Tugas Dari Patih Pranaraja

Ucapan Paramita mengagetkan Arya Pethak yang baru kembali setelah menerima ilmu kanuragan tingkat tinggi dari Patih Pranaraja.

"Kau ini mengagetkan ku saja, Paramita..

Sudah malam, kenapa masih belum tidur?", tanya Arya Pethak sambil menatap ke arah Paramita yang berdiri di depan pintu bangsal tamu Kepatihan.

"Aku mengkhawatirkan mu Kakang, kau ini tiba tiba menghilang tanpa ada omongan.

Membuat ku takut saja", jawab Paramita sambil mengerucutkan bibirnya yang mungil.

"Sudahlah, aku baik baik saja..

Besok pagi baru kita lanjutkan lagi pembicaraan kita. Ayo kita istirahat", ujar Arya Pethak sambil berjalan menuju ke arah kamar tidur nya.

Paramita pun segera menuju tempat tidur nya yang bersebelahan dengan kamar tidur Arya Pethak.

Arya Pethak segera mengunci pintu kamar tidur nya. Diatas tempat tidur, Arya Pethak duduk bersila. Dengan tangan memegang dua dengkul nya, dia menata nafas nya untuk melatih tenaga dalam nya yang baru menerima ilmu Ajian Lembu Sekilan. Arya Pethak tenggelam dalam semedi nya.

Suara riuh kokok ayam jantan bersahutan membangunkan Arya Pethak. Pagi menjelang tiba di Dalem Kepatihan Kadiri. Matahari pagi mulai memunculkan semburat merah di ufuk timur. Musim hujan yang akan segera tiba mengantarkan awan awan tebal di langit Kadiri.

Segera Arya Pethak menyudahi semedinya. Pria tampan itu segera bergegas menuju ke tempat mandi Kepatihan yang ada di belakang bangsal utama. Begitu sampai disana, tempat mandi Kepatihan telah penuh dengan para perempuan yang baru bangun tidur.

Kedatangan Arya Pethak membuat heboh para perempuan penghuni Dalem Kepatihan, termasuk Ragil Kuning alias Sekarwangi.

"Lihat itu, pemuda itu tampan sekali ya", bisik seorang dayang Kepatihan yang berbadan ramping.

"Aku bersedia loh jadi istri nya", balas kawannya dengan nada genit.

"Ah jangankan istri, jadi gundik nya pun aku mau", ucap seorang dayang lain yang ada di dekat mereka.

Ehmm ehemmm..

Deheman Sekarwangi yang ada di samping mereka membuat acara bisik bisik mereka langsung terhenti.

"Kalian ini bukan nya membantu ku malah sibuk tebar pesona. Sudah bosan bekerja sebagai dayang Kepatihan ya?", ujar Sekarwangi seraya menatap tajam ke arah para dayang Kepatihan yang berkerumun disitu.

Mendengar ucapan Sekarwangi mereka segera buyar mencari kesibukan masing-masing.

Arya Pethak segera membersihkan wajahnya tanpa mempedulikan beberapa pasang mata yang terus mencuri pandang ke arah nya.

Usai membersihkan diri, Arya Pethak kembali ke kamar tidur nya. Dia segera berganti pakaian yang ada di buntalan kain.

Sambil menunggu hari menjadi siang, pemuda tampan itu segera bergegas menuju ke kandang kuda Kepatihan untuk melihat keadaan kuda tunggangan nya.

Ki Granti dan putra nya, Klungsur tampak sibuk memandikan kuda kuda tunggangan para penghuni Kepatihan yang lain di bantu dua orang sepuh yang juga bekerja disana.

Melihat kedatangan Arya Pethak, Ki Granti segera menghampiri pemuda itu.

"Pagi pagi sudah ke kandang kuda, Ndoro..

Apa mau pergi?", tanya Ki Granti dengan senyum ramahnya.

"Tidak Ki,

Aku hanya mau memandikan kuda ku daripada duduk bengong tidak melakukan apa-apa", jawab Arya Pethak sambil tersenyum tipis.

"Jangan Ndoro,

Kalau sampai Gusti Patih tau saya membiarkan Ndoro Pethak memandikan kuda sendiri, bisa bisa saya kena marah. Biar si Klungsur saja yang memandikan kuda Ndoro.

Sur Klungsur...

Kemari kau", panggil Ki Granti pada seorang pemuda berbaju hitam yang memakai ikat kepala hitam. Penampilan pemuda itu terbilang lucu dengan kumis yang tumbuh di bawah hidung nya mirip dengan lalat yang hinggap bibir nya dan perawakan yang tidak terlalu tinggi. Tingginya hanya sepundak Arya Pethak.

"Ada apa Mo? Aku mau memandikan kuda Ndoro Putri nih", jawab Klungsur sambil mendekati ayahnya itu.

"Ini kau mandikan kuda Ndoro Pethak..

Soalnya mau di pakai. Kuda Ndoro Putri biarkan saja dulu", perintah Ki Granti pada Klungsur.

"Tapi kalau Ndoro Putri marah, aku emoh disalahkan loh Mo..

Orang Ndoro Putri Ragil Kuning galaknya begitu", ujar Klungsur sambil bergidik ngeri membayangkan omelan Sekarwangi.

"Kalau Ndoro Putri Ragil Kuning marah, aku nanti yang tanggung jawab. Sudah kamu jangan banyak alasan, cepat kamu mandikan kuda Ndoro Pethak", potong Ki Granti segera.

Klungsur patuh mendengar perintah ayahnya. Segera dia menuntun kuda Arya Pethak dan membawanya ke sebuah sungai kecil di belakang Kepatihan diikuti oleh Arya Pethak.

Mereka berdua segera memandikan kuda hitam Arya Pethak disitu.

"Namamu Klungsur ya?", tanya Arya Pethak sambil menggosok punggung kudanya dengan rumput kering yang dia dapatkan dari tepian sungai kecil itu.

"Benar Ndoro, nama saya Klungsur. Abdi dalem Kepatihan", jawab Klungsur sambil mengguyur air pada kuda Arya Pethak.

"Sudah lama kerja disini?", kembali Arya Pethak melayangkan pertanyaan pada pemuda itu.

"Sudah lama Ndoro Pethak, sejak kecil saya sudah diajak Romo untuk bekerja disini.

Sebenarnya saya pengen berkelana mencari pengalaman, tapi Romo selalu melarang", keluh Klungsur sambil terus menggosok tubuh kuda hitam itu.

"Yang sabar, kalau Dewata menghendaki pasti keinginan mu akan terkabul", ujar Arya Pethak sambil tersenyum simpul.

Mereka terus memandikan kuda sambil mengobrol.

Saat matahari sepenggal naik, Patih Pranaraja yang pagi pagi sudah sowan pada Pangeran Lembu Tal di istana Kadiri, kembali dengan raut muka bingung. Pria sepuh itu tampak memikirkan sesuatu yang penting.

Arya Pethak yang baru selesai memandikan kudanya, berpapasan dengan Patih Pranaraja. Melihat Pranaraja yang tengah memikirkan sesuatu, buru buru Arya Pethak mendekati nya.

"Mohon maaf Gusti Patih jika saya mengganggu..

Sepertinya ada sesuatu yang Gusti Patih pikirkan. Kalau boleh tau apa itu?", ucapan Arya Pethak segera membuyarkan lamunan Pranaraja.

Tiba-tiba sebuah pemikiran melintas di kepala Patih Pranaraja.

"Ah kebetulan sekali.

Arya Pethak aku sedang pusing memikirkan siapa yang akan ku utus ke Kurawan. Gusti Pangeran Lembu Tal meminta ku mengirim nawala ke Adipati Kurawan. Jika Sindupati yang berangkat, aku khawatir dengan keselamatan nya. Sebab ilmu beladiri nya masih rendah.

Bantu aku Pethak, sekalian kau bisa mencari Kelabang Ireng yang bermarkas di Gunung Wilis", ucap Patih Pranaraja sambil menatap ke arah Arya Pethak.

"Terimakasih atas kesempatan yang di berikan Gusti Patih. Saya bersedia untuk berangkat ke sana", ujar Arya Pethak segera.

"Bagus bagus bagus..

Akan ku bekali kau dengan cukup untuk perjalanan mu. Kau ingin berapa prajurit yang mengawal mu?", tanya Patih Pranaraja seraya tersenyum tipis.

"Saya tidak mau ditemani banyak orang, Gusti Patih..

Paramita sudah pasti mengikuti saya. Mungkin saya hanya butuh seorang teman lagi untuk menemani", ujar Arya Pethak dengan sopan.

"Gampang itu,

Sekarang ayo temani aku sarapan bocah bagus. Cacing di perutku sudah bernyanyi sejak tadi", ucap Patih Pranaraja sambil menggelandang tangan Arya Pethak.

Mereka berdua segera menuju sasana boga Kepatihan dimana Ragil Kuning juga hendak mengisi perut nya. Kedatangan Arya Pethak dan Patih Pranaraja bersamaan membuat Sekarwangi sedikit memicingkan matanya.

"Kanjeng Romo,

Kenapa bisa kompak sekali dengan Kakang Pethak?", tanya Sekarwangi dengan nada curiga.

Hehehe

"Arya Pethak akan menjadi utusan ke Kurawan, menggantikan tugas kakak mu. Jadi Romo sangat bergembira", ucapan Patih Pranaraja segera membuat Sekarwangi terkaget bukan main.

"Apaaaaaa???!!

Romo menyuruh Arya Pethak ke Kurawan? Apa Romo tidak salah?", tanya Sekarwangi dengan nada tinggi.

"Tentu saja tidak. Arya Pethak memiliki kemampuan beladiri yang tinggi, perjalanan kesana memang berbahaya dan dengan kemampuan beladiri nya pasti bisa pulang dengan selamat", ujar Patih Pranaraja segera.

"Tapi Romo...", belum sempat Sekarwangi menyelesaikan bantahannya, Arya Pethak memotong ucapan nya.

"Aku yang meminta untuk diutus kesana, Gusti Putri", Arya Pethak menatap wajah bulat telur Sekarwangi.

"Kalau begitu, aku ikut Kakang", pinta Sekarwangi sambil tersenyum manis.

"Aku tidak bisa memutuskan kau boleh ikut atau tidak, Gusti Putri. Itu tergantung pada kehendak Gusti Patih", jawab Arya Pethak sambil tersenyum tipis.

Sekarwangi segera menoleh kearah Patih Pranaraja, namun lelaki sepuh itu menggelengkan kepalanya.

"Romo menyebalkan!", teriak Sekarwangi yang segera melangkah pergi meninggalkan sasana boga Kepatihan. Gadis cantik itu marah besar.

Pagi itu, usai makan pagi, Arya Pethak berangkat menuju ke Kurawan dengan ditemani Paramita dan Klungsur. Putra Ki Granti itu tampak sangat gembira saat Arya Pethak mengajak nya.

Tiga ekor kuda bergerak meninggalkan Kepatihan Kadiri.

Saat hendak melewati tapal batas kota Kadiri, rombongan Arya Pethak menghentikan langkah kaki kuda mereka.

Sekarwangi menghadang dengan membawa buntalan kain bajunya. Perempuan cantik itu duduk di atas kuda nya.

"Gusti Putri,

Ada apa kau menghadang jalan kami?", tanya Arya Pethak segera.

"Aku ikut ke Kurawan, Kakang. Pokoknya aku mau ikut", jawab Sekarwangi sambil tersenyum simpul.

"Kau jangan membuat ku dalam masalah Gusti Putri. Kalau sampai Gusti Patih tau, bisa bisa aku di hukum berat", ujar Arya Pethak dengan nada memelas.

"Kau tenang saja, Kakang. Romo tidak akan menghukum mu karena aku sudah berpamitan.

Ayo kita berangkat", ucap Ragil Kuning Sekarwangi sambil menggebrak kuda nya menuju ke arah kota Daha.

Dengan mendengus kesal, terpaksa Arya Pethak menyusul Sekarwangi diikuti oleh Paramita dan Klungsur.

Di Kepatihan, seorang dayang Kepatihan berlari menuju ke arah Patih Pranaraja yang tengah duduk di kursi serambi Kepatihan.

"Katiwasan Gusti Patih katiwasan", ujar si dayang dengan nafas tersengal akibat berlari.

"Ada apa Dayang? Ada masalah apa?", tanya Patih Pranaraja yang segera berdiri dari tempat duduknya.

"Gusti Putri pergi dari Kepatihan", jawab dayang Kepatihan itu segera.

"APAAAAAA???!!!

Bagaimana bisa?", tanya Patih Pranaraja dengan raut muka penuh keterkejutan.

Sang gadis dayang Kepatihan segera menyerahkan sebuah surat yang dia temukan diatas meja dekat ranjang tidur Sekarwangi.

Patih Pranaraja segera membaca lembar daun lontar yang ditulis Sekarwangi.

Usai membaca surat itu, Patih Pranaraja segera terduduk lemas. Dia tidak menyangka bahwa perlindungan nya pada putri bungsu nya itu membuat Sekarwangi merasa tertekan.

"Ngger Cah Ayu,

Maafkan jika Romo mu terlalu mengekang mu. Semoga perjalanan mu selamat Ngger..

Arya Pethak,

Ku titipkan keselamatan putri ku kepada mu", ujar Patih Pranaraja sambil menatap langit barat.

Di lain tempat, rombongan Arya Pethak terus bergerak menuju ke barat kota Daha. Menjelang sore, rombongan Arya Pethak telah sampai di dermaga penyeberangan sungai Brantas di barat kota Daha.

Seorang lelaki bertubuh tegap dengan pakaian hitam, mendekati mereka.

"Kisanak,

Apakah kalian ingin menyeberang?", tanya sang lelaki bertubuh tegap itu dengan ramah.

"Benar Kisanak,

Kami ingin ke Kurawan. Apa kisanak pemilik perahu penyeberangan itu?", tanya Arya Pethak dengan sopan.

"Benar Kisanak,

Mari silahkan naik. Ini penyeberangan terakhir sebelum tutup, baru buka lagi besok pagi.

Oh iya, biayanya 1 kepeng perak perorang. Silahkan di bayar setelah perahu sampai di dermaga seberang sungai", ujar si pemilik kapal penyeberangan dengan sopan.

Arya Pethak dan kawan-kawannya segera menaiki perahu penyeberangan itu. Segera kapal itu membelah arus sungai Brantas.

Tak berapa lama kemudian, mereka telah sampai ke seberang sungai. Arya Pethak segera membayar biaya menyeberang mereka. Setelah turun dari kapal, mereka segera melompat ke atas kuda mereka masing-masing dan memacu perlahan.

Dua pasang mata menatap ke arah mereka.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ikuti terus kisah selanjutnya 😁

Yang suka silahkan tinggalkan jejak dengan like 👍, vote ☝️, favorit 💙 dan komentar 🗣️ nya yah agar author terus semangat menulis 😁

Selamat membaca 🙏🙏

Terpopuler

Comments

rajes salam lubis

rajes salam lubis

asik,lanjutkan

2022-10-12

2

rajes salam lubis

rajes salam lubis

oo oo siapa dia??

2022-10-12

1

rajes salam lubis

rajes salam lubis

pisang goreeenggg

2022-10-12

1

lihat semua
Episodes
1 Korban Kutukan Ketujuh
2 Wafatnya Apanji Tohjaya
3 Tapa Ngalong
4 Ajian Tapak Brajamusti
5 Sudah Saatnya
6 Ujian Pertama Topo Ngrame
7 Dewa Obat dari Selatan
8 Perjalanan
9 Pencuri Kuda
10 Sepasang Pendekar Pemetik Bunga
11 Sapu Tangan Merah
12 Ajian Lembu Sekilan
13 Tugas Dari Patih Pranaraja
14 Jagoan Kampung
15 Sepasang Pisau Racun
16 Mpu Lunggah dari Bukit Penampihan
17 Munculnya Pusaka Penebar Petaka
18 Lembu Pangenggar dan Anak Murid Padepokan Gagar Mayang
19 Nawala
20 Hantu Desa Karangan
21 Hantu Desa Karangan 2
22 Jimat Lulang Kebo Landoh
23 Iblis Golok Pucat
24 Kenapa Buru-buru Pergi?
25 Hutan Kali Mati
26 Racun Ular Kuning
27 Nyamuk Pengganggu
28 Ajian Badai Laut Selatan
29 Tiga Gadis Desa
30 Walet Merah
31 Keributan di Pasar Kadipaten Kurawan
32 Murid Perguruan Pedang Setan
33 Katumenggungan Kurawan
34 Katumenggungan Kurawan 2
35 Menyerbu Markas Kelompok Kelabang Ireng
36 Pertapaan Giri Lawu
37 Ajian Mata Dewa
38 Tiga Resi
39 Keributan di Warung Makan
40 Dewi Ular Siluman
41 Perguruan Pedang Perak
42 Malaikat Maut Mu
43 Rahasia Pedang Perak dan Pedang Setan
44 Masa Depan Perguruan Pedang Perak
45 Melawan Si Mata Malaikat
46 Anjani
47 Penginapan Kembang Sore
48 Penginapan Kembang Sore 2
49 Delapan Setan Pencabut Nyawa
50 Sayembara
51 Arya Pethak Melawan Tumenggung Jaran Sembrani
52 Begawan Pasopati
53 Karawitan Langen Sari
54 Kisah Masa Silam
55 Menuju Ke Kadiri
56 Pengemis Tapak Darah
57 Pengemis Tapak Darah 2
58 Misteri Gunung Penanggungan
59 Nyi Ratu Bulan Darah
60 Segel Suci Empat Arah Lima Pancer
61 Batu Inti Naga
62 Kekuatan Baru
63 Ratapan Di Tengah Hujan
64 Giliran
65 Selamatkan Rara Larasati
66 Dua Putri Lurah Lwaram
67 Kemampuan Beladiri Yang Tersembunyi
68 Dendam Kesumat
69 Persetubuhan Setan
70 Ajian Iblis Neraka
71 Kutuk Pasu
72 Dalang
73 Terbongkarnya Rahasia Dewi Sekar Rinonce
74 Senjata untuk Klungsur
75 Rampok Bajing Ireng
76 Pertarungan Dua Wanita Cantik
77 Tolong Aku
78 Curahan Hati Sang Putri Adipati
79 Rajapati Pisau Perak
80 Orang Bodoh Yang Tidak Tolol
81 Menuju Saunggalah
82 Istana Atap Langit
83 Bertemu Ki Buyut Mangun Tapa
84 Ajian Halimun
85 Di Kaki Gunung Pojoktiga
86 Uji Kemampuan Beladiri
87 Uji Kemampuan Beladiri 2
88 Uji Kemampuan Beladiri 3
89 Uji Kemampuan Beladiri 4
90 Uji Kemampuan Beladiri 5
91 Pendekar Muda Nomer Satu
92 Rahasia Jati Diri Nay Kemuning
93 Lembah Seribu Bunga
94 Balas Dendam
95 Sinar Rembulan
96 Setan Dari Neraka
97 Utusan
98 Dedemit Desa Randublatung
99 Kadipaten Bojonegoro
100 Kitab Pusaka Sabda Buana
101 Resi Mpu Dharma
102 Iri Hati Sang Ibu Tiri
103 Delapan Malaikat Pembunuh
104 Berebut Perahu Penyeberangan
105 Bajak Laut
106 Adipati Arya Wiraraja
107 Cinderamata Dari Pulau Madura
108 Penunggang Kuda di Tengah Malam
109 Menuju Kotaraja Singhasari
110 Nyi Lapat dan Rukmini
111 Sirep
112 Pendekar Sabit Berdarah
113 Sepasang Pedang Gunung Kawi
114 Gorawangsa
115 Pertarungan Tiga Bidadari
116 Mpu Prawira dan Nyi Ratih
117 Pernikahan Arya Pethak, Anjani dan Nay Kemuning
118 Jodoh Masa Kecil
119 Rencana Selanjutnya
120 Rahasia Nyi Sekati
121 Prajurit Gelang-gelang
122 Selir
123 Gembel Tua Berseruling Perak
124 Kitab Ilmu Seruling Neraka
125 Kawan Seperjalanan Baru
126 Anak Buah Raden Ronggo
127 Pertapaan Sapta Arga
128 Resi Candramaya
129 Musuhnya Musuh Adalah Teman
130 Kisruh Istana Pakuwon Sendang
131 Kematian Akuwu Surenggono
132 Supit Urang
133 Menggempur Kota Wengker
134 Menggempur Kota Wengker 2
135 Kota Wengker Jatuh
136 Adipati Warok Singo Pethak
137 Siasat Raden Ronggo
138 Pertarungan di Barat Pakuwon Tapan
139 Perang Akhir
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Korban Kutukan Ketujuh
2
Wafatnya Apanji Tohjaya
3
Tapa Ngalong
4
Ajian Tapak Brajamusti
5
Sudah Saatnya
6
Ujian Pertama Topo Ngrame
7
Dewa Obat dari Selatan
8
Perjalanan
9
Pencuri Kuda
10
Sepasang Pendekar Pemetik Bunga
11
Sapu Tangan Merah
12
Ajian Lembu Sekilan
13
Tugas Dari Patih Pranaraja
14
Jagoan Kampung
15
Sepasang Pisau Racun
16
Mpu Lunggah dari Bukit Penampihan
17
Munculnya Pusaka Penebar Petaka
18
Lembu Pangenggar dan Anak Murid Padepokan Gagar Mayang
19
Nawala
20
Hantu Desa Karangan
21
Hantu Desa Karangan 2
22
Jimat Lulang Kebo Landoh
23
Iblis Golok Pucat
24
Kenapa Buru-buru Pergi?
25
Hutan Kali Mati
26
Racun Ular Kuning
27
Nyamuk Pengganggu
28
Ajian Badai Laut Selatan
29
Tiga Gadis Desa
30
Walet Merah
31
Keributan di Pasar Kadipaten Kurawan
32
Murid Perguruan Pedang Setan
33
Katumenggungan Kurawan
34
Katumenggungan Kurawan 2
35
Menyerbu Markas Kelompok Kelabang Ireng
36
Pertapaan Giri Lawu
37
Ajian Mata Dewa
38
Tiga Resi
39
Keributan di Warung Makan
40
Dewi Ular Siluman
41
Perguruan Pedang Perak
42
Malaikat Maut Mu
43
Rahasia Pedang Perak dan Pedang Setan
44
Masa Depan Perguruan Pedang Perak
45
Melawan Si Mata Malaikat
46
Anjani
47
Penginapan Kembang Sore
48
Penginapan Kembang Sore 2
49
Delapan Setan Pencabut Nyawa
50
Sayembara
51
Arya Pethak Melawan Tumenggung Jaran Sembrani
52
Begawan Pasopati
53
Karawitan Langen Sari
54
Kisah Masa Silam
55
Menuju Ke Kadiri
56
Pengemis Tapak Darah
57
Pengemis Tapak Darah 2
58
Misteri Gunung Penanggungan
59
Nyi Ratu Bulan Darah
60
Segel Suci Empat Arah Lima Pancer
61
Batu Inti Naga
62
Kekuatan Baru
63
Ratapan Di Tengah Hujan
64
Giliran
65
Selamatkan Rara Larasati
66
Dua Putri Lurah Lwaram
67
Kemampuan Beladiri Yang Tersembunyi
68
Dendam Kesumat
69
Persetubuhan Setan
70
Ajian Iblis Neraka
71
Kutuk Pasu
72
Dalang
73
Terbongkarnya Rahasia Dewi Sekar Rinonce
74
Senjata untuk Klungsur
75
Rampok Bajing Ireng
76
Pertarungan Dua Wanita Cantik
77
Tolong Aku
78
Curahan Hati Sang Putri Adipati
79
Rajapati Pisau Perak
80
Orang Bodoh Yang Tidak Tolol
81
Menuju Saunggalah
82
Istana Atap Langit
83
Bertemu Ki Buyut Mangun Tapa
84
Ajian Halimun
85
Di Kaki Gunung Pojoktiga
86
Uji Kemampuan Beladiri
87
Uji Kemampuan Beladiri 2
88
Uji Kemampuan Beladiri 3
89
Uji Kemampuan Beladiri 4
90
Uji Kemampuan Beladiri 5
91
Pendekar Muda Nomer Satu
92
Rahasia Jati Diri Nay Kemuning
93
Lembah Seribu Bunga
94
Balas Dendam
95
Sinar Rembulan
96
Setan Dari Neraka
97
Utusan
98
Dedemit Desa Randublatung
99
Kadipaten Bojonegoro
100
Kitab Pusaka Sabda Buana
101
Resi Mpu Dharma
102
Iri Hati Sang Ibu Tiri
103
Delapan Malaikat Pembunuh
104
Berebut Perahu Penyeberangan
105
Bajak Laut
106
Adipati Arya Wiraraja
107
Cinderamata Dari Pulau Madura
108
Penunggang Kuda di Tengah Malam
109
Menuju Kotaraja Singhasari
110
Nyi Lapat dan Rukmini
111
Sirep
112
Pendekar Sabit Berdarah
113
Sepasang Pedang Gunung Kawi
114
Gorawangsa
115
Pertarungan Tiga Bidadari
116
Mpu Prawira dan Nyi Ratih
117
Pernikahan Arya Pethak, Anjani dan Nay Kemuning
118
Jodoh Masa Kecil
119
Rencana Selanjutnya
120
Rahasia Nyi Sekati
121
Prajurit Gelang-gelang
122
Selir
123
Gembel Tua Berseruling Perak
124
Kitab Ilmu Seruling Neraka
125
Kawan Seperjalanan Baru
126
Anak Buah Raden Ronggo
127
Pertapaan Sapta Arga
128
Resi Candramaya
129
Musuhnya Musuh Adalah Teman
130
Kisruh Istana Pakuwon Sendang
131
Kematian Akuwu Surenggono
132
Supit Urang
133
Menggempur Kota Wengker
134
Menggempur Kota Wengker 2
135
Kota Wengker Jatuh
136
Adipati Warok Singo Pethak
137
Siasat Raden Ronggo
138
Pertarungan di Barat Pakuwon Tapan
139
Perang Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!