Tuan Alvarendra

"Bukankah kamu pemilik galeri tempo hari?" Dave tersenyum kala bertemu pria ini, dengan statusnya sebagai teman baru dan sekaligus rekan bisnis.

"Aku kira kamu lupa, panggil saja saya Ello." Ello menjabat tangan seluruh penghuni yang ada di meja termasuk Sherly.

Sherly dengan sopan menjawab pertanyaan Ello yang sekilas tentang kehidupan mereka. Sherly juga tak ambil pusing dengan siapa putra-putranya berteman.

"Saya ingin membuat penawaran yang bagus, tentunya tidak akan mengecewakan rekan bisnisku," ucap Ello seraya menatap Dave penuh harapan.

"Jika aku tertarik, aku akan menerima tawaranmu." sahut Dave layaknya pria dewasa yang berwibawa.

"Baiklah, aku ingin kamu melukis lagi di galeriku. Aku yakin omset dari galeri yang aku bangun 5 tahun lalu dapat meroket, setelah beberapa bulan mengalami kemerosotan karena minimnya pelukis yang handal. Bagaimana, kamu bersedia?" terang Ello.

"Sepertinya menarik, aku mau mencobanya. Hm, untuk masalah penjualan biar aku yang menentukan. Karena aku tidak bisa membiarkan orang lain menilai hasil karyaku dengan seenaknya." Dave menawarkan kesepakatan yang langsung disetujui oleh Ello.

Sherly tersenyum puas, karena bakat anaknya tersalurkan.

Setelah Ello memberikan kartu namanya, dia pergi untuk mengantar pesanan lukisan ke keluarga Andreas yang tidak jauh dari lokasinya saat ini.

"Anak-anak, sudah puas kan kalian ibu ajak jalan-jalan dengan mobil baru?" ucap Sherly bahagia.

"Iya, Bu." sahut kelima pandawa kompak.

"Nah, selesai makan kita pulang dan jangan lupa besok kalian akan ibu daftarkan di sekolah yang sesuai dengan bakat kalian masing -masing." tutur Sherly yang mendapatkan anggukan dari putra-putranya. Mereka tampak senang dengan kabar itu. Sherly dan keempat anaknya berjalan menuju parkiran.

.

Alvarendra kini tengah berada di kamarnya, memikirkan sendiri nasib perusahaan yang diambang kehancuran. Pasalnya sudah 6 tahun dia memimpin perusahaan, baru pertama kali ini merasa gagal. Bank Core sebelumnya pernah bangkrut saat dipimpin oleh papanya yang bernama Andreas Rizki. Saat Alva menjabat sebagai sekretaris dia dipindah tugaskan untuk menggantikan kepemimpinan papanya yang sakit-sakitan.

Alva sendiri selain menjadi presdir di sebuah perusahaan Bank Core dia juga telah mendirikan puluhan hotel di Indonesia, salah satu yang cukup terkenal adalah Hotel Lotus.

"Alva," panggil Andreas saat masuk ke kamarnya yang tak dikunci.

Alva membalikkan badan dan menghampiri papanya.

"Bagaimana dengan kabar perusahaan?" tanyanya sambil duduk di sofa, Alva juga ikut duduk. Sebelumnya dia menyemprotkan antiseptik pada sofa yang hendak dia duduki. Andreas sudah terbiasa dengan keseharian Alva yang super sekali bersih.

"Baik, Pa, tidak masalah." sahut Alva santai tak ingin membuat papanya ikut berfikir.

"Bagus kalau begitu. Hm, kemana para wanita yang sering mengikutimu?" sindir papanya.

"Heh, mereka seperti virus bagiku." keluh Alva, termasuk tunangannya sendiri yang bernama Kenzi. Kabarnya hubungan mereka akan segera ke pelaminan.

"Kenzi juga?" Andreas juga mengetahui kedekatan putra bungsunya dengan Kenzi, anak dari sahabatnya.

"Belum ada satu wanita yang berhasil membuatku berhenti alergi. Termasuk Kenzi juga, dia akhir-akhir ini menjauh dariku, mungkin kedekatan kami akan kandas sebelum ke pelaminan." tutur Alva jujur, papanya ternyata menyadari kegundahan putra bungsunya ini. Kenzi pasti merasa risih kalau saat menikah dan berumah tangga nanti harus dihadapkan dengan alergi Alva yang selalu bersin -bersin pada semua wanita.

"Lalu, apa kamu sudah putus dengannya?" tanya Andreas penasaran, terakhir melihat mereka masih bersama sekitar dua bulan lalu.

"Belum Pa, aku masih sangat mencintai dia, aku berharap dia bisa terbiasa denganku saat sudah menikah nanti." Alvarendra tak bisa menyembunyikan perasaannya.

"Jika hubungan kalian bisa dipertahankan, papa tinggal merestui saja. Pak Alek juga sudah menjodohkan kalian sejak lulus kuliah, tapi sampai detik ini kalian belum menikah juga."

"Kan masih ada kakak, mengapa Papa tak menyuruhnya untuk menikah dulu?" Alva teringat kakaknya bernama Antonio Rizki yang kini sedang pergi keluar negeri.

"Heh, anak itu, tak bisa dibanggakan. Susah payah aku membesarkan dia, apa balasan dia terhadapku. Keluyuran malam-malam, pulang pagi, hobinya mabuk-mabukan saja. Tidak jelas masa depannya. Untung aku memilih kamu memimpin perusahaan Bank Core, coba kalau di tangan dia, sudah pasti hancur." keluh Andreas mengingat ulah putra sulungnya.

"Ini semua salahku, Pa. Andai aku menolak permintaan Papa untuk memimpin perusahaan, kakak tidak mungkin kabur keluar negeri." Alva merasa bersalah atas kepergian Antonio dari rumah.

"Sudahlah, aku tidak mau membahasnya, papa ke kamar dulu." Andreas beranjak dari sofa dan meninggalkan kamar Alva. Tampak guratan kesedihan di wajahnya, dan Alva menyadari itu.

"Aku tahu, papa sebenarnya sangat merindukan kakak." Gumam Alva.

Antonio, anak sulung dari Andreas. Antonio mulai berubah sikapnya semenjak perusahaan dipindah tangan kan ke adiknya. Dua saudara ini, meski tak terlihat akur satu sama lain tapi sang adik, Alva sangat merindukan sosok kakak yang perduli terhadap keluarga. Mendiang almarhumah ibundanya berpesan agar tetap menjaga tali persaudaraan meski hal sepele pun yang dapat membuat mereka terpecah belah. Alva berusaha mengalah, agar bisa menjadi adik yang baik. Tapi, Antonio tak pernah bisa diajak kompromi untuk hal yang satu ini. Perusahaan Bank Core yang dulunya akan diserahkan pada Antonio, karena suatu kesalahan yaitu Antonio tak pulang semalam dan diketahui mabuk oleh papanya. Seketika itu juga, papanya mempercayakan perusahaan pada Alvarendra. Antonio merasa marah dan sangat membenci sang adik. Untuk mengendalikan amarahnya, dia kabur keluar negeri.

Tok...tok...tok...

"Tuan!"

"Iya, masuk Bik!" Alvarendra tersentak dari lamunan, Bik Tinuk masuk setelah mendengar sahutan dari tuannya.

"Ada tamu diluar, Tuan," ucap Bik Tinuk, pembantu sekaligus sebagai ibu penggantinya karena sejak kecil bik Tinuk lah yang merawat dan menjaganya.

"Siapa?" Alva mengingat sesuatu, sepertinya dia lupa kalau ada janji.

"Katanya orang dari galeri, Tuan." Setelah mendengar tuturan dari pembantunya Alva segera turun dari kamarnya menuju ruang tamu.

"Bagaimana kabar Anda?" tanya Ello setelah tiba di kediaman keluarga Andreas. Ello berdiri menjabat tangan.

"Cukup baik, silahkan duduk kembali." sahut Alva sopan tanpa membalas uluran tangannya.

Alva enggan berjabat tangan membuat Ello merasa sangat tidak enak hati.

"Terimakasih, ini Tuan Alvarendra, lukisan yang anda pesan." memberikan bingkisan yang didalamnya sebuah lukisan almarhum ibundanya.

Alvarendra menerima bingkisan tersebut. Sebelumnya dia menyemprotkan antiseptik pada kedua telapak tangannya. Alvarendra membuka bingkisan itu dengan cepat. Betapa kagetnya dia, lukisan yang sudah ia bayar mahal tak sesuai dengan foto aslinya. Ekspresinya yang tidak puas cepat ditanggapi oleh pelukisnya.

"Kurang cocokkah?" tanya Ello yang merasa dia tak menyukai hasil usaha kerasnya.

"Berbulan -bulan aku menunggu hasilnya, dan ini yang kamu berikan! Kamu pikir aku ini siapa? " Alvarendra meninggikan suaranya. Ello tampak gemetar dengan suara lantangnya.

"Tenang Tuan Alva, aku akan memperbaiki kesalahan yang aku buat. Tapi, ini tidak murah, jika aku berhasil membuat Anda takjub dengan lukisan foto almarhumah ibu Anda, bersediakah Anda menambah kompensasinya?" Ello mengumpulkan keberanian untuk memberikan penawaran.

"Tentu saja, hartaku tidak akan habis tujuh turunan jika hanya membeli sebuah lukisan." ujar Alva tak ingin diremehkan.

"Baik, saya akan mengantar lukisan itu jika sudah selesai. Saya menjamin, Anda akan terkesima dengan hasilnya." Ello membawa kembali lukisan yang dianggap Alva kurang menarik dan pamit pulang.

"Tunggu kejutan dariku tuan Alva, karena aku telah memiliki seorang anak genius yang akan membuatmu membayar mahal lukisan itu." batin Ello sebelum masuk ke dalam mobilnya.

Alvarendra segera menuju washtafel untuk mencuci tangan, selalu ia gunakan sabun anti bakteri. Itulah gaya Alva, sering juga dia mendapatkan julukan dari orang -orang kantor sebagai si Tuan Bersih, atau Tuan Bersin.

Terpopuler

Comments

Evy

Evy

Nama tunangan si Bos ..Kenzi...itukan nama untuk pria...

2025-04-08

0

范妮·廉姆

范妮·廉姆

hmmm, bangkrut itu nyesek

2024-01-04

0

Amrih Ledjaringtyas

Amrih Ledjaringtyas

harusnya sekolahnya jgn beda. itu bahaya. masa anak jenius bebas. nggk takut dgn kejahatankah...terus yg msk tv

2022-02-08

0

lihat semua
Episodes
1 Pergi keluar Negeri
2 Ikut Lomba
3 Siapa Ayah Kami?
4 Kena
5 Tuan Alvarendra
6 Pandawa Masuk Kuliah
7 Bertemu dengan Ayah
8 Dave
9 Mirip
10 Dia Panggil Ayah
11 Usaha Berhasil
12 Ethan
13 Ethan Tes DNA
14 Tamu VIP
15 Menang
16 Anita dan Imel
17 Lima Bahasa
18 Sherly Bekerja
19 Alvarendra Dijebak
20 Sherly di Culik
21 Alvarendra Masuk Rumah Sakit
22 Namaku Ethan
23 Hantu?
24 Menyelesaikan Kasus
25 Bertemu Charles
26 Mutiara Hati
27 Alva Baru Menyadarinya
28 10 Detik
29 Terlihat Seperti Kencan
30 Luka Lama
31 Pergi ke Pantai
32 Taruhan
33 Sherly Terlihat Wow
34 Visual Tokoh
35 Alva Mengundurkan Diri
36 Hasil Rapat
37 Pandawa Sakit
38 Kejutan
39 Alva vs Sherly
40 Izin kan Aku Merawat dan Menjagamu
41 Halal
42 Hasil Tes DNA
43 Aku Takut Kehilangan Ayah
44 Awal yang Salah
45 Sherly Kalah Pamor
46 Kejutan yang Aneh.
47 Alvarendra vs Antonio
48 Rencana Balas Dendam
49 Ayah Idolaku
50 Sial
51 Maafkan Aku
52 Keharmonisan Sebuah Keluarga
53 Takkan Tergantikan
54 Penjara Cocok Untukmu
55 Wendy Sekarat
56 Berkabung
57 Hamil
58 Kenzi Selamat
59 Cemburu
60 Ulah Pandawa
61 Alva Pergi
62 Pandawa Usil
63 Pandawa Kangen Ayah
64 Alva Juga Kangen Pandawa
65 Pahlawan Kesiangan
66 Hampir
67 Kenzi Kena Fitnah
68 Terbongkar
69 Pembalasan yang Setimpal
70 Akhir
71 Pandawa Kecilku
72 Akhir yang Bahagia
73 Bonus : Ngidam
74 Mereka Bergerak
75 Shopping
76 Hore, Kita Ikut!
77 Mules
78 Memandikan Duo Baby
79 Alva Memandikan Bayi
80 Tante Ratna Pulang ke Indonesia
81 Riset Ethan
82 Alva Sembuh
83 Dua Tahun Kemudian
84 Keluarga Sempurna Milik Alvarendra Rizki
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Pergi keluar Negeri
2
Ikut Lomba
3
Siapa Ayah Kami?
4
Kena
5
Tuan Alvarendra
6
Pandawa Masuk Kuliah
7
Bertemu dengan Ayah
8
Dave
9
Mirip
10
Dia Panggil Ayah
11
Usaha Berhasil
12
Ethan
13
Ethan Tes DNA
14
Tamu VIP
15
Menang
16
Anita dan Imel
17
Lima Bahasa
18
Sherly Bekerja
19
Alvarendra Dijebak
20
Sherly di Culik
21
Alvarendra Masuk Rumah Sakit
22
Namaku Ethan
23
Hantu?
24
Menyelesaikan Kasus
25
Bertemu Charles
26
Mutiara Hati
27
Alva Baru Menyadarinya
28
10 Detik
29
Terlihat Seperti Kencan
30
Luka Lama
31
Pergi ke Pantai
32
Taruhan
33
Sherly Terlihat Wow
34
Visual Tokoh
35
Alva Mengundurkan Diri
36
Hasil Rapat
37
Pandawa Sakit
38
Kejutan
39
Alva vs Sherly
40
Izin kan Aku Merawat dan Menjagamu
41
Halal
42
Hasil Tes DNA
43
Aku Takut Kehilangan Ayah
44
Awal yang Salah
45
Sherly Kalah Pamor
46
Kejutan yang Aneh.
47
Alvarendra vs Antonio
48
Rencana Balas Dendam
49
Ayah Idolaku
50
Sial
51
Maafkan Aku
52
Keharmonisan Sebuah Keluarga
53
Takkan Tergantikan
54
Penjara Cocok Untukmu
55
Wendy Sekarat
56
Berkabung
57
Hamil
58
Kenzi Selamat
59
Cemburu
60
Ulah Pandawa
61
Alva Pergi
62
Pandawa Usil
63
Pandawa Kangen Ayah
64
Alva Juga Kangen Pandawa
65
Pahlawan Kesiangan
66
Hampir
67
Kenzi Kena Fitnah
68
Terbongkar
69
Pembalasan yang Setimpal
70
Akhir
71
Pandawa Kecilku
72
Akhir yang Bahagia
73
Bonus : Ngidam
74
Mereka Bergerak
75
Shopping
76
Hore, Kita Ikut!
77
Mules
78
Memandikan Duo Baby
79
Alva Memandikan Bayi
80
Tante Ratna Pulang ke Indonesia
81
Riset Ethan
82
Alva Sembuh
83
Dua Tahun Kemudian
84
Keluarga Sempurna Milik Alvarendra Rizki

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!