Kiba pun kembali ke asal tuannya, dan tidak memperdulikan jasad ular tersebut, tidak ada yang dibutuhkan pada ular tersebut terutama inti elemennya, karena beast elemental tersebut berelemen api, maka inti elementalnya tidak akan berguna pada Kiba atau mungkin akan malah memperparah keadaan Kiba.
Beruntung saat dia kembali, Zeno masih terlelap tidur dan tidak mendengar keributan yang dialami oleh Kiba, sehingga Kiba kembali tertidur di pangkuan Zeno dan kembali menjaganya dengan kemampuannya.
Hingga keesokan harinya, matahari sudah mulai terbit dari timur, suasana para prajurit dari depan gerbang sudah menjaga siap untuk bertempur, beberapa dari mereka juga ada yang menjaga wilayah aman agar para penyerang tidak menerobos lewat wilayah tersebut.
Zeno bangun dengan menyadari bahwa Kiba sedang tertidur di pangkuannya, sangat senang dan tenang bagi Zeno karena melihat hewan kecil menggemaskan yang sedang tertidur.
Rasanya tidak tega bagi Zeno untuk memindahkan apalagi untuk membangunkan Kiba. Dia hanya bisa Mengelus tubuh lembut harimau putih itu, tetapi hal tersebut membuat Kiba membuka matanya perlahan.
"Akh, maafkan aku Kiba." Zeno hanya bisa menggaruki kepalanya melihat ulahnya yang membuat Kiba terbangun.
Harimau putih itu menguap dan nampak lebih menggemaskan lagi di pandangan Zeno. Dia kemudian berdiri dan menjilati tangan kanan Zeno.
Kiba sebenarnya saat masih kecil seperti ini hanya bisa berbicara pada elemental beast lainnya, itupun karena dia sangat istimewa. Tetapi saat ada dihadapan manusia seperti Zeno, Zeno sendiri mungkin tidak akan mengerti.
"Haha, kau sangat menggemaskan Kiba. Aku ingin tau, apakah saat kau sudah besar juga akan menggemaskan seperti ini." Zeno tersenyum sambil mengangkat Kiba.
"Coba mengaum." Sambungnya.
Saat Kiba mengaum, Zeno hanya bisa tertawa, karena mungkin aumannya seperti kucing yang sedang mengeong. Tetapi Zeno tertawa bukan mengejek Kiba, tapi dia seperti memiliki kebahagiaan sendiri saat bersama Kiba.
Hal tersebut tidak membuat Kiba marah saat Zeno tertawa, lagipula saat ini raga Kiba masih kecil, jadi wajar suara aumannya masih belum keras.
Duuum….!
Suara ledakan besar memekikkan telinga, prajurit negeri api sudah datang dan menyerang gerbang masuk wilayah negeri Angin. Selain itu juga, mereka juga menerobos wilayah aman sebelah negara angin agar mereka bisa menyerang dan masuk wilayah samping dengan mudah.
Zeno yang mendengar hal tersebut sangat yakin bahwa penyerangan sudah dimulai. "Ternyata lebih awal daripada yang kupikirkan." Gumam lirih Zeno.
"Kiba, karena kita sudah menjalani kontrak? apakah kau bisa masuk kedalam tubuhku." Sambunya sambil mengelus Kiba.
Kiba mengangguk, tubuh Kiba kemudian berubah menjadi hembusan angin dan masuk kedalam tubuh Zeno.
Dan Zenopun mencoba berlari keluar dari hutan elemental beast. Dan saat dia sudah sampai ke wilayah aman, dia mungkin melihat beberapa prajurit kaisar negeri angin sedang melawan prajurit negeri api.
Walaupun jika dipikir-pikir api akan menang dengan angin, tetapi semangat juang para pasukan tidak mundur.
Jumlah pasukan negara Api juga tak begitu banyak, bahkan kaisar mereka juga tidak ikut melakukan penyerangan, karena mereka sendiri yakin akan menguasai sebagian wilayah negeri Angin.
Gerbang wilayah negeri Angin bagaikan sebuah neraka karena dipenuhi dengan teknik-teknik api yang semakin membesar karena terkena teknik angin para prajurit. Banyak prajurit dari negeri Angin hanya bisa mengandalkan serangan antar fisik, dan sisanya mungkin menggunakan kemampuan teknik nya melebihi elemen api.
Zeno sedari tadi mencoba menonton peperangan dari atas pohon yang tak jauh dari wilayah aman di samping gerbang yang juga melakukan peperangan.
Dia benar-benar menunggu waktu yang tepat untuk mencoba teknik yang kemarin ia pelajari. Teknik yang begitu aneh, karena mudah dipelajari tetapi efeknya begitu menyakitkan.
"Tetapi tidak salahnya untuk mencoba untuk pertama kali, lagipula penyerang yang sedang menerobos wilayah aman sedikit lagi berhasil masuk." Gumam Lirih Zeno.
Dirinya kemudian mengulurkan kedua tangannya ke depan, menghela nafas yang panjang agar bisa berkonsentrasi lebih lanjut.
"Angin:sayatan seribu angin." Angin berhembus kencang menuju para penyerang yang menorobos wilayah aman, Zeno juga mengatur angin tersebut agar tidak melukai para prajurit negara angin yang mencoba mempertahankan.
Para penyerang seketika langsung banyak yang merasa kesakitan, karena tubuh mereka perlahan tersayat tipis. Bahkan dari mereka juga mengeluarkan sebuah api agar hembusan angin tersebut membesar dan digunakan untuk pelindung.
Tapi sayangnya, angin tersebut tidak memperbesar api yang dikeluarkan, hembusan kencang tersebut menembus api sehingga membekas sayatan pedang di api tersebut.
Beberapa penyerang mungkin akan mati karena terkena puluhan sayatan yang begitu dalam mengenai mereka.
Selain itu juga, para prajurit negeri angin cukup heran dan kagum karena hembusan angin tersebut tidak berefek pada dirinya.
"Teknik ini, ini bahkan tidak ada di negeri angin."
"Pengguna teknik ini pasti orang hebat."
Para prajurit, serta jenderal mereka tak henti-hentinya memuji orang yang mengeluarkan teknik tersebut. Satu persatu prajurit pun penasaran tentang siapa pengguna teknik tersebut. Mereka pun menoleh ke arah sumber datangnya sebuah hembusan angin tersebut.
Namun Para prajurit negeri angin kembali tercengang, karena melihat dari arah sumber hembusan tersebut terdapat seorang remaja yang berdiri di atas pohon sambil mengulurkan kedua tangannya seakan-akan dia yang mengeluarkan teknik tersebut.
Zeno hanya mengerutkan dahinya karena melihat kebodohan para prajurit serta jenderal yang berdiam tercengang dan tidak mengambil kesempatan emas.
"Bodoh kah kalian? Ini kesempatan emas, kalian tidak akan terkena efek dari teknik itu. Pergi dan serang mereka secara langsung." Teriak Zeno.
Jenderal mengerti, dia kemudian memerintahkan seluruh prajurit untuk menyerang secara langsung, baik itu menggunakan pedang atau langsung kontak fisik. Sehingga para penyerang dari negeri api berhasil dipukul mundur.
"Huff, teknik ini benar-benar hebat." Zeno menghentikan tekniknya karena melihat para prajurit sudah berhasil mempertahankan wilayah aman.
*****
Sementara itu, salah satu jenderal dari negara api begitu kaget saat melihat pasukan untuk menerobos wilayah aman sudah terkalahkan. Padahal, wilayah aman sebelah negeri angin merupakan kunci keberhasilan apabila berhasil menerobosnya.
Dengan sisa prajurit yang sekarang, sang jenderal memfokuskan penyerangannya di wilayah gerbang. Karena yang berada di depan gerbang adalah Fang Yoshi yang membuat kewalahan para penyerang.
Zeno kemudian turun dan berlari menuju wilayah gerbang untuk melihat kekacauan yang terjadi. Saat Zeno datang tepat di samping gerbang, dia melihat Fang Yoshi, Kiasar Hanzi dan para prajuritnya ikut bertarung mempertahankan wilayah.
Sebenarnya Fang Yoshi yang memiliki elemen air juga sangat kewalahan menghadapi semburan-semburan api yang begitu dahsyat. Ingin rasanya ia mengeluarkan Leon untuk mengatasi musuh sialan itu. Tetapi Fang Yoshi sadar bahwa jika ia melepaskan Leon, maka beberapa prajurit musuh, serta jenderal mereka juga akan mengeluarkan elemental beast mereka masing-masing, sehingga akan memperburuk keadaan.
Sementara itu, Zeno hanya berdiri sambil melihat peperangan. Tapi tiba-tiba dia tersenyum saat melihat bahwa seorang tangan kanan jenderal dari prajurit negara Api adalah sosok yang dikenali oleh Zeno.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 335 Episodes
Comments
Harman LokeST
buuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuunuhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh seeeeeeemuuuuuuanyaaaaassssaaaaaa jaaaaaaaaaaaaaaannnngggggaaaaaaaaannn beeeeeeeriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii aaaaammmmmmmmmmmppppuuuuiunnnn kiipaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasssss teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss
2023-09-12
2
Hampry Ratukore
siipp
2022-12-22
0
Sipitung
Joss lah
2022-06-22
0