Klik'
Pintu apartemen Alva terbuka, untuk wanita yang ada diluar sana. Seketika mata Yolanda menyalak tajam sekaligus heran.
Mengapa gadis ini ada di apartemen tunangannya, bahkan sepagi ini?
"Kau?" Tudingnya dengan tatapan tak suka.
Chilla mengerti akan tatapan mata Yolanda yang tak suka akan kehadirannya, namun ia memilih tak peduli. Meski tak dipungkiri ia takut sekali, melihat wajah garang nenek sihir didepannya ini.
"Kak Yola jangan berburuk sangka, Chilla juga baru datang, tadi aku habis joging dan mampir untuk mengajak kak Alva sarapan." Terang Chilla menjelaskan, takut diantara keduanya terjadi salah paham.
Meskipun sebenarnya ini hanyalah trik Chilla, untuk menutupi hubungannya dengan Alva.
Dan beruntung, tadi keduanya lebih dulu bangun.
Yolanda tak menjawab apapun, ia langsung saja menyelinap masuk. Berjalan dengan angkuh dan sedikit menabrak bahu Chilla, hingga tubuh gadis itu sedikit terhuyung.
Lenyap sudah rasa ingin mendekati gadis cilik bernama Chilla itu, karena ia begitu tak suka akan kehadirannya, yang seolah menguasai Alva.
Namun karena perbuatannya itu, ia tidak menyadari. Mata jeli Chilla menangkap sesuatu yang kerap Alva buat untuknya, kini ada di tengkuk wanita itu.
Cih, siapa yang membuatnya? Lelaki itukah? Gumam Chilla sambil mengibas bahunya seolah jijik.
Yolanda mengedarkan pandangan, mencari sesosok lelaki yang akan menjadi suaminya.
"Kemana Alva?" Tanya Yola pada penghuni ruangan yang hanya diisi oleh Chilla.
"Sedang mandi." Balas Chilla singkat, lalu mendudukkan dirinya di sofa dan menyalakan tv.
Mendengar itu, Yolanda menaruh barang-barangnya diatas meja. Lalu tanpa pikir panjang melangkah ke kamar sang tunangan, belum juga sampai puncak pintu, tiba-tiba Alva keluar dengan dada telanjang.
"Chill, si—" Ucapan Alva terpotong kala melihat Yolanda, sudah berada tepat dihadapannya.
Sementara Chilla yang merasa terpanggil, langsung menoleh ke sumber suara.
Matanya membola, dengan alis yang saling bertautan melihat penampilan kekasihnya.
Dengan tergesa, ia bangkit lalu menarik tangan Alva untuk masuk kembali kedalam kamar.
"Hei, apa yang kau lakukan?" Berontak Alva sengaja untuk menggoda.
Chilla semakin mendelik dan bersungut-sungut, "Harusnya aku yang bertanya, apa yang kakak lakukan, sudah tahu ada aku, kenapa tidak pakai baju?"
Menyadari gelagat Chilla yang seolah cemburu, Alva tersenyum senang dalam hatinya. Rasa ingin menggoda begitu besar, namun gagal terlaksana karena Chilla buru-buru mendorong dan memasukannya kedalam kamar.
Sementara Yolanda sedari tadi bergeming, otaknya langsung traveling begitu melihat otot-otot perut sang tunangan yang begitu menggairahkan. Bahkan tiba-tiba muncul rasa yang menggeleyar dialiran darahnya.
Milik Alva ternyata bagus juga, bagaimana yah rasanya? Desisnya dalam hati, sambil menggigit bibir bawahnya seksi.
Chilla yang melihat reaksi wajah Yola semakin mengeram tak suka.
Apa-apaan sih kak Alva, katanya hanya milik Chilla? Lihat, wajah kak Yola seperti menginginkannya.
Dengan sedikit menghentak lantai, Chilla kembali duduk di sofa. Wajahnya tertekuk begitu kesal.
Hingga tak berapa lama kemudian, Alva kembali keluar dengan berpakaian lengkap.
Chilla membuang wajah, sedangkan Yolanda justru mendekati lelaki itu.
"Ada apa kau kemari?" Tanya Alva pada Yola, namun matanya setia melirik-lirik Chilla.
Yola lebih dulu menerbitkan senyumnya, "Aku ingin memasak untukmu, jadi kamu tidak perlu keluar untuk mencari makanan." Tangannya yang sudah lihai bermain, mencoba untuk menyentuh tubuh Alva.
Namun secepat kilat, lelaki itu menghindar dengan berjalan menuju sofa.
"Bagus juga, kalau begitu aku tunggu disini bersama Chilla." Ucap Alva sambil mendudukan diri disamping gadis yang sedang ngambek kepadanya.
"Hei, bukankah harusnya dia pergi?" Protes Yola, seolah tak ingin kehadiran Chilla mengganggu kesempatannya untuk berduaan dengan Alva.
Mendengar itu, Chilla merasa diusir, dengan sendirinya dia bangkit, "Baiklah Chilla pergi."
Namun Alva tak membiarkan itu, ia justru menarik pergelangan tangan Chilla hingga tubuh gadis itu berhasil duduk kembali ditempatnya.
"Sudah datang untuk apa pergi lagi? Yola mau memasak untuk kita, jadi tunggu saja." Ucap Alva dengan mimik muka yang serius, Chilla ingin menolak, ia berusaha menarik tangannya dari genggaman Alva dibawah sana.
Namun usahanya tak membuahkan hasil, dengan helaan nafas panjang, mau tidak mau akhirnya ia menyetujui ide lelaki itu.
Sedangkan Yola dengan hati yang kembali gondok, berjalan sambil memaki ke arah dapur. Gara-gara gadis cilik itu, dirinya gagal untuk berduaan, bahkan mungkin bisa melakukan hal yang lebih dari itu. Pikirnya liar.
Hampir dua jam menunggu, akhirnya masakan Yola berhasil dihidangkan di meja makan.
Dengan duduk melingkar, ketiganya siap untuk menikmati sarapan pagi menjelang siang mereka.
"Selamat makan ya Al." Ucap Yola sumringah, setelah selesai menaruh nasi beserta lauk pauk dipiring tunangannya.
Namun Alva hanya ber'hemmm' ria seperti biasa.
Disela-sela kunyahan mereka, Yola terus saja mengajak lelaki disampingnya bicara. Membuat mood Chilla semakin anjlok, hingga saat sebuah tangan mengelus pahanya, ia tersentak kaget.
Ia tahu betul siapa pemilik tangan itu. Dialah orang yang kerap membuainya dengan kenyamanan penuh.
Karena masih kesal, Chilla sengaja menggeser duduknya, namun seakan tangan itu memiliki kekuatan untuk bisa memanjang. Paha mulusnya masih dapat digapai.
Alva mengelus paha gadis itu dengan gerakan yang menggelitik, bahkan sesekali mencubit gemas, hingga fokus Chilla terhadap makanan teralihkan.
Yolanda yang melihat kegelisahan Chilla, gatal ingin bertanya, ia merasa risih karena gadis itu terus bergerak-gerak tak mau diam.
"Ada apa denganmu?" Tanya Yola dengan tatapan menyelidik.
Chilla kembali menggeser duduknya, hingga tangan Alva terlepas, "Sepertinya ada semut nakal yang merayap ke tubuhku. Tapi sekarang sudah tidak ada."
Yolanda merasa ada yang aneh, jawaban gadis itu seperti dibuat-buat. Namun merasa bukan hal yang penting, ia tidak peduli lagi, karena dia bisa melihat, Alva masih santai memakan makanannya tanpa memperdulikan Chilla.
"Al mau tambah?" Tawar Yola, mendengar itu sontak Alva melihat ke arah wanita yang telah menjadi tunangannya.
Sedangkan Chilla semakin tak berselera, "Kak lebih baik Chilla pulang saja."
Ia bangkit sebelum Alva kembali mencegahnya, dengan langkah tergesa gadis itu keluar dari apartemen, meninggalkan dua orang didalam sana.
Namun tak disangka, Alva justru mengejarnya, bahkan kini sudah berjalan sejajar dengan dirinya.
"Aku antar." Ucap Alva lalu menyeret tangan Chilla ke arah baseman dimana tempat mobilnya berada.
Keduanya masuk ke dalam mobil, namun hingga beberapa saat, Alva belum juga menyalakan mesin.
Ia melirik Chilla yang masih setia bergeming, seperti tahu kekesalan gadis itu, Alva mencoba memulai lebih dulu.
Ia meraih satu tangan Chilla, "Duduk disini." Titahnya seraya menepuk paha.
Chilla melirik Alva sekilas, tak langsung menurut ia justru menggigit bibir bawahnya.
Kesal, karena tak mendapat jawaban, dengan sedikit memaksa Alva memapah tubuh Chilla, hingga kini gadis itu sukses duduk diatas kedua pahanya.
"Tatap mataku," titah Alva, saat dilihat Chilla menundukkan kepala.
Pelan, Chilla mengangkat wajah, mencoba membalas tatapan Alva, tatapan yang selalu mampu meluluhkan perasaannya.
Ia memukul pelan dada lelaki itu, saat dilihat Alva tersenyum mengejek ke arahnya," Kau tidak suka tubuhku dilihat oleh Yola?" Tanyanya tiba-tiba.
Seakan terpancing Chilla langsung menjawab, "Bukankah kakak pernah bilang, ini semua ini hanya milikku? Kakak bahkan tidak melihat, bola matanya hampir saja keluar!"
Alva hanya bisa terkekeh mendengar kejujuran Chilla, "Baiklah, aku minta maaf." Ucapnya setelah menyelesaikan kekehan.
Dan sejurus kemudian, Alva membuka kaos yang ia kenakan, dan membuangnya ke arah belakang.
"Sebagai gantinya, lakukan apa saja yang ingin kau lakukan diatas tubuhku." Ucap Alva seraya mengalungkan tangan Chilla ke lehernya.
Namun seakan tak mampu untuk melakukan apapun, Chilla hanya bisa bergeming, dengan manik matanya yang berjalan, memindai tiap inci tubuh Alva kedalam memorinya, dari mulai perut yang rata, merayap perlahan hingga ke wajah dan berhenti tepat di mata yang sedang menatapnya dengan teduh.
Sejenak tatapan mereka terkunci, hanyut dalam naluri masing-masing, hingga entah siapa yang memulai lebih dulu. Yang jelas kini bibir keduanya sudah bersatu padu.
Menyesap satu sama lain, hingga menimbulkan bunyi decapan-decapan yang mengisi ruang kosong yang sedang mereka huni.
Selagi bibir itu bertaut, tangan Alva seolah tahu apa yang harus dikerjakannya, ia meremat dua gundukan yang ada dibalik kaos Chilla. Hingga geliat erotis, menarik Chilla menggerakan pinggul dengan sendirinya.
Merasa masih ada yang menghalangi, Alva mengambil jeda, ia membantu Chilla untuk membuka pakaian atasnya, membuat keduanya sama-sama menyisakan kain penutup dibagian bawah mereka saja.
Chilla semakin bersemu merah, saat Alva memandanginya dengan tatapan yang begitu mendamba.
Kedua matanya terpejam dalam nikmat, saat Alva tiba-tiba saja menghisap dadanya kuat. Bahkan dimainkan dengan manja menggunakan lidah, membuat dirinya seolah melayang ke angkasa.
Tak bisa menampik, tubuhnya benar-benar tidak bisa menahan sentuhan lembut yang Alva berikan. Hingga suara lenguhan dari bibir mungil Chilla dengan sendirinya lirih terdengar.
Mendengar itu Alva semakin berkabut, melupakan akal sehatnya sendiri, hingga tanpa henti mencumbui tubuh Chilla yang kini ada dalam kendalinya.
Dapat Chilla rasakan, anggota tubuh Alva yang ada dibawah sana mulai mengeras, bahkan semakin membesar hingga menekan-nekan inti tubuhnya. Ada gelenyar aneh yang Chilla rasakan, ia terlena.
Ah, ini benar-benar gila!
Alva terus saja melakukan gerakan, mencoba menuntaskan, seiring dengan itu mulutnya tak berhenti untuk melahap pucuk yang sedang begitu tegang. Diperlakukan seperti itu Chilla semakin dibuat melayang, hingga dadanya semakin membusung meminta kepuasan.
Nafas keduanya terdengar memburu, sesuai dengan pergerakan yang mereka buat. Hingga tak lama kemudian Alva benar-benar mengerang panjang, saat lahar panas itu kembali membuncah, keluar dari pusat tubuhnya membasahi celana.
"Terimakasih." Desisnya terengah, seraya memeluk erat tubuh gadis yang kini menjadi candunya.
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
komalia komalia
waduuh banjir deh
2024-10-24
0
Alivaaaa
hareudang hareudang 🔥🔥🤭🤣🤣🤣🤣
2023-10-10
3
Siti Shiro
panas dingin thor
2023-09-11
0