ada hewannya🤣

2024-01-19

0

irfan caul

irfan caul

Kepo Mpu🤭🤣🤣🤣🤣

2023-09-10

0

lihat semua
Episodes
1 Korban Kutukan Ketujuh
2 Wafatnya Apanji Tohjaya
3 Tapa Ngalong
4 Ajian Tapak Brajamusti
5 Sudah Saatnya
6 Ujian Pertama Topo Ngrame
7 Dewa Obat dari Selatan
8 Perjalanan
9 Pencuri Kuda
10 Sepasang Pendekar Pemetik Bunga
11 Sapu Tangan Merah
12 Ajian Lembu Sekilan
13 Tugas Dari Patih Pranaraja
14 Jagoan Kampung
15 Sepasang Pisau Racun
16 Mpu Lunggah dari Bukit Penampihan
17 Munculnya Pusaka Penebar Petaka
18 Lembu Pangenggar dan Anak Murid Padepokan Gagar Mayang
19 Nawala
20 Hantu Desa Karangan
21 Hantu Desa Karangan 2
22 Jimat Lulang Kebo Landoh
23 Iblis Golok Pucat
24 Kenapa Buru-buru Pergi?
25 Hutan Kali Mati
26 Racun Ular Kuning
27 Nyamuk Pengganggu
28 Ajian Badai Laut Selatan
29 Tiga Gadis Desa
30 Walet Merah
31 Keributan di Pasar Kadipaten Kurawan
32 Murid Perguruan Pedang Setan
33 Katumenggungan Kurawan
34 Katumenggungan Kurawan 2
35 Menyerbu Markas Kelompok Kelabang Ireng
36 Pertapaan Giri Lawu
37 Ajian Mata Dewa
38 Tiga Resi
39 Keributan di Warung Makan
40 Dewi Ular Siluman
41 Perguruan Pedang Perak
42 Malaikat Maut Mu
43 Rahasia Pedang Perak dan Pedang Setan
44 Masa Depan Perguruan Pedang Perak
45 Melawan Si Mata Malaikat
46 Anjani
47 Penginapan Kembang Sore
48 Penginapan Kembang Sore 2
49 Delapan Setan Pencabut Nyawa
50 Sayembara
51 Arya Pethak Melawan Tumenggung Jaran Sembrani
52 Begawan Pasopati
53 Karawitan Langen Sari
54 Kisah Masa Silam
55 Menuju Ke Kadiri
56 Pengemis Tapak Darah
57 Pengemis Tapak Darah 2
58 Misteri Gunung Penanggungan
59 Nyi Ratu Bulan Darah
60 Segel Suci Empat Arah Lima Pancer
61 Batu Inti Naga
62 Kekuatan Baru
63 Ratapan Di Tengah Hujan
64 Giliran
65 Selamatkan Rara Larasati
66 Dua Putri Lurah Lwaram
67 Kemampuan Beladiri Yang Tersembunyi
68 Dendam Kesumat
69 Persetubuhan Setan
70 Ajian Iblis Neraka
71 Kutuk Pasu
72 Dalang
73 Terbongkarnya Rahasia Dewi Sekar Rinonce
74 Senjata untuk Klungsur
75 Rampok Bajing Ireng
76 Pertarungan Dua Wanita Cantik
77 Tolong Aku
78 Curahan Hati Sang Putri Adipati
79 Rajapati Pisau Perak
80 Orang Bodoh Yang Tidak Tolol
81 Menuju Saunggalah
82 Istana Atap Langit
83 Bertemu Ki Buyut Mangun Tapa
84 Ajian Halimun
85 Di Kaki Gunung Pojoktiga
86 Uji Kemampuan Beladiri
87 Uji Kemampuan Beladiri 2
88 Uji Kemampuan Beladiri 3
89 Uji Kemampuan Beladiri 4
90 Uji Kemampuan Beladiri 5
91 Pendekar Muda Nomer Satu
92 Rahasia Jati Diri Nay Kemuning
93 Lembah Seribu Bunga
94 Balas Dendam
95 Sinar Rembulan
96 Setan Dari Neraka
97 Utusan
98 Dedemit Desa Randublatung
99 Kadipaten Bojonegoro
100 Kitab Pusaka Sabda Buana
101 Resi Mpu Dharma
102 Iri Hati Sang Ibu Tiri
103 Delapan Malaikat Pembunuh
104 Berebut Perahu Penyeberangan
105 Bajak Laut
106 Adipati Arya Wiraraja
107 Cinderamata Dari Pulau Madura
108 Penunggang Kuda di Tengah Malam
109 Menuju Kotaraja Singhasari
110 Nyi Lapat dan Rukmini
111 Sirep
112 Pendekar Sabit Berdarah
113 Sepasang Pedang Gunung Kawi
114 Gorawangsa
115 Pertarungan Tiga Bidadari
116 Mpu Prawira dan Nyi Ratih
117 Pernikahan Arya Pethak, Anjani dan Nay Kemuning
118 Jodoh Masa Kecil
119 Rencana Selanjutnya
120 Rahasia Nyi Sekati
121 Prajurit Gelang-gelang
122 Selir
123 Gembel Tua Berseruling Perak
124 Kitab Ilmu Seruling Neraka
125 Kawan Seperjalanan Baru
126 Anak Buah Raden Ronggo
127 Pertapaan Sapta Arga
128 Resi Candramaya
129 Musuhnya Musuh Adalah Teman
130 Kisruh Istana Pakuwon Sendang
131 Kematian Akuwu Surenggono
132 Supit Urang
133 Menggempur Kota Wengker
134 Menggempur Kota Wengker 2
135 Kota Wengker Jatuh
136 Adipati Warok Singo Pethak
137 Siasat Raden Ronggo
138 Pertarungan di Barat Pakuwon Tapan
139 Perang Akhir
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Korban Kutukan Ketujuh
2
Wafatnya Apanji Tohjaya
3
Tapa Ngalong
4
Ajian Tapak Brajamusti
5
Sudah Saatnya
6
Ujian Pertama Topo Ngrame
7
Dewa Obat dari Selatan
8
Perjalanan
9
Pencuri Kuda
10
Sepasang Pendekar Pemetik Bunga
11
Sapu Tangan Merah
12
Ajian Lembu Sekilan
13
Tugas Dari Patih Pranaraja
14
Jagoan Kampung
15
Sepasang Pisau Racun
16
Mpu Lunggah dari Bukit Penampihan
17
Munculnya Pusaka Penebar Petaka
18
Lembu Pangenggar dan Anak Murid Padepokan Gagar Mayang
19
Nawala
20
Hantu Desa Karangan
21
Hantu Desa Karangan 2
22
Jimat Lulang Kebo Landoh
23
Iblis Golok Pucat
24
Kenapa Buru-buru Pergi?
25
Hutan Kali Mati
26
Racun Ular Kuning
27
Nyamuk Pengganggu
28
Ajian Badai Laut Selatan
29
Tiga Gadis Desa
30
Walet Merah
31
Keributan di Pasar Kadipaten Kurawan
32
Murid Perguruan Pedang Setan
33
Katumenggungan Kurawan
34
Katumenggungan Kurawan 2
35
Menyerbu Markas Kelompok Kelabang Ireng
36
Pertapaan Giri Lawu
37
Ajian Mata Dewa
38
Tiga Resi
39
Keributan di Warung Makan
40
Dewi Ular Siluman
41
Perguruan Pedang Perak
42
Malaikat Maut Mu
43
Rahasia Pedang Perak dan Pedang Setan
44
Masa Depan Perguruan Pedang Perak
45
Melawan Si Mata Malaikat
46
Anjani
47
Penginapan Kembang Sore
48
Penginapan Kembang Sore 2
49
Delapan Setan Pencabut Nyawa
50
Sayembara
51
Arya Pethak Melawan Tumenggung Jaran Sembrani
52
Begawan Pasopati
53
Karawitan Langen Sari
54
Kisah Masa Silam
55
Menuju Ke Kadiri
56
Pengemis Tapak Darah
57
Pengemis Tapak Darah 2
58
Misteri Gunung Penanggungan
59
Nyi Ratu Bulan Darah
60
Segel Suci Empat Arah Lima Pancer
61
Batu Inti Naga
62
Kekuatan Baru
63
Ratapan Di Tengah Hujan
64
Giliran
65
Selamatkan Rara Larasati
66
Dua Putri Lurah Lwaram
67
Kemampuan Beladiri Yang Tersembunyi
68
Dendam Kesumat
69
Persetubuhan Setan
70
Ajian Iblis Neraka
71
Kutuk Pasu
72
Dalang
73
Terbongkarnya Rahasia Dewi Sekar Rinonce
74
Senjata untuk Klungsur
75
Rampok Bajing Ireng
76
Pertarungan Dua Wanita Cantik
77
Tolong Aku
78
Curahan Hati Sang Putri Adipati
79
Rajapati Pisau Perak
80
Orang Bodoh Yang Tidak Tolol
81
Menuju Saunggalah
82
Istana Atap Langit
83
Bertemu Ki Buyut Mangun Tapa
84
Ajian Halimun
85
Di Kaki Gunung Pojoktiga
86
Uji Kemampuan Beladiri
87
Uji Kemampuan Beladiri 2
88
Uji Kemampuan Beladiri 3
89
Uji Kemampuan Beladiri 4
90
Uji Kemampuan Beladiri 5
91
Pendekar Muda Nomer Satu
92
Rahasia Jati Diri Nay Kemuning
93
Lembah Seribu Bunga
94
Balas Dendam
95
Sinar Rembulan
96
Setan Dari Neraka
97
Utusan
98
Dedemit Desa Randublatung
99
Kadipaten Bojonegoro
100
Kitab Pusaka Sabda Buana
101
Resi Mpu Dharma
102
Iri Hati Sang Ibu Tiri
103
Delapan Malaikat Pembunuh
104
Berebut Perahu Penyeberangan
105
Bajak Laut
106
Adipati Arya Wiraraja
107
Cinderamata Dari Pulau Madura
108
Penunggang Kuda di Tengah Malam
109
Menuju Kotaraja Singhasari
110
Nyi Lapat dan Rukmini
111
Sirep
112
Pendekar Sabit Berdarah
113
Sepasang Pedang Gunung Kawi
114
Gorawangsa
115
Pertarungan Tiga Bidadari
116
Mpu Prawira dan Nyi Ratih
117
Pernikahan Arya Pethak, Anjani dan Nay Kemuning
118
Jodoh Masa Kecil
119
Rencana Selanjutnya
120
Rahasia Nyi Sekati
121
Prajurit Gelang-gelang
122
Selir
123
Gembel Tua Berseruling Perak
124
Kitab Ilmu Seruling Neraka
125
Kawan Seperjalanan Baru
126
Anak Buah Raden Ronggo
127
Pertapaan Sapta Arga
128
Resi Candramaya
129
Musuhnya Musuh Adalah Teman
130
Kisruh Istana Pakuwon Sendang
131
Kematian Akuwu Surenggono
132
Supit Urang
133
Menggempur Kota Wengker
134
Menggempur Kota Wengker 2
135
Kota Wengker Jatuh
136
Adipati Warok Singo Pethak
137
Siasat Raden Ronggo
138
Pertarungan di Barat Pakuwon Tapan
139
Perang Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!