"Hallo, Dave, akhirnya kamu menghubungi nomorku juga. Kapan kamu siap?" tanya Ello di galerinya sambil melukis.
"Hari ini juga, aku ke sana." sambung Dave yang sedang mengendarai taksi menuju kediaman Ello. Dave sudah memegang ponsel sendiri, begitu juga dengan saudaranya yang lain.
Selesai pelajaran kuliah, Dave segera memesan taksi online, sebelumnya dia telah memberi tahu Sherly.
Sesampainya di rumah galeri, Ello menyambutnya dengan ramah. Ello meminta Dave untuk memulai melukis sebuah foto wanita cantik paruh baya. Ello juga mengatakan bahwa pemilik foto wanita itu adalah orang kaya nomor satu di tanah air. Dave sangat tertarik untuk melukis, pada awalnya dia hanya melukis benda-benda dan ini pertamanya dia melukis gambar orang.
"Dave, kamu jangan khawatir masalah harga. Aku tahu, jika hasilnya memuaskan, kita akan untung besar. Karena pemilik foto ini adalah seorang CEO yang sangat kaya." terang Ello yang hanya dibalas senyuman dari Dave, baginya tak masalah siapa pemiliknya yang jadi sasaran utamanya adalah dia ingin segera melukis.
.
Sherly kini sendirian di rumah, setelah selesai membersihkan seluruh ruangan dia duduk di sofa yang berada di ruang keluarga.
"Aku jadi ingat mama Anita dan kak Imel. Bagaimana kabar mereka sekarang? Apakah kak Imel sudah menikah dengan pacarnya?" Gumam Sherly seraya mengingat kenangan pahit di masa lalunya.
"Aku juga kangen dengan mbok Kah, bagaimana kabar dia? Apakah dia masih betah tinggal di sana?" sambungnya lagi seraya memainkan remot tv nya.
Dia memencet chanel televisi hingga berhenti di salah satu gelombang tv swasta. Dalam tayangan itu menginformasikan bahwa diadakan perlombaan renang putri, yang mana perlombaan itu diadakan untuk memperingati ulang tahun dari Bank Core. Dan bertempat di kolam renang yang ada di belakang Hotel Lotus.
Sherly tanpa berpikir panjang ingin mengikuti lomba itu. Dia segera mendaftarkan dirinya lewat email.
"Aku harus latihan lebih giat lagi, agar aku bisa memenangkan perlombaan itu. Kurang satu minggu lagi, aku akan mengajak pandawa kecil untuk latihan berenang sore nanti." Sherly mematikan tv dan menuju ke garasi, saatnya untuk menjemput pandawa di kampus.
Sherly menunggu mereka di tempat parkir.
"Ibu!" teriak Abigail dari kejauhan seraya sedikit berlari.
Setelah dari dekat Sherly memeluknya erat.
"Bagaimana mata kuliah pagi ini, menyenangkan bukan?" tanya Sherly setelah melepas pelukannya.
"Abigail senang Bu, tapi Abigail juga bosan." sahutnya polos.
"Bosan kenapa sayang, apa mata kuliahnya sulit untuk kamu ikuti?" Sherly menatap wajah Abigail yang cemberut lucu dan menggemaskan itu.
"Bukan, aku bosan karena mata kuliahnya terlalu mudah." sahut Abigail dengan wajah polosnya.
"Hm, ibu kira apa, ya yang sabar, kamu seharusnya membantu teman kuliah kamu yang mengalami kesulitan dalam belajar." ucap Sherly menasehati.
"Bagaimana bisa belajar, Bu, mereka semua malah mencubiti pipiku."
Sherly tertawa lepas mendengar celotehnya.
"Mereka gemas padaku," sambung Abigail lagi yang semakin membuat Sherly tertawa.
"Ya, ya, ibu paham, itu karena kamu masih terlalu imut sayang," Sherly menenangkan putranya.
"Mana adik-adikmu yang lain?" Sherly memandang dari arah Abigail datang tadi.
"Ethan sedang praktek di rumah sakit." terang Abigail.
"Secepat itu, baru saja masuk kuliah, langsung di suruh praktek. Ibu tidak bisa membayangkan dia memakai baju putih yang pastinya kelonggaran." Sherly menutup mulutnya dan terkekeh sendiri.
"Ibu meledek adik?" Abigail mengerucutkan mulutnya. Sherly menahan tawanya dan menggeleng.
"Lalu ke mana Boman dan Charles?" Sherly menanyakan kedua putranya yang lain.
"Charles kan tidak kuliah di sini Bu," Abigail mengingatkan ibunya.
"Oh, iya ibu lupa, dia kan sedang latihan bela diri di kelas Mawar Merah. Ayo kita jemput dia di sana." Sherly ingat kalau keahlian Charles tidak ada di kampus, dia kini sedang mengikuti latihan bela diri yang lokasinya tidak jauh dari Bank Core.
Tak lama kemudian Boman datang.
"Ibu, pulanglah dulu, aku masih ingin menyelesaikan misiku yang hampir selesai." ucap Boman seraya membenahi tasnya yang melorot di bahu kanannya.
"Sayang, tas kamu lebih besar dari yang punya." sindir Sherly.
"Ibu, ini barang berharga," ucap Boman sambil menepuk tas ranselnya. Di dalamnya ada laptop, itulah barang berharga milik Boman.
"Iya, ibu cuma bercanda. Jadi, kamu pulang kapan? Biar ibu jemput nanti."
"Tidak usah, Ibu. Boman akan pesan taksi kalau urusan Boman selesai."
Sherly mengiyakan permintaan Boman, lalu Sherly dan Abigail menaiki mobil dan pulang.
"Ibu semakin mahir saja berkendara." sanjung Abigail.
"Tentu, sebelumnya dulu saat belum melahirkan kalian berlima ibu sudah bisa menyetir dan sekali belajar, ibu cepat bisa deh." terang Sherly sesekali dia menoleh ke arah Abigail lalu fokus menyetir lagi.
"Ibu bahagia?" pertanyaan Abigail terasa menyindir.
"Tentu, Nak. Ibu sangat bahagia." sahut Sherly dengan ekspresi penuh penekanan.
"Tapi, aku merasa ibu sedang sedih. Meski ibu menyembunyikannya aku tahu semuanya. Ibu merindukan ayah kan?" Abigail melanggar janji.
Sherly menghentikan mobilnya mendadak.
"Abigail, ibu hargai dengan tebakanmu. Tapi, kamu salah besar jika mengganggap ibu sedang bersedih. Dan satu lagi, jangan sebut kata ayah jika sedang duduk bersamaku!" tegas Sherly.
Abigail tak berani lagi berkata-kata. Dia mengirim pesan singkat pada Boman agar mempercepat misinya.
Kini mobil Sherly berhenti di sebuah kelas bela diri, Mawar Merah itulah nama kelas Charles si jagoan. Tampak Charles sudah menunggu di sebuah kursi kayu yang terlihat sudah usang.
Sherly turun dan menghampiri Charles .
"Ibu, lihatlah gedung itu!" seraya menunjuk bangunan yang tinggi bertuliskan Bank Core.
"Iya, itu tempat kita untuk meminjam dan menyimpan uang." ucap Sherly seraya merapikan pakaian Charles yang berantakan. Dia sedikit membungkukkan badannya.
"Bukan itu maksudku," Charles merengek kesal dengan ucapan ibunya.
"Lantas?"
"Apa ibu tak ingin bekerja di tempat itu?"
"Bekerja, bisa apa ibu? Kuliah saja tidak lulus. Dan mata pelajaran berhitung ibu sangat buruk, ibu tidak cocok bekerja di tempat itu." terang Sherly lalu berdiri tegak sambil menggandeng Charles. Tampak seorang pria tampan berjalan menghampiri mereka.
"Maaf Nona?" sapanya sopan.
"Iya, ada yang bisa saya bantu?" tukas Sherly seraya memperhatikan penampilan pria itu.
"Apakah ini putra Nona?" tanyanya lagi. Sherly hanya mengangguk.
"Dia anak yang luar biasa, baru pertama kali masuk langsung bisa mengalahkan seniornya." ujarnya menggebu -gebu, Sherly hanya mengangguk saja.
"Saya berniat ingin mendaftarkan Charles Sang jagoan untuk ikut festival di acara ulang tahun Bank Core." sambungnya lagi sambil menunjuk gedung yang sama dengan yang ditunjuk Charles tadi.
"Aku baru ingat, barusan aku mendaftarkan diriku dalam perlombaan renang yang diadakan oleh Bank Core, ternyata itu tempatnya." batin Sherly seraya menatap lagi gedung itu.
Sherly menyetujui usul dari pemilik kelas yang diikuti Charles. Selesai berbincang -bincang seputar festival, Sherly undur diri.
Sherly dan Charles naik mobil, Charles duduk di kursi belakang bersama Abigail. Sherly menyalakan mesin mobilnya dan mobil mulai melaju melewati Bank Core.
Abigail dan Charles mengamati bangunan itu. Karena jalanan macet, mobil Sherly berhenti tepat di depan Bank Core. Sherly sibuk dengan pemandangan di depannya. Sementara kedua anak itu tengah berbisik-bisik.
"Perhatikan pria yang baru keluar dari mobil itu!" tunjuk Abigail ke arah pria tampan yang tidak lain adalah Presdir Bank Core.
"Iya, wajah dia mirip dengan kita." sahut Charles dengan wajah berseri.
"Aku yakin, dia adalah ayah kita." ucap Abigail dengan wajah yang tak kalah bahagianya.
"Ayo kita turun dan sapa dia!" ajak Charles seraya memegang knop pintu.
"Stttttt...!" Abigail meletakkan jari telunjuknya di ujung bibir, "Jangan keras -keras, ibu tidak suka mendengarnya!" larang Abigail membuat Charles menarik tangannya.
"Kalian berdua bisik-bisik apa?" Sherly mengetahui kedua putranya tengah berbisik sambil cekikikan.
Mereka hanya menggeleng.
Lampu berwarna hijau, Sherly melajukan mobilnya menuju rumah.
"Lain kali saja ya Dik, kita temui orang yang mirip dengan wajah kita." ucap Abigail mengelus pucuk kepala Charles, Charles mengangguk paham.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
perjuangan ✅
ambil harta mu sherly usir mrk berdua itu..
2023-03-05
0
Pa'tam
anak kelewat pintar, ya gitu deh. mengalah kan otak orang dewasa
2022-02-09
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
mereka gak th kl Alva dah ngehina mama mereka Sherly
2021-11-09
0