Bagaimana Sherly harus menjawab pertanyaan putranya? Dia sendiri saja tak tahu siapa pria yang pernah tidur dengannya.
"Sayang, kalian kan sudah terbiasa tanpa orang tua laki -laki, kenapa mendadak kalian menanyakan dia?" Sherly mencoba mencegah mereka untuk mencarinya. Karena Sherly masih sakit hati, lantaran malam yang hina itu telah merengut kesuciannya.
"Ibu, kita juga ingin mempunyai keluarga yang lengkap." ucap Abigail.
"Waktu kita masih bayi dulu, mengapa ayah tak bersama denganmu Ibu?"Boman mendongak.
"Aku ingin melihat foto pernikahan kalian! Mana Bu, berikan pada kami agar kami mencarinya!" rengek Charles.
"Wajah kami sangat tampan, pasti setampan wajah ayah kan Bu?" Dave menimpali bukan dengan sebuah pertanyaan, tapi terdengar seperti pujian.
"Wajah Ibu terlihat pucat dan tidak senang ketika kami menanyakan siapa ayah kami. Ibu menyembunyikan sesuatu dari kami." Ethan menatap lekat wajah ibunya.
Sekali lagi Sherly dibuat mereka gelagapan untuk menjawab satu persatu pertanyaan yang memang seharusnya dijawab, bahkan sulit untuk diterangkan pada kelima bocah yang berusia 5 tahun itu.
"Anak-anak sebentar lagi gelap, kalian bersihkan diri kalian masing -masing setelah itu kita makan malam. Dan ibu tidak mau mendengar lagi kalian menyebut kata ayah." perintah Sherly, lalu dia melanjutkan kegiatannya di dapur. Sedikitpun dia tak menjawab pertanyaan dari para pandawa. Sherly mengelus dada, pusing sendiri dengan statusnya.
Tanpa sepengetahuan Sherly, pandawa kecil telah berencana untuk bertemu ayahnya, tapi mereka binggung mulai dari mana untuk mencari.
"Boman, aku minta kamu untuk merentas jaringan di kota dan menggantikan dengan video Ethan yang ada di televisi tadi. Tanpa editan, usahakan wajahnya kamu zoom agar terlihat jelas siapa pemilik wajah yang sama dengan kita. " terang Abigail memulai rencana. Dia sebagai kakak tertua, bertanggung jawab penuh pada misi ini.
"Kita sudah dibesarkan oleh seorang ibu tanpa adanya ayah, kita harus memberikan kebahagian pada ibu kita juga, sebagai balas budi telah melahirkan kita." timpal Boman yang diikuti anggukan kepala dari saudara yang lain.
Mereka berlima setelah menyusun rencana segera pergi ke kamar masing -masing. Selesai mandi mereka makan malam. Tak satu pun diantara pandawa yang bicara membahas tentang ayah lagi.
"Besok ibu akan mulai belajar menyetir lagi." ucap Sherly tanpa memandang wajah pandawa kecil. Dia segera beranjak dari kursi dan merapikan peralatan makan untuk dicuci.
"Bolehkah kami ikut?" tanya Ethan yang terlihat memelas.
Sherly sekilas menatapnya tanpa menyahut, dia membawa tumpukan piring berjalan menuju dapur.
"Oke, kita akan pergi jalan-jalan setelah sarapan." ucap Sherly seketika mencairkan suasana yang dingin.
"Hore!!" sahut mereka bersamaan, mereka bergandengan tangan membentuk lingkaran sambil bersorak ria.
Keesokan harinya.
"Ayo Ibu!" teriak Ethan dari dalam mobil. Tampak Sherly tengah menyandang tas kecil menuju garasi.
Sherly masuk mobil, duduk di depan kemudi di sampingnya ada Boman yang sudah siap jadi pemandu.
Di tengah perjalanan, Sherly tampak gugup menyetir.
"Ibu tidak usah panik, meskipun jalanan ramai, sekali bisa fokus Ibu pasti tak terpengaruh dengan lalu lalang kendaraan." ucap Dave.
"Ibu, nanti kita berhenti di mall dulu ya, aku ingin membeli celana." pinta Charles.
Sherly mengangguk paham. 30 menit kemudian, mobilnya berhasil parkir. Mereka turun dari mobil dan menuju mall.
Mereka menjadi pusat perhatian dan para pengunjung banyak yang berbisik.
"Eh, anak itu bukannya yang ada di video yang lagi viral itu kan?" bisik salah satu pengunjung mall serambi menunjuk Ethan.
"Iya, bahkan wajah mereka ada lima, mereka semua mirip." sahut yang lain.
Pandawa kecil menyadari mereka menjadi bahan pembicaraan di mall.
Sherly yang tengah sibuk memilih pakaian tak menyadari hal itu.
"Wajah anak ini mirip sekali dengan presdir," gumam Thomas yang kebetulan sedang mengantar istrinya belanja. Kebetulan hari ini dia libur karena hari Minggu, jadi dia gunakan untuk kegiatan pribadi.
Thomas segera mengambil ponselnya dan mengambil gambar mereka.
"Tahan Tuan!" bentak Abigail yang mengetahui wajah dia dan keempat adiknya telah difoto tanpa izin.
"Eh," Thomas celingukan mencari jawaban yang lebih tepatnya sangkalan.
"Aku bisa saja melaporkan tindakan Tuan yang tanpa izin mengambil gambar kami." gertak Boman.
"Wajah dia tidak mirip dengan kita," Charles berbisik pada Abigail yang berada deket dengannya.
Tanpa sengaja Thomas mendengar bisikan anak itu.
"Oo, aku tahu dan ingat sekarang." Thomas mulai dengan aksinya meladeni bocah yang dia rasa bukan bocah sembarangan.
"Kamu yang ada di video itu kan? Wajah kamu tidak asing." Thomas menunjuk Ethan.
"Dia sepertinya tahu dengan pemilik wajah yang sama dengan kita," ucap Ethan terang-terangan.
"Bahkan wajah kalian berlima sangat mirip dengan bosku," ucap Thomas sambil menunjuk wajah satu persatu para pandawa.
"Kena," bisik Abigail.
"Tuan..." tanyanya lagi.
"Panggil saja saya Thomas,"
"Tuan Thomas, siapa kah bos yang Anda maksudkan?" Abigail mulai menemukan titik terang.
"Bosku seorang presdir yang baru saja naik daun, dia bernama Alvarendra." terangnya.
Sherly berjalan ke arah mereka. Dia tak menaruh curiga pada Thomas, dia berfikir orang yang mengajak bicara dengan kelima putranya itu hanyalah sebuah bentuk kekaguman semata.
"Anak-anak ayo kalian coba pakaian yang sudah ibu pilihkan!" Sherly mengajak pandawa kecil menuju ruang ganti.
Mereka segera mengikuti perintah ibunya tanpa membantah.
"Jangan beritahu ibu dulu!" bisik Abigail pada keempat adiknya, mereka berempat mengangguk bersamaan.
Thomas mengirim foto yang baru saja dia ambil ke nomor Alva. Berharap mendapat respon cepat dari bosnya. Tapi harapannya tak sesuai kenyataan. Alva justru mengabaikan foto yang dirasa murahan.
Thomas penasaran sekali dengan kelima pandawa tadi, dia bermaksud ingin mencari mereka namun istrinya datang dan mengajaknya pulang.
"Aku akan mencari nama Alvarendra," Boman mengeluarkan laptopnya. Sementara Sherly masih sibuk dengan fans barunya. Ya, kini dia juga tertular Ethan, mendadak terkenal.
"Mbak Sherly, bolehkah aku meminta tanda tanganmu?" tanya salah satu penggemar barunya.
"Maaf, tapi aku bukan seorang artis," Sherly merendah.
"Kamu kan yang menang dapat hadiah mobil saat kompetisi se-Jakarta kemarin?" Sherly mengangguk dan segera memberikan tanda tangannya di atas punggung penggemarnya. Rasanya baru seumur hidup dia memberikan tanda tangannya.
Kini dia dikerubungi fans barunya, ingin juga menolak tapi dia terlanjur terlalu murah hati.
"Ibu," panggil Dave merengek. Akhirnya Sherly bebas dari kerumunan itu dan menghampiri putra -putranya.
Sherly mengajak mereka untuk makan siang di restoran yang tidak jauh dari mall. Boman ikut berpindah tempat, di sana juga dia masih berkutat dengan laptopnya.
"Boman, makan dulu dan berhentilah kamu memainkan laptopmu!" perintah Sherly dengan nada tinggi.
"Sebentar, Bu, nanggung." sahutnya tanpa melihat lawan bicaranya.
Boman hampir berhasil memuat identitas nama seorang presdir yang memimpin Perusahaan Bank Core.
Dalam data yang tertera di laptopnya, dia bernama Alvarendra Rizki, berusia 34 tahun, CEO dari perusahaan Bank Core. Salah satu nama bank papan atas di tanah air. Salah satu predikat terbaiknya adalah mampu melunasi hutang perusahaan dari kepemimpinan yang dulu.
"Dia begitu mirip dengan kita," ucap Boman lirih sehingga ibunya tak mendengar karena sedang menikmati makanannya.
Sherly beranjak dari duduknya dan pamit pergi ke toilet.
"Jangan kemana -mana, sampai ibu kembali!" tuturnya.
"Kalian lihatlah foto pria yang bernama Alvarendra ini!" pinta Boman pada keempat saudaranya. Lalu mereka menuruti perkataan Boman.
"Tampan," imbuh Abigail yang terkesima dengan wajah yang ada di layar laptop.
"Apa dia ayah kita? Wajahnya sangat mirip dengan kita." tukas Charles penasaran.
"Aku yakin dia ayah kita. Dimana sekarang dia tinggal?" Dave penuh keyakinan.
"Ibu pasti senang kita telah menemukan suaminya." imbuh Ethan dengan gayanya yang sok dewasa.
"Menurutku, ibu dan ayah adalah pasangan yang belum menikah." Abigail mengungkapkan pendapatannya, setelah dia tak menemukan bukti surat nikah milik ibunya.
"Jadi, kita anak haram?" Boman tak percaya.
"Tenang Kak, kita semua akan membuat ibu dan ayah bisa bertemu kembali. Dengan wajah tampan yang kita miliki dan dengan kemampuan otak kita, kita pasti menemukannya." Charles mencoba menghibur.
"Aku setuju, dalam identitasnya dia tinggal tidak jauh dari sini." Dave membaca sekilas dan merekam di otaknya.
"Aku akan mencoba menghubunginya nanti. Ibu datang, cepat kalian kembali ke posisi semula!" Ethan memberi kode.
Sherly tak tahu rencana putra -putranya.
"Hallo, kita berjumpa lagi!" sapa seseorang dengan wajah santainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
🌸 Yowu-Kim 🌸
Nak ibu kelen belum di nikahi ama si bapak 💔
2025-04-07
0
🌸 Yowu-Kim 🌸
Kek nya fav aku si Ethan 🤣
2025-04-07
0
范妮·廉姆
done ya kak
2023-03-02
1