Ucapan Paramita mengagetkan Arya Pethak yang baru kembali setelah menerima ilmu kanuragan tingkat tinggi dari Patih Pranaraja.
"Kau ini mengagetkan ku saja, Paramita..
Sudah malam, kenapa masih belum tidur?", tanya Arya Pethak sambil menatap ke arah Paramita yang berdiri di depan pintu bangsal tamu Kepatihan.
"Aku mengkhawatirkan mu Kakang, kau ini tiba tiba menghilang tanpa ada omongan.
Membuat ku takut saja", jawab Paramita sambil mengerucutkan bibirnya yang mungil.
"Sudahlah, aku baik baik saja..
Besok pagi baru kita lanjutkan lagi pembicaraan kita. Ayo kita istirahat", ujar Arya Pethak sambil berjalan menuju ke arah kamar tidur nya.
Paramita pun segera menuju tempat tidur nya yang bersebelahan dengan kamar tidur Arya Pethak.
Arya Pethak segera mengunci pintu kamar tidur nya. Diatas tempat tidur, Arya Pethak duduk bersila. Dengan tangan memegang dua dengkul nya, dia menata nafas nya untuk melatih tenaga dalam nya yang baru menerima ilmu Ajian Lembu Sekilan. Arya Pethak tenggelam dalam semedi nya.
Suara riuh kokok ayam jantan bersahutan membangunkan Arya Pethak. Pagi menjelang tiba di Dalem Kepatihan Kadiri. Matahari pagi mulai memunculkan semburat merah di ufuk timur. Musim hujan yang akan segera tiba mengantarkan awan awan tebal di langit Kadiri.
Segera Arya Pethak menyudahi semedinya. Pria tampan itu segera bergegas menuju ke tempat mandi Kepatihan yang ada di belakang bangsal utama. Begitu sampai disana, tempat mandi Kepatihan telah penuh dengan para perempuan yang baru bangun tidur.
Kedatangan Arya Pethak membuat heboh para perempuan penghuni Dalem Kepatihan, termasuk Ragil Kuning alias Sekarwangi.
"Lihat itu, pemuda itu tampan sekali ya", bisik seorang dayang Kepatihan yang berbadan ramping.
"Aku bersedia loh jadi istri nya", balas kawannya dengan nada genit.
"Ah jangankan istri, jadi gundik nya pun aku mau", ucap seorang dayang lain yang ada di dekat mereka.
Ehmm ehemmm..
Deheman Sekarwangi yang ada di samping mereka membuat acara bisik bisik mereka langsung terhenti.
"Kalian ini bukan nya membantu ku malah sibuk tebar pesona. Sudah bosan bekerja sebagai dayang Kepatihan ya?", ujar Sekarwangi seraya menatap tajam ke arah para dayang Kepatihan yang berkerumun disitu.
Mendengar ucapan Sekarwangi mereka segera buyar mencari kesibukan masing-masing.
Arya Pethak segera membersihkan wajahnya tanpa mempedulikan beberapa pasang mata yang terus mencuri pandang ke arah nya.
Usai membersihkan diri, Arya Pethak kembali ke kamar tidur nya. Dia segera berganti pakaian yang ada di buntalan kain.
Sambil menunggu hari menjadi siang, pemuda tampan itu segera bergegas menuju ke kandang kuda Kepatihan untuk melihat keadaan kuda tunggangan nya.
Ki Granti dan putra nya, Klungsur tampak sibuk memandikan kuda kuda tunggangan para penghuni Kepatihan yang lain di bantu dua orang sepuh yang juga bekerja disana.
Melihat kedatangan Arya Pethak, Ki Granti segera menghampiri pemuda itu.
"Pagi pagi sudah ke kandang kuda, Ndoro..
Apa mau pergi?", tanya Ki Granti dengan senyum ramahnya.
"Tidak Ki,
Aku hanya mau memandikan kuda ku daripada duduk bengong tidak melakukan apa-apa", jawab Arya Pethak sambil tersenyum tipis.
"Jangan Ndoro,
Kalau sampai Gusti Patih tau saya membiarkan Ndoro Pethak memandikan kuda sendiri, bisa bisa saya kena marah. Biar si Klungsur saja yang memandikan kuda Ndoro.
Sur Klungsur...
Kemari kau", panggil Ki Granti pada seorang pemuda berbaju hitam yang memakai ikat kepala hitam. Penampilan pemuda itu terbilang lucu dengan kumis yang tumbuh di bawah hidung nya mirip dengan lalat yang hinggap bibir nya dan perawakan yang tidak terlalu tinggi. Tingginya hanya sepundak Arya Pethak.
"Ada apa Mo? Aku mau memandikan kuda Ndoro Putri nih", jawab Klungsur sambil mendekati ayahnya itu.
"Ini kau mandikan kuda Ndoro Pethak..
Soalnya mau di pakai. Kuda Ndoro Putri biarkan saja dulu", perintah Ki Granti pada Klungsur.
"Tapi kalau Ndoro Putri marah, aku emoh disalahkan loh Mo..
Orang Ndoro Putri Ragil Kuning galaknya begitu", ujar Klungsur sambil bergidik ngeri membayangkan omelan Sekarwangi.
"Kalau Ndoro Putri Ragil Kuning marah, aku nanti yang tanggung jawab. Sudah kamu jangan banyak alasan, cepat kamu mandikan kuda Ndoro Pethak", potong Ki Granti segera.
Klungsur patuh mendengar perintah ayahnya. Segera dia menuntun kuda Arya Pethak dan membawanya ke sebuah sungai kecil di belakang Kepatihan diikuti oleh Arya Pethak.
Mereka berdua segera memandikan kuda hitam Arya Pethak disitu.
"Namamu Klungsur ya?", tanya Arya Pethak sambil menggosok punggung kudanya dengan rumput kering yang dia dapatkan dari tepian sungai kecil itu.
"Benar Ndoro, nama saya Klungsur. Abdi dalem Kepatihan", jawab Klungsur sambil mengguyur air pada kuda Arya Pethak.
"Sudah lama kerja disini?", kembali Arya Pethak melayangkan pertanyaan pada pemuda itu.
"Sudah lama Ndoro Pethak, sejak kecil saya sudah diajak Romo untuk bekerja disini.
Sebenarnya saya pengen berkelana mencari pengalaman, tapi Romo selalu melarang", keluh Klungsur sambil terus menggosok tubuh kuda hitam itu.
"Yang sabar, kalau Dewata menghendaki pasti keinginan mu akan terkabul", ujar Arya Pethak sambil tersenyum simpul.
Mereka terus memandikan kuda sambil mengobrol.
Saat matahari sepenggal naik, Patih Pranaraja yang pagi pagi sudah sowan pada Pangeran Lembu Tal di istana Kadiri, kembali dengan raut muka bingung. Pria sepuh itu tampak memikirkan sesuatu yang penting.
Arya Pethak yang baru selesai memandikan kudanya, berpapasan dengan Patih Pranaraja. Melihat Pranaraja yang tengah memikirkan sesuatu, buru buru Arya Pethak mendekati nya.
"Mohon maaf Gusti Patih jika saya mengganggu..
Sepertinya ada sesuatu yang Gusti Patih pikirkan. Kalau boleh tau apa itu?", ucapan Arya Pethak segera membuyarkan lamunan Pranaraja.
Tiba-tiba sebuah pemikiran melintas di kepala Patih Pranaraja.
"Ah kebetulan sekali.
Arya Pethak aku sedang pusing memikirkan siapa yang akan ku utus ke Kurawan. Gusti Pangeran Lembu Tal meminta ku mengirim nawala ke Adipati Kurawan. Jika Sindupati yang berangkat, aku khawatir dengan keselamatan nya. Sebab ilmu beladiri nya masih rendah.
Bantu aku Pethak, sekalian kau bisa mencari Kelabang Ireng yang bermarkas di Gunung Wilis", ucap Patih Pranaraja sambil menatap ke arah Arya Pethak.
"Terimakasih atas kesempatan yang di berikan Gusti Patih. Saya bersedia untuk berangkat ke sana", ujar Arya Pethak segera.
"Bagus bagus bagus..
Akan ku bekali kau dengan cukup untuk perjalanan mu. Kau ingin berapa prajurit yang mengawal mu?", tanya Patih Pranaraja seraya tersenyum tipis.
"Saya tidak mau ditemani banyak orang, Gusti Patih..
Paramita sudah pasti mengikuti saya. Mungkin saya hanya butuh seorang teman lagi untuk menemani", ujar Arya Pethak dengan sopan.
"Gampang itu,
Sekarang ayo temani aku sarapan bocah bagus. Cacing di perutku sudah bernyanyi sejak tadi", ucap Patih Pranaraja sambil menggelandang tangan Arya Pethak.
Mereka berdua segera menuju sasana boga Kepatihan dimana Ragil Kuning juga hendak mengisi perut nya. Kedatangan Arya Pethak dan Patih Pranaraja bersamaan membuat Sekarwangi sedikit memicingkan matanya.
"Kanjeng Romo,
Kenapa bisa kompak sekali dengan Kakang Pethak?", tanya Sekarwangi dengan nada curiga.
Hehehe
"Arya Pethak akan menjadi utusan ke Kurawan, menggantikan tugas kakak mu. Jadi Romo sangat bergembira", ucapan Patih Pranaraja segera membuat Sekarwangi terkaget bukan main.
"Apaaaaaa???!!
Romo menyuruh Arya Pethak ke Kurawan? Apa Romo tidak salah?", tanya Sekarwangi dengan nada tinggi.
"Tentu saja tidak. Arya Pethak memiliki kemampuan beladiri yang tinggi, perjalanan kesana memang berbahaya dan dengan kemampuan beladiri nya pasti bisa pulang dengan selamat", ujar Patih Pranaraja segera.
"Tapi Romo...", belum sempat Sekarwangi menyelesaikan bantahannya, Arya Pethak memotong ucapan nya.
"Aku yang meminta untuk diutus kesana, Gusti Putri", Arya Pethak menatap wajah bulat telur Sekarwangi.
"Kalau begitu, aku ikut Kakang", pinta Sekarwangi sambil tersenyum manis.
"Aku tidak bisa memutuskan kau boleh ikut atau tidak, Gusti Putri. Itu tergantung pada kehendak Gusti Patih", jawab Arya Pethak sambil tersenyum tipis.
Sekarwangi segera menoleh kearah Patih Pranaraja, namun lelaki sepuh itu menggelengkan kepalanya.
"Romo menyebalkan!", teriak Sekarwangi yang segera melangkah pergi meninggalkan sasana boga Kepatihan. Gadis cantik itu marah besar.
Pagi itu, usai makan pagi, Arya Pethak berangkat menuju ke Kurawan dengan ditemani Paramita dan Klungsur. Putra Ki Granti itu tampak sangat gembira saat Arya Pethak mengajak nya.
Tiga ekor kuda bergerak meninggalkan Kepatihan Kadiri.
Saat hendak melewati tapal batas kota Kadiri, rombongan Arya Pethak menghentikan langkah kaki kuda mereka.
Sekarwangi menghadang dengan membawa buntalan kain bajunya. Perempuan cantik itu duduk di atas kuda nya.
"Gusti Putri,
Ada apa kau menghadang jalan kami?", tanya Arya Pethak segera.
"Aku ikut ke Kurawan, Kakang. Pokoknya aku mau ikut", jawab Sekarwangi sambil tersenyum simpul.
"Kau jangan membuat ku dalam masalah Gusti Putri. Kalau sampai Gusti Patih tau, bisa bisa aku di hukum berat", ujar Arya Pethak dengan nada memelas.
"Kau tenang saja, Kakang. Romo tidak akan menghukum mu karena aku sudah berpamitan.
Ayo kita berangkat", ucap Ragil Kuning Sekarwangi sambil menggebrak kuda nya menuju ke arah kota Daha.
Dengan mendengus kesal, terpaksa Arya Pethak menyusul Sekarwangi diikuti oleh Paramita dan Klungsur.
Di Kepatihan, seorang dayang Kepatihan berlari menuju ke arah Patih Pranaraja yang tengah duduk di kursi serambi Kepatihan.
"Katiwasan Gusti Patih katiwasan", ujar si dayang dengan nafas tersengal akibat berlari.
"Ada apa Dayang? Ada masalah apa?", tanya Patih Pranaraja yang segera berdiri dari tempat duduknya.
"Gusti Putri pergi dari Kepatihan", jawab dayang Kepatihan itu segera.
"APAAAAAA???!!!
Bagaimana bisa?", tanya Patih Pranaraja dengan raut muka penuh keterkejutan.
Sang gadis dayang Kepatihan segera menyerahkan sebuah surat yang dia temukan diatas meja dekat ranjang tidur Sekarwangi.
Patih Pranaraja segera membaca lembar daun lontar yang ditulis Sekarwangi.
Usai membaca surat itu, Patih Pranaraja segera terduduk lemas. Dia tidak menyangka bahwa perlindungan nya pada putri bungsu nya itu membuat Sekarwangi merasa tertekan.
"Ngger Cah Ayu,
Maafkan jika Romo mu terlalu mengekang mu. Semoga perjalanan mu selamat Ngger..
Arya Pethak,
Ku titipkan keselamatan putri ku kepada mu", ujar Patih Pranaraja sambil menatap langit barat.
Di lain tempat, rombongan Arya Pethak terus bergerak menuju ke barat kota Daha. Menjelang sore, rombongan Arya Pethak telah sampai di dermaga penyeberangan sungai Brantas di barat kota Daha.
Seorang lelaki bertubuh tegap dengan pakaian hitam, mendekati mereka.
"Kisanak,
Apakah kalian ingin menyeberang?", tanya sang lelaki bertubuh tegap itu dengan ramah.
"Benar Kisanak,
Kami ingin ke Kurawan. Apa kisanak pemilik perahu penyeberangan itu?", tanya Arya Pethak dengan sopan.
"Benar Kisanak,
Mari silahkan naik. Ini penyeberangan terakhir sebelum tutup, baru buka lagi besok pagi.
Oh iya, biayanya 1 kepeng perak perorang. Silahkan di bayar setelah perahu sampai di dermaga seberang sungai", ujar si pemilik kapal penyeberangan dengan sopan.
Arya Pethak dan kawan-kawannya segera menaiki perahu penyeberangan itu. Segera kapal itu membelah arus sungai Brantas.
Tak berapa lama kemudian, mereka telah sampai ke seberang sungai. Arya Pethak segera membayar biaya menyeberang mereka. Setelah turun dari kapal, mereka segera melompat ke atas kuda mereka masing-masing dan memacu perlahan.
Dua pasang mata menatap ke arah mereka.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ikuti terus kisah selanjutnya 😁
Yang suka silahkan tinggalkan jejak dengan like 👍, vote ☝️, favorit 💙 dan komentar 🗣️ nya yah agar author terus semangat menulis 😁
Selamat membaca 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
rajes salam lubis
asik,lanjutkan
2022-10-12
2
rajes salam lubis
oo oo siapa dia??
2022-10-12
1
rajes salam lubis
pisang goreeenggg
2022-10-12
1