"Ini ada orang yang bermalam di kaki bukit Nyi. Daripada kedinginan disana, mereka ku tawari untuk bermalam di sini.
Kau tidak keberatan bukan?", ujar Mpu Lunggah sambil tersenyum tipis.
"Aku malah gembira Kakang. Rumah ini jadi ramai.
Ayo kalian semua, silahkan masuk", ajak Nyi Parwati mempersilakan rombongan Arya Pethak untuk segera masuk ke dalam rumah.
Arya Pethak segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti oleh Sekarwangi dan Paramita. Sedangkan Klungsur dan Gajah Wiru menambatkan kuda kuda mereka di samping halaman rumah Mpu Lunggah.
Nyi Parwati bergegas menuju ke arah dapur nya dan kembali membawa nampan berisi labu kukus dan ketela rambat. Tak lupa beberapa cangkir minuman hangat di bawa pula.
"Kalian ini mengingatkan ku pada masa muda kami dulu.
Bertualang menambah pengetahuan dan pengalaman.
Kalian ini mau kemana?", tanya Nyi Parwati sambil mempersilakan mereka mencicipi makanan yang dia hidangkan.
"Kami ingin ke Kurawan, Nyi.
Ada tugas yang harus kami lakukan disana", jawab Arya Pethak dengan sopan.
"Jadi kau pemimpin rombongan ini, bocah bagus?
Hehehe, siapa nama mu?", Nyi Parwati tersenyum menatap wajah Arya Pethak.
"Saya Arya Pethak Nyi, ini Sekarwangi, itu Paramita, dia Gajah Wiru dan yang di belakang ku ini namanya Klungsur", Arya Pethak memperkenalkan anggota rombongan nya pada Nyi Parwati yang manggut-manggut mendengar penuturan Arya Pethak.
"Oh begitu,
Ya sudah kalian habiskan makannya. Aku ingin beristirahat dulu.
Dan kau bocah bogel, siapa nama mu tadi?", tunjuk Nyi Parwati pada Klungsur yang ada di belakang.
"Saya Klungsur Nyi", jawab Klungsur dengan cepat.
"Ya ya, Klungsur. Jangan suka kelayapan malam hari disini.
Banyak hantu gentayangan disini. Ku lihat kamu yang paling penakut, maka kau yang aku peringatkan", ujar Nyi Parwati sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke arah kamar tidur nya. Klungsur langsung pucat seketika saat mendengar ucapan Nyi Parwati. Dia segera memepet Gajah Wiru yang ada di dekat nya.
Mpu Lunggah hanya geleng-geleng kepala melihat ulah jahil istrinya itu.
Malam berlalu dengan cepat. Di langit timur, kegelapan malam berganti dengan cahaya merah yang menandakan bahwa matahari pagi akan segera terbit. Ayam jantan berkokok lantang bersahutan membangunkan seluruh penghuni bumi.
Arya Pethak terbangun dari tidurnya saat merasa ada yang menyentuh kulit nya. Perlahan pemuda tampan itu membuka mata nya dan melihat Sekarwangi tengah menarik telapak tangannya.
"Kakang Pethak,
Cepat bangun. Antar aku ke tempat mandi. Cepat", Si Ragil Kuning berusaha membangunkan Arya Pethak.
"Iya iya sabar..
Hoooahhhmmmmm....", Arya Pethak segera bergegas bangun dari tempat tidur nya dan mengikuti langkah Sekarwangi yang tengah kebelet buang air kecil. Cerita Nyi Parwati semalam rupanya juga menakuti Sekarwangi yang membuat perempuan itu harus menahan kencing sejak tengah malam tadi.
Usai melepas hajat, Sekarwangi segera mandi di sumber air yang terletak di sebelah barat kediaman Mpu Lunggah dan Nyi Parwati.
Setelah itu, giliran Arya Pethak yang membasuh wajahnya dengan air sumber yang dingin.
Tiba-tiba saja terdengar suara tawa keras yang membuat telinga sakit.
Hahahaha.....
Hahahaha....
Arya Pethak langsung mengerahkan tenaga dalam nya untuk menahan suara tawa itu menyakiti gendang telinga nya. Sekarwangi berusaha keras untuk menutupi daun telinga nya walaupun suara tawa keras itu tetap membuatnya pusing.
Sementara itu para penghuni rumah Mpu Lunggah langsung berhamburan keluar dari rumah sambil menutup telinga mereka masing-masing kecuali Mpu Lunggah dan Gajah Wiru. Arya Pethak dan Sekarwangi segera bergabung bersama mereka.
Dari atas pepohonan besar, seorang lelaki tua berjenggot putih dengan baju berwarna abu abu seperti pertapa melompat turun dari atas. Di belakangnya seorang lelaki muda dengan bekas luka di bawah mata kirinya dengan kumis tipis ikut melompat turun.
Whuuussshh..
Jlegg jlegg..!!
Dua orang itu mendarat di halaman rumah Mpu Lunggah dan berjalan mendekati Mpu Lunggah yang berdiri tegak sambil menatap wajah keriput lelaki tua itu.
"Rupanya kau bersembunyi di sini, Lunggah..
Pantas saja aku tidak bisa menemukan mu di Pakuwon Campaka", ucap lelaki tua itu dengan senyum sinis pada Mpu Lunggah.
"Kebo Waseso,
Mau apa kau mencari ku? Bukankah urusan kita sudah selesai?", tanya Mpu Lunggah sambil menatap ke arah lelaki tua yang di panggil Kebo Waseso itu.
"Huuuhhhhhhhh...
Enak saja kau bilang selesai. Kau sudah membunuh murid kesayangan ku. Mana mungkin aku melepaskan mu begitu saja?", cibir Kebo Waseso dengan tatapan penuh ingin membunuh orang.
"Rupanya kau masih dendam kepada ku, Waseso.
Mari kita selesaikan", ujar Mpu Lunggah yang segera bersiap untuk menghadapi Kebo Waseso.
"Hahahaha..
Ilmu ku sekarang bukan tandingan mu Lunggah. Aku lihat kau memiliki banyak murid sekarang. Pilih salah satu murid mu, agar menjadi bahan latihan murid ku ini", ucap Kebo Waseso dengan jumawa.
"Mereka bukan murid ku, Waseso.
Mereka hanya pengelana yang menumpang menginap di rumah ku", Mpu Lunggah menerangkan tentang banyaknya orang di rumah nya.
Phuihhhh...
"Kau hanya melindungi murid mu Lunggah..
Ku pastikan hari ini tempat mu ini rata dengan tanah", ancam Kebo Waseso dengan lantang.
"Biar aku saja yang menghadapi mereka, Mpu..
Ku rasa kepandaian ilmu beladiri ku tak terlalu buruk", sahut Arya Pethak dengan sopan pada Mpu Lunggah.
Lelaki paruh baya itu sejenak menatap wajah Arya Pethak lalu mengangguk mengerti. Setelah melihat isyarat dari Mpu Lunggah, Arya Pethak maju ke depan Kebo Waseso dan muridnya.
"Ronggo Geni,
Habisi murid Lunggah itu!", perintah Kebo Waseso pada pemuda dengan bekas luka di bawah mata kirinya itu.
Baik Guru", jawab Ronggo Geni seraya berjalan maju ke arah Arya Pethak.
Perlahan Ronggo Geni menata kuda-kuda ilmu silatnya. Melihat lawan sudah siap, Ronggo Geni segera melesat ke arah Arya Pethak dengan melancarkan tendangan ke arah putra Mpu Prawira itu dengan keras.
Whuuuggghhh...
Arya Pethak segera berkelit ke samping kanan. Mendapati serangan nya di hindari, Ronggo Geni segera merubah gerakan tubuhnya dan menyapu kaki Arya Pethak.
Shreeeeeeeetttthhh..
Arya Pethak melompat tinggi ke udara menghindari sapuan kaki Ronggo Geni dan mendarat di belakang tubuh murid Kebo Waseso itu dengan ringan.
Ronggo Geni terus memburu Arya Pethak yang tampak tenang menghadapi setiap serangan yang dilancarkan nya.
Jurus demi jurus silat telah berlalu. Mereka telah mengadu ilmu lebih dari 10 jurus.
Kebo Waseso nampak terkejut melihat kemampuan beladiri Arya Pethak, begitu juga Mpu Lunggah yang diam diam memperhatikan setiap gerakan tamu yang bermalam di rumah nya itu dengan seksama.
Whuuuuttt..
Arya Pethak yang baru menghindari tinju Ronggo Geni menurunkan kaki kanan nya untuk merendahkan tubuhnya dan segera menyikut ulu hati Ronggo Geni dengan cepat.
Dhieeesssshhhhh..
Ougghhh!
Ronggo Geni melengguh kesakitan. Ulu hati nya seperti baru ditimpa kayu besar. Pria muda dengan bekas luka di wajah nya itu terhuyung mundur.
Dengan geram dia mencabut pedangnya dan melesat cepat kearah Arya Pethak.
Shreeeeeeeetttthhh..
Arya Pethak segera merendahkan tubuhnya dan dengan cepat menyapu kaki Ronggo Geni yang kaget dengan kecepatan Arya Pethak.
Whuuuuttt..
Braakkkk!
Tubuh Ronggo Geni limbung. Belum sempat dia menyentuh tanah, Arya Pethak melesat cepat dan menghantam dada Ronggo Geni dengan keras.
Dessshhhhh..
Aaarrghhh!!
Kerasnya hantaman Arya Pethak membuat tubuh Ronggo Geni terpental jauh ke belakang. Kebo Waseso yang waspada segera melesat cepat menyambar tubuh Ronggo Geni sebelum menghantam tanah.
Kakek tua itu segera menurunkan tubuh Ronggo Geni. Dari mulut Ronggo Geni, darah segar mengalir. Melihat itu, Kebo Waseso marah besar. Dia segera berdiri dan menatap tajam ke arah Arya Pethak.
"Katakan sejujurnya,
Siapa kau sebenarnya bocah tengik?", hardik Kebo Waseso dengan tatapan mata penuh amarah.
"Aku hanya pengelana yang kebetulan lewat tempat ini, Mpu Lunggah yang memberi tumpangan bermalam pada kami.
Sudah puas kau dengan jawaban ini?", Arya Pethak tersenyum tipis.
"Bedebah!
Masih mau berkelit juga rupanya. Akan ku paksa kau mengatakan yang sebenarnya", usai berkata demikian, Kebo Waseso segera menerjang maju ke arah Arya Pethak.
Di banding dengan Ronggo Geni, gerakan tubuh Kebo Waseso jauh lebih cepat dan berbahaya.
Arya Pethak segera menghindar dari serangan Kebo Waseso yang mematikan.
Menghadapi serangan Kebo Waseso, Arya Pethak segera merapal Ajian Langkah Dewa Angin nya. Saat Kebo Waseso menghantamkan tangan kanannya, dengan mudah Arya Pethak menghindari nya.
Whuuussshh
Melihat serangan nya dengan mudah di hindari oleh Arya Pethak, Kebo Waseso segera merubah gerakan tubuhnya. Sapuan kaki kanan nya bergerak cepat menuju kaki Arya Pethak.
Shrreeetttt..
Arya Pethak kembali menghindari serangan Kebo Waseso dengan cepat.
Selepas 10 jurus, Kebo Waseso ngos-ngosan mengatur nafasnya sedang Arya Pethak masih nampak tenang saja.
"Bangsat!
Kalau kau hebat jangan main kucing-kucingan saja", teriak Kebo Waseso dengan nafas tersengal sengal. Tubuh tua nya memang bukan tandingan Arya Pethak dalam bertarung.
"Baiklah Kakek tua,
Akan ku ladeni permainan mu", ujar Arya Pethak segera bersiap. Melihat itu, Kebo Waseso segera menerjang maju ke arah Arya Pethak. Kali ini pemuda tampan itu tidak berupaya menghindar namun dengan cekatan menghantam kaki Kebo Waseso.
Brakkkk..
Ougghhh!
Kebo Waseso meringis menahan sakit saat kaki kanan terkena hantaman tangan Arya Pethak. Dengan cepat ia memutar tubuhnya dan menyikut perut Arya Pethak.
Pemuda dari Bukit Kahayunan itu segera menggeser posisi tubuhnya dan menahan sikutan Kebo Waseso dengan tangan kiri nya kemudian dia menghantamkan tangan kanannya ke arah kepala kakek tua itu.
Kebo Waseso memiringkan kepalanya menghindari hantaman Arya Pethak lalu melayangkan pukulan keras di lambari tenaga dalam kearah Arya Pethak.
Pemuda tampan berbaju putih itu segera menyongsong pukulan Kebo Waseso dengan hantaman tapak tangan kanan nya.
Blammmmm!!
Ledakan keras terdengar saat dua pukulan bertenaga dalam itu berbenturan. Baik Arya Pethak maupun Kebo Waseso terdorong mundur beberapa langkah kebelakang. Darah segar mengalir dari sudut bibir Arya Pethak sedang Kebo Waseso merasakan sesak di dada.
'Bajingan.
Rupanya pemuda ini berilmu tinggi. Aku tidak boleh main-main lagi', batin Kebo Waseso. Perlahan Kebo Waseso mencabut keris di pinggangnya.
Arya Pethak yang merasakan perubahan sikap Kebo Waseso, segera menangkupkan kedua tangan di depan dada.
Asap putih mengepul dari kedua tangan Arya Pethak, dan...
Zrrrrrttttth!!
Sebuah keris pusaka muncul di tangan Arya Pethak. Melihat itu, Mpu Lunggah dan Kebo Waseso terkejut bukan main karena Keris di tangan Arya Pethak adalah Keris Mpu Gandring yang menjadi pusaka dunia persilatan. Gajah Wiru dan Paramita pun terkejut melihat pusaka di tangan Arya Pethak.
"Kau....
Darimana kau peroleh senjata itu?", tanya Kebo Waseso segera. Ada rasa takut menyerang dadanya.
"Kenapa memangnya?
Kau takut?", Arya Pethak menatap tajam ke arah Kebo Waseso.
"Bedebah!
Serahkan Keris Mpu Gandring itu padaku, maka nyawa mu akan ku ampuni", ujar Kebo Waseso berusaha menakuti Arya Pethak.
"Langkahi dulu mayat ku jika kau ingin keris pusaka ini, kakek tua.
Majulah!", teriak Arya Pethak segera.
"Bangsat!
Rupanya kau tidak sayang dengan nyawa mu", ucap Kebo Waseso yang segera melompat ke arah Arya Pethak sambil menusukkan kerisnya.
Sinar hijau berhawa dingin menerabas cepat kearah Arya Pethak.
Shiiiuuuuuuutttt
Arya Pethak berguling ke tanah menghindari sinar hijau berhawa dingin itu dan dengan cepat mengayunkan Keris Mpu Gandring di tangan kanannya yang sudah berubah warna menjadi kuning kemerahan.
Whuuussshh..
Sinar kuning kemerahan seperti api meluncur cepat kearah Kebo Waseso yang masih belum menjejak tanah. Dengan telak sinar kuning kemerahan itu menghajar dada Kebo Waseso.
Dhuuuaaaaarrrrrr!
AAAARRRGGGHHHH!!!
Kebo Waseso terlempar jauh ke belakang dan menyusruk tanah dengan keras. Jerit kesakitan terdengar saat sinar kuning kemerahan itu menghantam dada nya.
Dengan susah payah Kebo Waseso berusaha untuk bangkit, namun luka dalam yang dia terima terlalu parah. Tubuh kakek tua itu limbung dan roboh ke tanah. Dari mulut kakek tua itu darah segar terus keluar.
Tak berapa lama kemudian dia tewas dengan dada gosong seperti terbakar api.
Melihat gurunya tewas, Ronggo Geni segera melarikan diri dari tempat itu. Karena terlalu cepat, Mpu Lunggah dan teman teman Arya Pethak tidak menyadari bahwa Ronggo Geni sudah tidak ada di tempatnya.
Arya Pethak segera menangkupkan kedua tangan nya di depan dada , dan....
Cliinnngggg!!
Keris Mpu Gandring sudah menghilang ke dalam tubuh Arya Pethak.
Mpu Lunggah segera mendekati Arya Pethak. Wajah pria paruh baya itu nampak berkerut saat bertanya kepada Arya Pethak.
"Siapa sebenarnya kau, Arya Pethak?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ikuti terus kisah selanjutnya 😁
Yang suka silahkan tinggalkan jejak kalian dengan like 👍, vote ☝️, favorit 💙 dan komentar 🗣️ nya yah 😁
Selamat membaca 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Bobi Kampus
wedhus blm ada
2024-01-30
0
Sogol Shinko
namanya koq rata2 ada hewannya🤣
2024-01-19
0
irfan caul
Kepo Mpu🤭🤣🤣🤣🤣
2023-09-10
0