Semua mata tertuju pada Dave.
Alvarendra yang baru pulang, mendapati anak kecil yang tiba-tiba memanggilnya dengan sebutan ayah, tentu hal ini membuat dia kaget.
"Hus, Dave, jaga bicaramu!" Ello menempelkan telunjuk di bibirnya, "Dia bukan ayah, tapi Tuan Alva-ren-dra." terang Ello penuh penekanan.
Dave yang masih terpukau dengan wajah pria itu, tak jemu-jemunya dia memandang.
"Siapa anak kecil ini, belum tau dia siapa aku?" tanya Alva seraya duduk di depan mereka. Sebelumnya seperti biasa Alva menyemprotkan antiseptik ke sofa yang akan dia duduki.
"Dia Dave, Tuan Alva." Ello memperkenalkan Dave, dan mengarahkan Dave agar salim dengan Alvarendra. Dave mengikuti saran Ello. Tapi, Alvarendra si tuan bersih itu enggan untuk menerima jabatan tangan dari Dave. Dave menurunkan tangannya dengan hati sedih, dia berharap bisa menjabat tangan pria yang dia akui sebagai ayah itu.
"Dia ayahku, aku yakin itu." batin Dave.
"Wajah anak ini?" gumam Alva dari dalam hati, "Pernah lihat dimana ya?" gumamnya lagi seraya mengingat -ngingat.
"Apa yang ingin kamu sampaikan? Cepat, kalau itu tak penting segeralah pergi!" ucap Alva sinis.
"Tenang Tuan, kedatangan kami berdua ini mau menyerahkan hasil lukisan foto almarhumah ibu Tuan." terang Ello seraya membuka bungkusan.
"Cepat sekali, biasanya kamu butuh dua bulan untuk menyelesaikannya." tutur Alva yang ternyata lebih tau kebiasaan Ello.
Ello tak menghiraukan ledekannya dan mempercepat membuka bungkusan dan memperlihatkan maha karya dari Dave.
"Ini Tuan!" Ello menyerahkan lukisan itu.
Alvarendra terperangah dan takjub melihat maha karya itu. Diangkatnya dengan hati-hati lalu merabanya, dia benar -benar mengagumi lukisan itu.
"Luar biasa, benar-benar mirip aslinya. Kamu hebat!" puji Alva pada Ello seraya mengacungkan jempol tangan kanannya.
"Bukan saya yang melukis Tuan." sahut Ello seraya melirik Dave yang sejak tadi tak berkedip memandang Alva.
"Lalu siapa?" tanya Alvarendra heran.
"Ini, Dave." Ello memegang kedua pundak Dave dan mendekatkan Dave tepat dihadapan Alva.
"Kamu bercanda," Alva terkekeh tak percaya.
"Benar Ayah, aku yang melukisnya." ucap Dave yang membuat Alva mengerutkan alisnya.
"Tunggu, kenapa sejak aku masuk rumah kamu sudah memanggilku dengan sebutan itu?" Alva sedikit emosi.
"Maaf Tuan, dia masih terlalu kecil untuk mengerti hal itu." Ello mencoba menenangkan hati Alva yang hampir tersulut emosi.
"Dave, sudah kubilang tadi, dia ini bukan ayah tapi tuan Alva, " Ello menerangkan Dave kembali sambil memegang kedua pipinya dan menatapnya.
Dave menatap balik Ello, seraya berfikir untuk membuktikan kalau pria bernama Alvarendra itu benar ayahnya.
"Cih, dasar anak kecil, berapa usiamu sekarang?" tanya Alva menginterogasi Dave.
Saat Dave terlihat akan bicara, dan tengah menunjukkan kelima jarinya, Alva menghentikannya.
"Dan jangan panggil aku ayah, karena aku bukan ayahmu!" tutur Alva dengan kerasnya yang membuat Dave kaget dan menangis.
"Hua...hua...hua aaa!" Dave meraung serambi mengucek kedua matanya.
"Aduh, Dave berhenti, jangan menangis!" Ello menghibur Dave dengan cara mengelus kepalanya. Dave tak kunjung diam dan semakin keras menangisnya.
Sementara Alva binggung sendiri, merutuki perkataannya yang membuat hati anak ini sedih. Dia tak bisa berbuat banyak.
"Ello, buat dia diam !" perintah Alva seraya menutup kedua telinganya, dia berdiri dan beranjak dari sofa.
"Bagaimana caranya Tuan? Aku sendiri belum pernah punya anak." Ello juga kini semakin panik lantaran Dave tak berhenti menangis dan bahkan semakin lantang tangisannya.
"Anak siapa ini, tangisannya bikin gendang telingaku mau pecah?" gerutu Alva dalam hati seraya meninggalkan ruang tamu dan menuju ke dapur untuk memanggil bik Tinuk. Bik Tinuk datang dengan tergopoh menuju ruang tamu, Alvarendra terlebih dahulu mencuci tangannya lalu mengikuti bik Tinuk dari belakang.
Bik Tinuk juga sempat kaget, "Padahal anak ini tadi terlihat anteng sekali, kenapa bisa nanggis?" bik Tinuk mengelus dengan lembut kepala Dave dan memeluknya. Tapi tak kunjung berhenti tangisannya semakin menjadi.
"Kenapa aku jadi ingat tuan Alva di waktu kecil? Persis, tangisannya tidak jauh beda." batinnya mengingat saat dulu.
"Cup! Cup! Sayang, jangan menangis lagi!" bik Tinuk menggendong Dave sambil menimang -nimangnya agar diam. Inilah jurus yang dia lakukan saat Alva kecil dulu rewel tak mau diam.
"Kenapa kamu menangis?" tanya bik Tinuk disela-sela tangisan Dave. Dave hanya menunjuk ke arah Alva sambil masih sesenggukan.
"Tuan apakan bocah ini?" tuding bik Tinuk geram, matanya sedikit melotot.
"A..aku nggak ngapa -ngapain dia!" Alva menggelengkan kepala cepat, dia sedikit kikuk dengan tuduhan bik Tinuk.
Bik Tinuk menghembuskan nafas kasar dan kembali menanyai Dave.
"Anak pintar, diam ya," bujuknya lagi dan akhirnya Dave pun diam.
"Nah, begitu. Bibik ada kue buat anak pintar seperti kamu. Kamu mau?" Bik Tinuk menurunkan Dave setelah dirasa rewelnya reda.
"Syukurlah, kamu pandai Bik!" puji Alva seraya mengelus dada.
"Tuan ingat? Dulu Tuan juga seperti ini, rewelnya minta ampun, semua benda-benda yang ada di sekitar Tuan, Tuan lempar hingga pecah. Terus bibi gendong baru bisa diam." tukas bik Tinuk, tentu saja Alva merasa malu lantaran rahasianya di waktu kecil terbongkar.
Ello yang sedari tadi menahan tawa mendengar penuturan dari pembantunya itu, Alva menatap tajam ke arah Ello, Ello pun segera diam.
Bik Tinuk kembali ke dapur sambil menggandeng Dave untuk diberikan kue.
Alvarendra mengisyaratkan agar Ello duduk setelah dia duduk terlebih dahulu.
"Kita kembali ke masalah lukisan, jadi kamu mau berapa untuk mengganti jerih payahmu ini?" tanya Alvarendra dengan gaya tegasnya untuk menutupi rasa malunya yang kini belum hilang setelah dia sendiri juga tau betapa nakalnya dia di waktu kecil.
"Em, begini Tuan Alvarendra Rizki, saya sudah ambil kesepakatan dengan pelukisnya, bahwa dia yang akan menyebut nominalnya." terang Ello.
"Bocah bayi tadi yang kamu maksudkan!" Alva tersentak kaget mendengarnya.
"Dia bukan bocah sembarangan Tuan, Dave membawa hoki buat saya. Sudah dua kali ini saya dibuatnya jantungan. Pertama saat dia otodidak melukis sebuah pemandangan, seketika itu juga lukisannya laku hingga 120 juta. Dan itu harga fantastis yang baru aku dengar." terang Ello seraya menanti Dave tak kunjung kembali juga, dia sudah gelisah lantaran hari menjelang gelap.
"Tau apa bocah bayi itu tentang uang!" Alva masih tak terima jika Dave yang akan menentukan harga lukisan itu.
"Aku akan bayar sekarang!" Alva kembali berdiri menuju kamarnya menuju lantai atas. Saat sampai di tengah -tengah tangga, dia mendengar teriakan bik Tinuk yang terdengar cukup keras.
Alvarendra segera berlari ke arah sumber suara, begitu pula dengan Ello.
"Tolong...! Tolong...! Tolong...!" teriak bik Tinuk dari arah belakang.
"Apa yang ter..." ucap Ello yang sedang mengedarkan pandangan. "Dave, ya Tuhan! Bagaimana bisa terjadi?" Ello panik setengah mati.
Alvarendra dikejutkan dengan pemandangan yang mengingatkan dia di waktu kecil. Dia segera menceburkan dirinya ke dalam kolam renang, padahal dia sendiri tak bisa berenang. Sontak dia menolong bocah itu tanpa memperdulikan Mysophobia yang dia alami.
Dave yang gelagapan nafasnya, kepalanya timbul tenggelam. Ello pun semakin panik karena ia lepas tanggung jawab. Ello sudah berjanji akan segera mengantar Dave pulang pada Sherly secepat mungkin, namun kenyataannya malah lain. Dia harus siap menahan amarah dari ibu Dave jika terjadi apa-apa dengannya.
Alvarendra yang sudah berada dalam kolam kesulitan untuk bernafas. Sekuat tenaga dia menggapai tubuh Dave yang berada di tengah-tengah kolam. Usahanya membuahkan hasil, dia berhasil menarik Dave hingga ke tepi. Ello segera membantu mengangkat tubuh Dave, kemudian menarik Alva dari dalam kolam.
"Haciu, haciu, " Alva mulai bersin -bersin.
"Cepat hubungi dokter Bima! Haciu!" perintah Alvarendra yang seketika mendapat anggukan dari bik Tinuk.
Alvarendra menggigil kedinginan sambil mengeluarkan ingus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Nartadi Yana
itu akal²lan Dave mau ambil rambut Alva
2023-10-01
0
Hendri Safran
Hedeeh...ne orang kaya gak tau berenang cuma tau soal uang😁😁
2022-08-30
0
ira rodi
dave cari muka sama ayahnya....dia gak tau aja dulu mamanya dihina ayahnya dibilang murahan....
2022-02-13
0