"Bukankah dia suami kak Imel?" batin Sherly, dia teringat foto yang ada di fb Imel.
"Kamu karyawan baru di sini?" tanya pemilik nama Wendy itu, Sherly hanya mengangguk saja. Kemudian Wendy masuk menuju ruangannya tanpa mencurigainya.
Ternyata Wendy tak mengenali Sherly, secara dia hanya sekilas bertemu saat acara ulang tahun Imel dulu.
"Suami kak Imel bekerja di sini juga? Hem, ini kesempatan bagus. Dari dia aku akan memulai balas dendam pada mama Anita dan kak Imel." batin Sherly jahat.
"Sherly," panggil Alva, Sherly segera menoleh dan menghampirinya.
"Kenapa belum masuk?" tanya Alva yang ternyata sedari tadi sudah memperhatikan Sherly sejak dari parkiran. Kini, Alva diam-diam telah menaruh hati padanya.
Semenjak Sherly bekerja sebagai penerjemah bahasa di perusahaannya, Alva merasakan kenyamanan untuk sementara bila berada di dekatnya. Sempat terbesit dalam benaknya Alva, ingin membahas peristiwa panas 6 tahun lalu, tapi waktunya kurang tepat sehingga dia mengurungkan niatnya.
"Em, anu itu, e, masih cari udara segar." sahut Sherly terdengar kikuk seraya memalingkan wajah, dia benar-benar tak bisa berkutik jika bertatapan langsung dengan wajah Alva yang gantengnya selangit itu.
Sherly sementara ini merahasiakan identitas aslinya. Dia belum siap jika harus memberitahukan setelah peristiwa panas dengan Alva kalau dirinya hamil dan melahirkan 5 anak kembar. Sherly juga takut kalau Alva tahu tentang anaknya, dia akan merebut mereka dari kehidupannya.
Alva hanya tersenyum tipis, "Ayo, sebentar lagi akan ada meeting klien dari Jepang." terang Alva membuat Sherly membulatkan matanya yang indah itu.
"Dari Jepang?" seru Sherly dan segera mengekor Alva yang terlebih dahulu berjalan mendahuluinya menuju ruang meeting. Dia segera mengaktifkan saluran penghubung dengan Abigail, karena hanya putra sulungnya lah yang bisa membantu semua pekerjaannya.
Di ruang meeting.
Pandangan Wendy tertuju pada pesona Sherly yang anggun. Matanya seperti tak jemu menatap Sherly yang tengah menerjemahkan bahasa Jepang ke Indonesia itu. Dia terkagum-kagum dengan sosok Sherly.
.
.
.
Meeting pun selesai, Wendy berjalan menghampiri Alva dan Sherly.
"Menakjubkan dan luar biasa, belum pernah aku bertemu dengan wanita yang hebat seperti kamu." Wendy memuji Sherly tiada henti membuat Alva jengah mendengarnya. Alva sedikit cemburu dengan tatapan Wendy.
"Perkenalkan, namaku Wendy."
Wendy hendak menjabat tangan Sherly, namun dengan segera Alva meraihnya.
"Berjabat tangan sama aku saja." ucap Alva membuat Wendy mendengus kecewa.
"Aku Sherly," sahut Sherly sambil terkekeh melihat sifat Alva yang kekanak -kanakan.
"Wendy, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu." ucap Alva serius dan juga untuk mengalihkan perhatiannya.
"Baik, kita bicarakan di sini saja." sahut Wendy beralasan, padahal dia masih ingin menatap Sherly.
"Kalau begitu aku permisi dulu." ujar Sherly. Terlihat Wendy sangat kecewa.
"Jangan lupa, kita ada jadwal makan siang dengan perusahaan Echelon pukul 12.00 nanti!"Alva sengaja mengencangkan suaranya itu agar terdengar oleh Wendy. Tentu saja kuping Wendy terasa panas.
"Baik," Sherly bergegas ke luar.
"Sekertaris pintar dan cantik seperti dia, kamu dapat dari mana?" seloroh pertanyaan keluar dari mulut Wendy.
"Itu tidak penting dia dari mana," sarkas Alva, "Dasar, sudah beristri tetap saja mata keranjang!" umpat Alva dalam hati.
" Wendy, bagaimana laporan keuangan perusahaan kita? Sudah lima bulan keuangan perusahaan meleset drastis, seharusnya keuangan bertambah. Ini kenapa di luar kenyataan?" Alva bertanya penuh selidik padanya, karena Wendy yang mengelola keuangan perusahaan.
"Gawat, bagaimana dia bisa tahu!" batin Wendy mencoba mencari alasan. Kenyataannya, dana yang dimaksud Alva kini sudah raib ia gunakan untuk bersenang -senang dengan istrinya.
Alva terus saja mendesak agar Wendy jujur, belum sempat dia mendapatkan informasi yang keluar dari mulutnya, mendadak petugas KPK muncul di ruangan meeting. Mereka berpenampilan sangar namun tetap berwibawa.
"Dengan saudara Alvarendra Rizki?" tanya salah satu petugas seraya menyerahkan map berisi perintah penyelidikan.
"Ya benar, itu saya." sahut Alva dengan suara lantangnya seraya menerima map itu dan dengan cepat membacanya. Alva mengerutkan dahi tak percaya.
Petugas itu memeriksa semua dokumen dan berbagai surat pajak milik perusahaan. Alva tertuduh telah melakukan penggelapan dana yang jumlahnya hampir milyaran. Alva tersudut, semua bukti mengarah padanya. Dia sadar siapa dalang dibalik ini semua. Alva tak ingin gegabah, sengaja dia membiarkan pelakunya untuk bersantai sejenak.
"Ternyata kamu musuh dalam selimut, aku tahu kamulah yang melakukan korupsi. Tunggu kejutan dariku, karena sebenarnya aku lebih memiliki bukti yang kuat yang akan mengembalikan keadaan." batin Alvarendra, dia pasrah saat dirinya digiring ke kantor polisi untuk menjalani pemeriksaan.
Seketika itu juga, rekan bisnis Alvarendra yang merasakan dampak dari keadaan ini. Dana yang seharusnya sudah cair kini malah membeku.
Sherly begitu panik, dia segera mencegah anggota KPK yang sedang melintas.
"Tunggu, aku yakin bukan presdir yang melakukan ini." Sherly dengan antusias menyakinkan mereka.
Sherly juga sudah mendapatkan informasi mengenai kasus penggelapan dana ini dari Boman melewati anting mix. Boman telah merentas jaringan keamanan dari perusahan Bank Core yang mana bagian itu hanya dua orang yang tahu kode rahasia. Yakni Alvarendra dan Wendy.
Alvarendra dan Wendy adalah mahasiswa S2 lulusan IT di universitas Australia, mereka sepakat untuk menciptakan sebuah kode rahasia dan hanya mereka berdua yang bisa membukanya.
Tapi tanpa sepengetahuan Wendy, Alvarendra telah mengubah kode rahasia itu untuk mengantisipasi masalah seperti ini.
"Terima kasih kamu sudah mengkhawatirkan aku." ucap presdir Alva datar dan penuh keteduhan kala menatap Sherly yang begitu peduli padanya.
"Presdir, kamu katakan pada mereka kalau kamu tidak mungkin melakukan perbuatan keji ini." Sherly tak rela jika Alvarendra mendekam di penjara.
"Tenanglah, aku bisa mengatasi semua ini sendiri." sahut Alva, lalu menoleh untuk mencari sosok Thomas.
Semenjak istri Thomas melahirkan yang bertepatan saat Sherly masuk kerja, dia jarang sekali berada di ruangannya. Begitu dia mendapatkan kabar hal ini, dia segera datang.
"Tuan Alva, bagaimana ini bisa terjadi?" bisik Thomas saat tau dirinya dibutuhkan.
"Seseorang telah menjebakku, untuk sementara waktu amankan ruanganku dan aku titip perusahaan ini padamu!" sahut Alva seraya melirik Wendy. Wendy sendiri seolah-olah sibuk dan segera bergegas pergi menyelinap, tapi tertangkap pandang oleh Alva.
Sebelum Alva pergi, dia meminta izin untuk membawa laptopnya dan beberapa handsanitize yang ada di ruang kerjanya.
Sepanjang jalan Alva menyusuri lorong, terlihat beberapa karyawan tengah sibuk melayani panggilan masuk. Mereka menanyakan dana bantuan subsidi upah yang belum cair sampai detik ini.
Kala itu juga, beberapa pimpinan perusahaan tetangga termasuk perusahaan Echelon, datang berbondong -bondong ingin menemui Alva.
Mereka membatalkan semua perjanjian yang menyangkut pendirian taman wisata di lahan yang telah Alva beli.
Ya, perusahaan tetangga sebelum kejadian ini berencana ingin membangun sebuah taman wisata, mereka menyetujui ide Alvarendra karena teriming -iming dengan keuntungan yang akan didapat.
Alva hanya mengucapkan satu kalimat yang membuat mereka tak bisa bertanya lagi.
"Tunggu aku kembali, dan aku pasti kan uang kalian akan kembali juga!" ucap Alva lalu segera masuk ke dalam mobil milik anggota penyelidik.
"Presdir, presdir!" teriak Sherly sambil mengejar mobil itu, namun sudah terlanjur pergi jauh.
Thomas menyusul Sherly.
"Nona, tenangkan dirimu, kita mungkin berpikiran sama. Aku yakin Tuan Alvarendra tak melakukan perbuatan kotor seperti ini. Karena aku sangat mengenal dia." sahut pria berusia 50 tahunan itu.
"Apa kita tak bisa melakukan sesuatu untuk membantunya?"
"Untuk sementara kita handle dulu para publik yang sedang mengeluh." Thomas mengajak Sherly masuk.
Sementara Wendy...
Wendy segera menuju ruangan pribadinya, dia menyalakan laptopnya untuk membuka kode rahasia, bermaksud untuk menghapus bukti penggelapan dana yang asli sebelum ia ketahuan kalau pelaku sebenarnya adalah dia.
Dan jikapun ketahuan, dana itu takkan bisa kembali utuh. Istrinya telah menghabiskan separuh uang yang telah Wendy berikan.
Wendy mulai mengetik kode setelah layar laptopnya berhasil membuka beranda sistem pengamanan perusahaan.
"Kamu pasti akan kalah Alva, dan semua asetmu perlahan akan beralih padaku." ucap Wendy seraya menekan tombol enter.
"Apa yang terjadi? Mengapa kode rahasianya tak bisa masuk?" Wendy panik bak kebakaran jenggot seraya mengetik ulang kode itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
🌸 Yowu-Kim 🌸
Kirain thomas masih muda
2025-04-07
0
🌸 Yowu-Kim 🌸
Pokoknya harus balas dendam
2025-04-07
0
Nartadi Yana
bukannya Wendy ikut menghabiskan harta istri dan ibu mertuanya dari hasil merampas milik sherly ya
2023-10-01
0