"Charles, sepertinya ibu ingin mengikuti perlombaan itu," kata Abigail pada adik ketiganya.
"Iya Kak, aku paham maksudmu, kamu memintaku kan untuk melatih ibu?" Charles menghentikan gerakan saltonya dan menatap serius kakaknya. Charles sangat pandai dalam beladiri, jadi dia sendiri yang akan melatih fisik ibunya agar selalu bugar sampai perlombaan nanti.
Keesokan harinya.
Setelah Sherly membuat sarapan untuk kelima pandawanya, dia memanggil satu persatu nama anaknya. Sering juga dia hanya memanggil huruf depannya saja.
"A, B, C , D dan E! Ayo sarapan!" teriak Sherly dari meja makan. Dia sengaja menyingkat agar lebih mudah.
"Ibu, selesai sarapan aku akan melatih Ibu," ujar Charles penuh semangat.
"Untuk apa Sayang?" tanya Sherly tak tahu maksud putra ketiga.
"Sudahlah, Ibu menurut saja. Ini juga bagus untuk menjaga daya tahan tubuh Ibu," ujar Charles lagi.
Sherly menyetujuinya saja tanpa menyangkal.
Selesai sarapan Charles dan Sherly berlari mengitari rumah sebanyak 10 putaran.
"Sudah, Charles! Ibu sudah tak kuat lagi, nafas ibu hampir saja habis." Sherly membungkukkan badan, nafasnya tersenggal -senggal.
Charles hanya membuang nafas kasar.
"Ya sudah, Ibu istirahat saja, aku mau latihan beladiri dulu." sahut Charles lalu meninggalkan ibunya sendirian di teras.
"Kalau begini terus aku bisa mati sebelum ikut kompetisi." keluh Sherly lalu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Baru beberapa saja ia melangkahkan kaki datang seorang kurir yang mengantar sebuah motor matic berwarna merah. Sherly terkejut, mungkin kurir itu salah mengantar pesanan, karena merasa dia tak memesan motor.
"Itu punya Ibu," ucap Abigail si putra sulung yang baru keluar dari dalam, Sherly mengerutkan dahinya tak percaya, bagaimana bisa?
Setelah kurir itu pergi, Sherly memangku Abigail dan bertanya intens.
"Uang dari mana? Bukankah sudah ibu bilang, kita harus hemat."
"Ibu jangan salah sangka dulu, aku baru saja mengikuti kuis soal pelajaran matematika tingkat SMA. Dan siapa yang terlebih dahulu menjawab soal itu akan mendapatkan hadiah sepeda motor." terang Abigail dengan wajah imutnya. Sherly dibuatnya tak percaya.
Sherly bangga dengan pandawa kecilnya, sudah sejak bayi kelima putranya menunjukkan kemampuan yang luar biasa, dia menyadari pandawa kecilnya memiliki otak yang genius. Namun, dalam hatinya yang terdalam ingin mengasah kemampuan pandawanya agar otak genius mereka tidak disalah gunakan orang lain.
Abigail pemilik IQ tertinggi di dunia, yang diperkirakan mencapai 210. Diusia 3 tahun, ia menjadi dosen tamu fisika di Universitas Hanyang, Korea. Dan di usianya yang kini genap lima tahun, dia telah menguasai lima bahasa diantaranya Korea, Jepang, Belanda, Spanyol dan Inggris.
Boman, putra kedua, dia sangat ahli dalam bidang elektronik. Diusia dua tahun dia sudah merancang sebuah buku pelajaran elektronik untuk anak seusianya. Dan karyanya bisa diterima publik.
Charles, putra ketiga, diusia 2 tahun dia sudah tertarik dengan seni beladiri dan sudah bisa salto. Kini kemampuan luar biasa tiada tara.
Dave, putra keempat, sejak bayi 22 bulan dia sudah pandai corat-coret di lantai, suatu ketika Sherly memberikannya selembar kertas, dia langsung melukis. Betapa terkejutnya Sherly saat ada tamu yang tanpa sengaja memperhatikan Dave melukis, lalu membawa hasil lukisan Dave ke galeri sampai laku dua ratus juta.
Ethan, putra bungsu, bersikap spontan dengan segala keadaan. Ethan sangat pandai dalam bidang kedokteran. Saat di luar negeri dulu ada gadis setempat yang menderita luka bakar hingga jari-jarinya menutup menjadi kepalan dan tidak bisa dibuka. Gadis berusia 10 tahun itu tak memiliki biaya untuk operasi ke dokter. Namun, Ethan yang hanya asal tanpa pengalaman apapun justru bisa membuat gadis itu sembuh.
Sebenarnya penghasilan dari kelima putranya itu banyak, namun semuanya sudah ludes untuk membayar hutang dan persiapan pulang ke tanah air.
Meski hidup susah membesarkan kelima anaknya tapi dia bahagia. Dia juga sudah merencanakan sejak mengandung dulu untuk mencari ayah mereka. Sherly tak begitu ingat wajah pria yang pernah seranjang dengannya. Yang pastinya wajah pria itu pasti tampan setampan putra mereka.
Kedatangannya ke Jakarta tak hanya untuk mencari pria itu, tapi untuk merubah hidup.
"Boman, di mana kamu, Nak?" teriak Sherly mencari putra kedua. Lama tak ada sahutan dari kamarnya dia mencoba mencari di ruangan lain. Sejak sarapan hingga siang ini, Sherly belum bertemu lagi. Dia tak sengaja masuk ke ruangan komputer.
"Ternyata putra ibu ada di sini, sedang apa kamu?" tanya Sherly seraya berdiri di samping Boman dan memperhatikan yang sedang ia lakukan.
"Ibu, jangan menggangguku! Aku sedang sibuk." Boman tak mengindahkan kehadiran ibunya.
"Ais, sibuk apa, sejak tadi ibu perhatikan kamu cuman mainan mouse,"
"Ibu belum tahu ya, ada sebuah perusahaan yang sedang aku rentas rahasianya." terang Boman.
"Jangan, ibu tidak mau bila kamu terlibat masalah!" Sherly tampak cemas.
"Tenang saja Ibu, aku sudah ahli dalam hal ini, aku hanya ingin membaca data-data saja, siapa tahu aku menemukan pemimpin perusahaan yang korupsi." terang Boman lagi mencoba menenangkan hati ibunya. Dia anak yang memiliki keingintahuan yang tinggi.
Mendengarkan penjelasan Boman, Sherly akhirnya lega dan meninggalkan dia menuju ke dapur untuk menyiapkan makan siang.
.
Hari kompetisi berenang ajang mencari bakat pun tiba, Sherly yang sudah hampir satu minggu latihan berenang yang dipandu langsung oleh Charles kini berada di sebuah kolam renang yang sangat luas, sejurus pandangannya tertuju pada lawan-lawannya yang terlihat seperti seorang atlit.
"Bagaimana bisa menang, saingan ibu atlit-atlit semua," keluhnya pada pandawa yang ikut mengantar. Sherly bisa saja mencari babysitter untuk pandawanya, tapi dia belum tega lantaran maraknya perdagangan anak.
"Kita sudah berusaha semaksimal, kita akan tahu setelah Ibu mengikuti perlombaan itu. Jadi, Ibu jangan pesimis dulu. Semangat!" ujar Abigail menyemangati ibunya yang gundah.
"Benar apa yang dikatakan Kakak, Ibu pasti bisa. Menang urusan mudah, yang penting Ibu berusaha memberikan yang terbaik pada para juri," imbuh Boman.
"Ibu, berdoa lah dulu agar tidak terjadi cedera nanti," Charles mengingatkan.
"Cepat, Ibu ganti pakaianmu dengan baju renang, nomor Ibu 34 kan?" Dave memperhatikan ibunya yang masih mematung sambil meremas ujung bajunya.
Tanpa banyak bicara, Ethan langsung memeluk ibunya. Sherly melekatkan pelukannya bersama putranya yang lain.
"Kamu pasti bisa, Ibu," bisik Ethan.
Mendengar semua ucapan pandawa kecilnya semangat Sherly yang sempat menciut tadi kini bangkit.
Satu persatu para peserta telah memberikan penampilannya yang menurut mereka bagus.
Sherly kini mulai percaya diri, niatnya yang ingin mendapatkan hadiah mobil dari perlombaan inilah yang ia prioritaskan. Pasalnya tidak murah untuk membeli sebuah mobil.
Tapi mengingat perkataan dari Boman, membuat dia hanya fokus pada penampilan yang akan dia tunjukkan pada para juri.
Tiba saatnya nomor dia dipanggil. Dia melawan 5 perenang yang terlihat sudah mahir, beda dengan penampilannya yang hanya amatiran.
Di tengah kompetisi ini, dia terus berdoa agar menjadi yang terbaik.
Selesai sudah seratus peserta telah mengikuti perlombaan dengan selamat tak ada satu pun yang cidera.
Saatnya untuk mengumumkan pemenang dari kompetisi yang selalu ada setiap tahun ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
🌸 Yowu-Kim 🌸
Astaga lidah aku keceletot mulu malah bacanya Bomat 😭😭
2025-04-07
0
Nengmela 😘
aku yang ke enam namanya F😘
2023-02-23
0
Fajar Sari
meski novel gk masuk di akal tetep jgn keterlaluan dong.. 3 taon jd dosen bs malu seluruh Profesor diseluruh jagad tambahin jd 5 taonlh😉😉
2022-11-05
0