Pandawa Kecilku
Pagi ini seperti biasa Sherly, gadis yang berusia 19 tahun yang baru saja tamat SMA itu telah selesai dari kesehariannya mencuci pakaian milik semua penghuni rumah, ia berganti mengepel lantai seluruh ruangan yang ada di rumahnya. Bukannya tidak ada pembantu dalam rumah yang sebesar istana itu, namun sang ibu tiri yang bernama Anita dan anak perempuannya bernama Imel memang sengaja memerintah Sherly untuk mengerjakan semua pekerjaan yang seharusnya dilakukan pembantu.
Ayahnya baru tiga bulan meninggal menyusul ibunya yang sudah dulu pergi, dengan meninggalkan setumpuk kekayaan yang mungkin tidak akan habis tujuh turunan. Namun, karena keserakahan dari ibu tiri dan anaknya dia tak pernah menerima uang sepeser pun dari harta ayahnya.
"Makan yang banyak Non, agar badan tetap sehat dan tak mudah sakit." ujar mbok Kah yang saat ini berada di dapur bersama Sherly.
Mbok Kah, pembantu yang baik hati. Dialah yang satu-satunya orang yang menyayangi Sherly. Dia selalu menyiapkan makanan khusus untuknya tanpa sepengetahuan nyonya besar.
Anita tidak mengizinkan Sherly untuk melanjutkan kuliah karena pikirnya hanya buang-buang uang saja dan baginya kuliah tidak penting. Jadi, dia baru semester 3. Berbeda dengan kakak sambungnya, Imel, dia selalu dimanjakan, dia kuliah di perguruan ternama yang ada di kota Jakarta. Usianya tiga tahun lebih tua dari Sherly.
"Sherly!" teriak Imel dari arah belakang rumah. Dengan segera Sherly memenuhi panggilan kakaknya.
"Iya Kak, ada apa?" Sherly datang tergopoh -gopoh ketika sampai di halaman belakang.
"Kamu nggak lihat, tuh!" Imel menunjuk ke arah kolam, Sherly tidak paham dengan maksud kakaknya menunjuk kolam.
"Kolam, kenapa dengan kolamnya?" tanya Sherly benar -benar tak mengerti.
"Kamu bersihkan lumut di pinggir sepanjang kolam ini! Aku jijik melihatnya!" sahut Imel sambil berkacak pinggang.
"Tapi, Kak, aku belum selesai menyapu dan beres-beres," Sherly menerangkan apa yang sedang ia kerjakan.
"Kamu mau membangkang perintahku? Aku teriak panggil mama biar kamu dimarahi lagi!" bentak Imel sambil mengancam.
"Jangan Kak!" pekik Sherly, dengan segera dia mengambil peralatan membersihkan kolam. Imel tersenyum sinis, ia berhasil mengerjainya.
Setiap hari ada saja ulah Imel untuk membuat Sherly merasa kesulitan. Tapi, karena sudah terbiasa menjalaninya, Sherly menganggap ini sebuah cobaan untuk menjadi orang sukses dikemudian hari. Entah itu kapan?
Byur...
Dengan sengaja kaki Imel menjegal kaki Sherly hingga dia kehilangan keseimbangan.
"Kyaaa!!" Sherly berteriak histeris minta tolong, dia gelagapan di dalam kolam.
"Hahaha, rasain kamu!" Imel tertawa jahat dan segera meninggalkan kolam tanpa menolong adik tirinya. Dirasa mengerjainya sudah cukup dan merasa puas dia bersiap berangkat ke kampus.
Setelah sepi, Sherly yang tadinya tak bisa berenang kini dia menggerakkan kakinya dengan gaya katak menuju tepi kolam. Sebenarnya tadi dia berpura-pura saja tak bisa berenang.
"Non Sherly tidak apa-apa kan?" mbok Kah terlihat panik setelah mendengar bunyi sesuatu yang terjebur. Dia mengulurkan tangannya menggapai tangan majikannya.
Sherly berhasil menuju tepi kolam dengan menggigil kedinginan.
"Nggak pa-pa Mbok," sahutnya dengan suara khas kedinginan.
"Ini pasti ulah non Imel ," tukas mbok Kah seraya memapah Sherly menuju dapur.
"Aku hanya terpeleset tadi, Mbok?" bohong Sherly, meski dia menyadari ini ulah kakaknya tapi dia tak mau menyalahkannya.
"Mbok, Mbok Kah!" teriak Anita menghampiri kedua wanita itu, dimana kedua wanita itu, yang paruh baya bertubuh gemuk dan yang gadis bertubuh langsing.
"Iya, Nyonya," sahut mbok Kah melepaskan dekapannya pada Sherly yang menggigil.
"Kenapa kamu?" tanya Anita, tatapannya tak senang.
"Anu, non Sherly terjebur kolam, Nyonya." sahut mbok Kah menerangkan.
"Aku tidak tanya sama kamu, cepat buatkan aku kopi!" perintah Anita, mbok Kah langsung terdiam dan mengangguk. Dia bergegas menuju dapur dan membiarkan majikan mudanya sendirian.
"Kamu, kerjanya hanya main -main saja, cepat ikut aku!" ucap Anita tanpa memperdulikan keadaan Sherly.
"Kemana Ma?" tanya Sherly polos dengan tetap menggigil.
"Alah, tidak usah banyak tanya cepat ikut aku!"
Sherly mengikuti mamanya menuju lantai atas.
"Tunggu! Aku tidak mau kamarku nanti basah, cepat ganti bajumu!" perintah Anita.
Sherly hendak mengangkat kakinya menaiki tangga. Namun bentakan ibu tirinya membuat dia tersentak dan dengan cepat Sherly yang patuh itu bergegas ke kamar mengganti bajunya dan kembali menemui ibu tirinya.
Anita membawa Sherly menuju kamarnya, di sana dia memberikan sebuah gaun yang sangat cantik untuk dikenakan nanti malam. Sherly yang takut itu tak bertanya untuk apa dia harus mengenakan gaun itu.
.
Alvarendra Rizki, cowok kharismatik dan seorang CEO yang baru naik daun, namanya begitu cepat terkenal apalagi dikalangan remaja. Cowok berusia 28 tahun ini mengidap mysophobia. Dia sangat menjaga kebersihan diri dan sangat jijik dengan tempat kotor. Parahnya lagi dia alergi dengan semua wanita. Mysophobia ini sudah ia sandang sejak dia masih duduk di bangku SD. Dia terpaksa harus menyetujui ajakan temannya bernama Wendy untuk menghadiri ulang tahun sang pacar. Banyak para wanita yang mendekatinya, namun semuanya ilfill, karena dia tak berhenti bersin-bersin selama berada di dekat wanita.
Imel kakak tiri Sherly mengundang salah satu temannya yang miskin, dia bermaksud ingin menjodohkan adik tirinya dengan pemuda kelas bawah itu, dia bernama Edo. Agar suatu hari nanti harta warisan akan jatuh padanya, setelah Sherly menikah dengan pemuda miskin itu.
Malam pun tiba, Sherly mengenakan gaun yang sedikit terbuka itu dengan terpaksa, ia juga sangat risih mengenakannya.
Acara perayaan ulang tahun akhirnya usai sudah, dan berjalan sangat meriah.
Anita dan Sherly memberi minuman yang sudah diberi obat tidur plus perangsang. Mereka melancarkan rencananya agar Sherly tidur semalam dengan temannya yang bernama Edo itu. Edo menurut saja karena teriming-iming dengan upah yang tidak sedikit jumlahnya.
Alvarendra tak henti-hentinya bersin, seperti terserang flu, sehingga membuat pemilik rumah memberikan obat . Tapi, naas obat yang diberikan itu ternyata sama dengan obat yang diberikan pada Sherly.
"Kepalaku terasa berat, Wendy, tolong aku!" rintih Alvarendra seraya memegangi kepalanya.
"Sayang, izinkan temanku ini beristirahat semalam dirumahmu, boleh?" izin Wendy pada Imel sang pacar.
Imel mengizinkan dan menunjukkan kamar tamu untuk beristirahat.
Imel menyuruh Edo untuk tidur di kamar Sherly.
Sherly yang merasa kepalanya pusing pamit undur diri dari acara tersebut. Melihat ekspresi Sherly, Anita dan Imel tersenyum puas dan saling pandang.
Sherly berjalan dengan tertatih menuju kamarnya, sangking ngantuknya dia salah masuk kamar dan tak menyadarinya.
Satu malam penuh Alvarendra dan Sherly berada di kamar dengan pengaruh obat. Alvarendra seperti bermimpi sedang bermain cinta dengan sang kekasih yang kini sedang pergi ke Bali. Tentu saja Sherly tak menyadarinya karena sangking lelapnya. Alvarendra tak merasakan bersin lagi saat berada di samping Sherly, dia justru merasakan keteduhan yang sangat di atas ranjang itu.
Keesokan harinya, Edo semalaman tak mendapati Sherly di kamarnya. Dia memutuskan pergi dengan kesal karena tak jadi menikmati tubuh Sherly. Sedangkan Anita dan Imel saling melempar pandang menanyakan kepergian Sherly selama semalam.
"Kyaa! Apa yang kamu lakukan padaku?" Sherly ketakutan seraya mengenakan kembali semua pakaiannya. Dia mencoba mengingat apa saja yang ia lakukan semalam, tapi dia tak mengingat sama sekali.
"Siapa kamu? Dan bagaimana kamu bisa tidur seranjang bersamaku?" bentak Alvarendra yang masih memegang keningnya, mengingat peristiwa semalam. Dia memungut kemejanya yang berserakan di lantai.
"Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan semalam? Perasaan aku bermimpi sedang bercinta dengan Kenzi." batin Alvarendra.
Sherly memandang situasi sekitar, begitu terkejutnya dia setelah menyadari kamar ini bukan miliknya.
Alvarendra segera mengenakan pakaiannya, sesaat dia menyadari alergi pada wanita hilang untuk pertama kalinya selama hidup.
"Aneh, aku tak bersin-bersin saat di dekatnya." batin Alvarendra.
Sherly memandang lekat pria yang ada di depannya, dia tak pernah bertemu dengan manusia tampan sebelumnya.
"Aku juga tak tahu!" Sherly mulai menangis karena kesuciannya telah hilang.
"Dasar cewek murahan!" maki Alva.
"Tidak, aku bukan cewek seperti yang kamu kira!" Sherly mengelak.
"Mana ada penjahat ngaku! Kamu mau menjebakku kan! Agar kamu bisa menikah denganku dan mendapatkan semua hartaku!" bentak Alvarendra membuat Sherly semakin sedih.
"Tidak! Aku bukan penjahat! Tolong, hentikan!" sangkal Sherly dengan menutup kedua telinganya.
"Apa buktinya?" tanya Alvarendra yang tak mudah percaya.
"Bukti?" tanya Sherly memikirkan sesuatu.
"Hah, sok polos kamu! Pergi sana sejauh mungkin dari kehidupanku, agar aku tak pernah melihatmu lagi!" bentak Alvarendra lagi.
Sherly turun dari ranjang, merasa area sensitivnya sakit dia tersungkur. Namun, Alva tak peduli, dia segera menghubungi Wendy.
Wendy masuk ke dalam kamar setelah Sherly keluar terlebih dahulu.
Alvarendra tak menceritakan kejadian yang baru saja ia alami. Mereka berdua memutuskan pulang.
Anita dan Imel marah lantaran rencana mengusir Sherly gagal.
Satu bulan kemudian.
Alvarendra sibuk dengan bisnisnya yang mulai berkembang pesat dan dia juga sudah tak mengingat peristiwa panas itu.
Sherly telat datang bulan, dia membeli tespack dan mencobanya.
"Aku hamil?" Sherly membelalakkan matanya, dia menangis meraung -raung di kamar mandi tak percaya dan memeriksakan dirinya ke dokter kandungan tanpa sepengetahuan orang rumah.
"Ma, Mama!" teriak Imel histeris.
"Ada apa sayang, pagi-pagi begini kamu sudah ribut?" Anita setengah berlari kaget mendengar teriakan anaknya.
Imel menunjukkan tespack yang ia temukan di bak sampah. Betapa terkejutnya Anita dengan apa yang Imel tunjukkan. Dan mereka mencurigai Sherly lah yang hamil.
Sepulangnya Sherly dari dokter kandungan, dia diusir dari rumah. Sherly memutuskan pergi ke luar negeri untuk menemui bibinya yang bernama Ratna. Di sana juga dia akan melahirkan anaknya.
6 tahun kemudian, Sherly kembali ke Indonesia dengan membawa kelima anaknya yang semuanya berjenis kelamin laki -laki, dalam istilah jawa disebut pandawa.
"Ibu, kita akan pergi ke mana?" tanya si sulung bernama Abigail saat sudah tiba di bandara.
"Kita akan mencari kost-kostan yang cukup untuk menampung kita berenam," sahut Sherly seraya menghentikan sebuah taksi. Mereka masuk ke dalamnya.
"Kenapa tidak tinggal di apartemen saja, Bu?" tanya putra kedua, dia bernama Boman.
"Ais, kita harus hemat, uang ibu tidak cukup," sahutnya lagi.
"Charles bisa mencarikan uang untuk Ibu, jadi Ibu tidak usah bersedih lagi." imbuh Charles putra ketiga.
"Hm, ibu tidak bersedih Nak, ibu kan punya pandawa kecil, jadi ibu akan selalu bahagia." imbuh Sherly menenangkan kegelisahan putranya.
"Tapi Ibu tak bisa membohongiku, aku tahu Ibu pasti sedang memikirkan sesuatu," Dave menghentikan kegiatannya menyusun pazzle yang dalam sekejap saja selesai lalu menatap ibunya, dia anak keempat.
"Benarkah, jadi ibu tidak cocok berakting ya," gurau Sherly yang ketahuan.
"Hentikan mobilnya!" perintah Ethan dengan berteriak, dia anak kelima lalu membuka handel pintu hendak keluar.
"Ethan, kamu mau kemana?" Sherly menghentikan pergerakan Ethan.
"Aku melihat seseorang sedang pingsan di jalan, dan dia jadi tontonan orang-orang di sekitar, bahkan tak ada satu pun dari mereka yang menolongnya." Setelah menjelaskan, Ethan turun dan menuju ke kerumunan tadi. Dia memang bersikap spontan dalam menghadapi sesuatu hal.
Sherly dan keempat putranya yang lain ikut turun menyusul Ethan.
Ethan dengan peralatan seadanya mencoba menyelamatkan nyawa seseorang yang mendadak pingsan.
"Hai bocah, hentikan! Jangan sentuh orang itu, jika kamu tidak ingin mencari gara -gara!" bentak seorang pria pada bocah lima tahun itu.
"Anda tenang saja, aku sangat ahli dalam bidang kedokteran, jika terjadi sesuatu pada orang ini apa akan ada yang menolongnya? Tidak kan? Jadi, biarkan aku menolongnya." jelas Ethan lalu mulai memegang pergelangan tangan wanita yang pingsan itu.
Orang -orang di sekitar dibuatnya takjub, omongannya seperti nyata. Wanita yang pingsan itu tersadar kembali.
Sherly yang menyadari kelebihan putranya ikut senang karena kemampuannya bisa digunakan untuk menolong orang.
Ethan dalam sekejab saja menjadi perbincangan di publik, ia cepat terkenal.
Sherly dan pandawa kecilnya melanjutkan perjalanan menuju Jakarta.
"Ibu, coba lihat tulisan di sana!" Dave menunjuk jarinya ke sebuah galeri lukisan.
Dave meminta ibunya untuk mengantarnya masuk ke dalam galeri. Sherly pun menyetujui permintaannya.
Dave yang bisa berpikir logis dan pandai dalam bidang seni lukis itu mengeluarkan peralatannya dari dalam ransel. Dia meminjam kanvas pada pemilik galeri dan membuat penawaran. Jika hari ini juga, lukisannya terjual dia akan mendapatkan kompensasi. Tentu saja pemilik galeri menyetujuinya.
Selesai Dave melukis, tak lama ada seorang pembeli dan langsung tertarik dengan lukisannya. Orang itu membelinya seharga 120 juta, dan membayarnya tunai. Pemilik galeri senangnya bukan main. Sesuai perjanjian yang Dave lakukan tadi, pemilik galeri mendapatkan bagiannya.
"Dave, kamu mendapatkan uang yang begitu banyak. Ibu bisa membelikan kalian rumah." ungkap Sherly seraya mencium kening Dave dan memeluknya.
"Itu bukan seberapa Ibu, aku bahkan bisa membelikan istana padamu," hibur Dave seraya melekatkan pelukannya.
Dengan uang itu, Sherly akhirnya bisa membeli sebuah rumah yang cukup bagus.
Saat Sherly membuka berita di internet, dia menemukan satu berita yang cukup menarik baginya. Kompetisi berenang dengan hadiah juara satu sebuah mobil. Dia ingin mengikuti kompetisi itu. Tanpa dia sadari pandawa kecilnya telah mengetahui niat Sherly.
Jangan lupa mampir ke karya author terbaru, yang berjudul, Buih Jadi Permadani. Jangan lupa beri like, vote, hadiah dan komentarnya.
Terima kasih 😘😘😘😘😘
mampir yuk ke pandawa mencari cinta, semoga suka. !
.
.
Hai reader semuanya, author membuat cerita baru dengan judul, "Aku menjadi dia untuk balas dendam." silahkan mampir !
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Yantik Purwati
ngakak ya Alloh..jan sat set ujug² mak ben ndundug hahahah
2024-05-11
0
perjuangan ✅
ngehalu nya berlebihan 😂😂😂😂😂
2023-03-05
0
perjuangan ✅
tolong baca karyaku iya Ta'aruf cinta
2023-03-05
0