Ethan kini tengah sibuk dengan risetnya, dia bersama para mahasiswa yang sedang magang di sebuah rumah sakit umum itu untuk menciptakan sebuah obat herbal anti kanker. Obat itu berasal dari jinten hitam.
Ethan dengan tangan mungilnya menuang perlahan cairan ke tabung reaksi. Perlahan isi di tabung reaksi itu berubah warna yang awalnya berwarna hitam menjadi abu -abu.
"Yes, percobaan kita hampir berhasil!" seru Ethan pada ke enam teman kampusnya.
"Wah kamu hebat Ethan, baru pertama kali ini aku bertemu dengan kawan segenius kamu!" seru temannya.
"Semoga saja kita segera menciptakan obat yang ampuh untuk membasmi penyakit yang ditakuti semua orang itu." terang Ethan seraya melepas baju kebesarannya.
"Ayo kita istirahat!" ajak temannya yang lain.
"Maaf teman -teman, aku ada urusan sebentar, kalian pergilah dulu tanpaku." Ethan baru pergi setelah semua temannya menuju kantin. Dia tak ingin rencananya diketahui oleh orang lain. Meski banyak yang bilang wajahnya memang 100 persen mirip dengan seorang presdir Alva yang baru naik daun, Ethan sendiri belum yakin kalau presdir itu adalah ayahnya.
"Aku akan tahu setelah aku melakukan tes DNA," gumamnya lalu segera mempercepat langkahnya, dia ingin menemui dokter Sonia, dialah salah satu dokter yang menangani masalah DNA.
Ethan tak sengaja menabrak kaki ramping seorang wanita yang memakai kemeja putih.
"Ganteng, mau kemana? Kok lari-lari," tanya wanita itu seraya membungkukkan badan sejajar dengan Ethan.
"Aku ingin bertemu dengan..." Ethan membaca sekilas nama yang tertera di dada wanita itu. " Dokter Sonia," sambungnya.
"Hm, ada apa anak kecil sepertimu ingin mencari dokter sepertiku?" tanya Sonia dengan nada setengah mengejek.
"Aku ingin melakukan tes DNA," seru Ethan seraya mengeluarkan plastik kecil dari saku ranselnya.
Dokter Sonia tertawa terpingkal seraya memegangi perutnya, melihat gaya bicara Ethan seperti orang dewasa.
"Mengapa Anda malah mentertawakanku?" Ethan merasa jengkel dengan sikap dokter wanita itu.
"Tahu apa kamu tentang DNA?" ejek Sonia, dia belum tahu siapa Ethan.
"Aku tahu," sahut Ethan tegas. Meski dia bersikap tegas tapi wajahnya masih terlalu imut.
Sonia mengerutkan kening.
"Coba buktikan! Apa DNA itu? Membaca saja kamu pasti belum lancar!" ejeknya lagi.
Ethan dengan khasnya anak kecil mulai meladeni tantangan yang Sonia lontarkan.
"Dokter, Anda jangan meremehkan pengetahuanku! Sebelum aku mulai menjawabnya, kita buat kesepakatan, apa Anda setuju?" Ethan mulai bermain politik.
Sonia diam sejenak. "Anak ini, baiklah aku terima tawaranmu."
"Jika jawabanku bisa memuaskan Anda, Anda harus membantuku untuk melakukan tes DNA antara aku dengan sampel ini." Ethan menunjukkan plastik yang sejak tadi ia genggam. Sonia mengangguk paham.
"DNA adalah deoxyribonuceic acid atau asam deoksiribonukleat. DNA akan membentuk materi genetika yang terdapat di dalam tubuh tiap orang yang diwarisi dari kedua orang tuanya." terang Ethan dengan fasih.
"DNA merupakan asam nukleat yang menyimpan semua informasi tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna kulit, dan sifat-sifat khusus dari manusia." lanjutnya lagi.
Sonia menganga tak percaya mendengar keterangan Ethan.
"Hebat juga nih bocah." gumamnya, Sonia menguji lagi dengan satu pertanyaan.
"Lumayan, oke pertanyaan berikutnya, bagian tubuh apa yang bisa digunakan untuk tes DNA?" Sonia menaikkan alisnya.
Ethan mengusap wajahnya kasar, dia tak boleh menyerah hanya dengan pertanyaan sepele model itu.
"Hampir semua bagian tubuh dapat digunakan untuk sampel tes DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut, air liur dan kuku. Sampel DNA yang digunakan bisa dari inti sel maupun mitokondrianya. Namun yang paling akurat adalah inti sel karena inti sel tidak bisa berubah. Sampel darah adalah sampel yang paling sering digunakan. Namun yang diambil bukanlah sel darah merah melainkan sel darah putih, karena sel darah merah tidak memiliki inti sel." jelas Ethan dengan santainya.
"Wow, amazing, kamu bukan bocah sembarangan! Aku akui kamu memang genius mengetahui hal yang serumit itu. Baik, aku penuhi tawaranmu." Sonia akhirnya menyerah untuk berdebat ringan dengan Ethan.
Hampir satu jam Ethan berada di ruangan bersama dokter Sonia. Selesai melakukan tes DNA, Ethan tak sabar menunggu hasilnya keluar.
"Paling cepat 1 sampai 2 minggu dan paling lama satu bulan." terang dokter Sonia tanpa Ethan bertanya dulu.
"Dokter, aku akan segera menyelesaikan penelitianku di rumah sakit ini. Sebagai gantinya, tolong Anda segera mengabariku tentang hasil tes DNA itu jika sudah keluar." terang Ethan dengan wajah melasnya.
"Penelitian? Apa hanya aku seorang saja yang tidak tahu berita ini, atau kamu hanya mengada-ngada?" Sonia tak percaya dengan kalimat yang keluar dari mulut Ethan. Sonia membulatkan kedua bola matanya, lagi-lagi dia kaget.
"Dokter Sonia, aku baru beberapa hari berada di rumah sakit ini untuk magang bersama teman -temanku." Ethan menyadari dokter Sonia memang kuper.
"Dokter cari tahu saja, siapa aku sebenarnya?" Ethan turun dari kursi lalu melangkahkan kaki hendak meninggalkan ruangan itu.
"Baik Ethan, aku akan segera mengabarimu. Bolehkah aku tahu ada hubungan apa antara kamu dengan tuan Alvarendra?" tanya dokter Sonia yang berhasil menghentikan langkah kecil Ethan.
"Dokter kok bisa tahu ?" Ethan membalikkan badannya.
"Aku hanya asal menebak saja, aku pun juga tak bertanya sampel yang kamu bawa tadi milik siapa."
"Bagaimana Dokter bisa..."
"Wajahmu itu sangat mirip dengannya." terang Sonia membuat Ethan menganga, dia sendiri lupa perihal kemiripan yang dia punya dengan Alva, gara -gara sibuk dengan risetnya yang sedang ia tekuni.
"Aku sendiri tidak tahu, benar atau tidaknya, apa yang orang lain katakan."
"Jadi benar, sampel rambut itu milik Alvarendra?" tebak Sonia.
Ethan hanya mengangguk pelan dan segera meninggalkan Sonia tanpa memperdulikan lagi ekspresi wajahnya.
"Jika benar dia adalah keturunan Alvarendra yang lagi naik daun itu, aku bisa mengambil keuntungan darinya." batin Sonia.
.
Sherly sudah selesai latihan, kini dia segera berganti pakaian dan meninggalkan hotel.
"Nona, maaf." seorang karyawan menghentikan langkahnya. Sherly menoleh.
"Pemilik hotel ini menyampaikan pesan agar nona tak berenang lagi di sini." ujar karyawan itu.
"Kenapa?" tanya Sherly datar.
"Hanya orang-orang yang menginap di hotel ini yang boleh menggunakan kolam renang itu."
"Hah, aku tak salah dengar! Katakan pada dia, aku bisa saja membeli hotel ini beserta pemiliknya." ucap Sherly ketus.
"Siapa dia, sombong sekali. Berenang saja tidak boleh. Kalau aku bertemu sendiri dengan pemilik hotel ini, aku akan mengatakan padanya, jangan pelit jadi orang." gerutu Sherly seraya mengepalkan tinju.
Karyawan itu tengah memainkan ponselnya dan tanpa sengaja merekam pembicaraannya dengan Sherly.
Sherly segera meninggalkan tempat itu. Dia menuju parkiran lalu masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobil.
"Aku akan datang ke sini lagi besok."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
🌸 Yowu-Kim 🌸
Asal jgn ngaku2 jadi emaknya etan aja dok
2025-04-07
0
Mazree Gati
sherry goblok apa tolol,,main renang di hotel
2024-10-26
2
Nurjannah Rajja
Ethan apa mau tante bantu tonjokkan muka dr. Sonia?
2023-01-27
0