Alva membuka jas yang ia kenakan malam itu, lalu memasangkannya ditubuh sang gadis. Berharap tanda merah yang ia buat tidak dijangkau oleh mata manapun.
Bahkan sebenarnya ia juga tak rela, jika tubuh Chilla menjadi tontonan para undangan yang hadir disana. Baginya, semua yang ada pada Chilla adalah miliknya.
"Jangan pakai pakaian seperti ini lagi." Ucap Alva tegas, setelah jas itu terpasang sempurna ditubuh mungil Chilla.
"Kenapa? Bukankah Chilla cantik memakai ini?" Tak langsung mengiyakan, Chilla malah kepedean.
Ia juga tidak merasa ada yang salah dengan dress-nya. Hingga ia membolak-balikkan tubuhnya didepan Alva. Minta dipuji.
Alva menarik pinggang Chilla secara tiba-tiba, sontak gadis itu menghentikan aksinya. Perlahan, Alva merapatkan kembali tubuh mereka, diperlakukan seperti itu pipi Chilla langsung bersemu merah.
"Kau lupa, kau ini pacarku. Semua yang ada padamu hanya milikku. Tidak boleh diperlihatkan pada orang lain." Ucap Alva mengingatkan.
"Memangnya orang yang berpacaran seperti itu?" Tanya Chilla dengan tatapan polos.
"Ya, kau tidak pernah dengar? Ketika orang berpacaran maka semua yang ada pada dirinya, hanya milik pacarnya. Dan kau— hanya milikku." Jawab Alva dengan opini yang baru saja dibuatnya.
Berharap Chilla akan percaya dan berhenti untuk bertanya-tanya.
Namun Chilla tetaplah Chilla, gadis itu masih saja tidak puas dengan jawaban lelakinya.
Ia menangkup dua sisi pipi milik Alva, lalu menatap bola mata itu dalam.
"Apa kakak juga hanya akan menjadi milikku? Sedangkan kakak juga punya kak Yolanda?" Tanya Chilla sungguh-sungguh.
Sebelum menjawab, Alva lebih dulu menggapai kedua tangan gadis yang menempel pada pipinya.
"Percayalah, meskipun begitu. Tubuhku hanya milikmu." Jawab Alva apa adanya. Karena nyatanya, setiap berdekatan dengan Chilla, tubuhnya seperti terkena magnet oleh gadis itu.
Tak ada alasan lain, tubuh Alva hanya ingin disentuh oleh Chilla, bukan yang lainnya.
Chilla mengulum senyum seraya mengangguk-anggukkan kepala, meski merasa jawaban Alva belum sepenuhnya sempurna, namun ia tak bisa memaksakan kehendak.
Ia tetap yakin, suatu saat bukan hanya tubuh Alva yang ia miliki, tapi juga hatinya.
Ya, hati yang telah lama membeku, karena tak tersiram hangatnya cinta.
"Keluarlah lebih dulu, aku menyusul." Ucap Alva, ia mengecup bibir Chilla dan melumaatnya sebentar, sebelum ia benar-benar membiarkan gadis manis itu hilang dari pandangan.
******
Chilla kembali berjalan, menuju tempat dimana pesta dilangsungkan, setelah keluar dari ruangan yang membuatnya panas dingin, ia pergi ke toilet terlebih dahulu untuk membetulkan riasannya.
Hingga dapat dia lihat, Alva sudah lebih dulu ada disana. Mungkin, karena dia terlalu lama.
Lelaki itu tak sendiri, bisa dilihat dengan jelas Alva berdiri bersama Yolanda, Juna dan dua orang lelaki yang tidak asing baginya.
Ia menyipitkan mata untuk memastikan, begitu ia yakin seketika matanya berbinar, ada rindu yang terbesit dihati gadis itu. Karena sudah lama tak bertemu.
Hingga tanpa sadar ia berteriak kencang, "BANG SAT."
Sebagian orang langsung menoleh ke arah Chilla yang tiba-tiba berteriak, tak terkecuali Alva dan yang lainnya. Mereka semua menatap dengan tatapan aneh bahkan ada yang menatap Chilla tak suka.
"Apa-apaan gadis itu?"
"Seenaknya saja berteriak, seperti di hutan."
"Apa katanya tadi? Bang*sat? Kasar sekali."
"Apa gadis itu gila?"
Begitulah kira-kira isi pandangan orang-orang yang melihat Chilla.
Tapi gadis itu tak peduli, kakinya terus saja melangkah menuju ke arah Alva dan dua orang yang sudah lama tak dijumpainya.
Bruk!
Karena terlalu tergesa-gesa dan heels yang dipakainya Chilla tersandung, Alva bergerak ingin menangkap, namun gerakannya kalah cepat dengan Satria yang kebetulan lebih dekat dengan posisi Chilla.
Ya, dialah si pria yang baru saja di panggil namanya oleh Chilla, Satria.
"Bang Sat, Chilla kangen."
Tanpa segan Chilla langsung saja memeluk Satria. Lelaki yang menjadi teman Alva dari kecil hingga sekarang, orang yang kerap mengajaknya bermain bersama Samuel dan juga Alva.
Ketiganya seumuran, hanya Chilla saja yang paling kecil, Chilla selalu bisa bersikap manja pada Satria karena dulu lelaki itu yang lebih sering menggodanya.
Bahkan ia memiliki sebutan peri kecil dari lelaki bernama Satria itu.
Namun, disaat seperti itu Alva akan marah jika Chilla lebih memilih bermain dengan Satria.
Tak jarang ia juga kerap mengusir dua temannya itu, demi hanya ingin bermain dengan gadis kecilnya.
Dan inilah yang selalu membuat Chilla mengagumi sosok Alva, meski kadang membuatnya menangis, tapi ia tidak akan rela jika ada orang lain yang membuatnya menangis selain dirinya.
"Hei, sudah sebesar ini kau masih memanggilku seperti itu?" Ucap Satria pura-pura kesal. Ia menarik tubuh Chilla agar lepas dari dekapannya.
Namun, seolah tak ingin berpisah, Chilla malah mengeratkan pelukan itu.
Ia tidak tahu, kalau ia baru saja membuat api di hati Alva berkobar hebat, lihat tangannya saja sampai terkepal kuat.
"Bukankah itu istimewa? Semuanya Chilla panggil kakak, kecuali Bang Sat." Balas Chilla manja.
Mendengar penuturan Chilla, Satria tertawa. Benar juga pikirnya. Tapi masalahnya tidak perlu di singkat juga.
"Kau hanya rindu pada Satria tapi tidak rindu padaku?" Kini Sam mulai buka suara.
Mendengar suara itu, sontak Chilla langsung melepas pelukannya di tubuh Satria, dan beralih pada sosok lelaki yang berdiri disamping Alva.
Ia berniat menghampiri Sam dengan merentangkan tangan bermaksud ingin memeluk, namun sebelum itu terjadi, Alva lebih dulu menghadangnya.
"Ck, kau ini tidak tahu malu atau bagaimana? Sam sudah memiliki istri. Tidak usah pakai peluk-peluk." Ucap Alva dengan mimik muka yang sudah kesal.
Melihat Chilla memegang tangan Juna saja sudah cukup membuat hatinya panas. Apalagi ini, gadis itu malah memeluk laki-laki lain didepannya.
Mendengar itu Chilla jadi cemberut dengan bibir yang mengerucut.
"Sudahlah, kau seperti tidak tahu Alva saja. Dia itu posesif akut padamu. Sini, kau peluk aku saja. Lagi pula, yang jomblo cuma aku disini, jadi kau hanya bisa memelukku." Ucap Satria seraya menarik kembali tangan Chilla agar kembali pada posisinya.
Sam dan Mira yang baru saja bergabung setelah mengambil minum, hanya bisa terkekeh melihat itu.
"Tapi kak Juna juga jomblo, apa Chilla boleh memeluknya juga?"
Juna langsung tersedak ludahnya sendiri, mendengar pertanyaan Chilla.
Semua orang yang ada disana, langsung menghunuskan pandangan mata mereka ke arah Juna yang sedang terbatuk-batuk.
"Maaf Nona Chilla, saya juga sudah punya pacar." Jawab Juna terpaksa berbohong, ia begitu takut, terlebih saat ia melihat tatapan horor dari atasannya.
Nona Chilla benar-benar berbahaya. Bisik Juna dalam hatinya.
"Katanya kemarin kak Juna belum pernah pacaran." Protes Chilla.
"Mungkin baru jadian. Sudahlah, kenapa kau jadi mengurusi hubungan orang. Pokoknya kau hanya bisa memelukku malam ini." Sahut Satria sambil menarik gemas hidung Chilla.
Gadis itu mengaduh sulit bernafas, namun tak lama dari itu Chilla tertawa.
"Hehe benar juga. Oh ya Chilla lupa kalau kak Sam sudah punya istri, apa dia istri kak Sam?" Tanya Chilla sambil memandangi wanita cantik disebelah Sam.
Wanita itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya ke arah Chilla.
"Ya, aku istrinya Sam. Mira."
Chilla menerima uluran tangan itu dengan antusias. Ia tersenyum manis menampilkan lesung di pipi kanannya.
"Aku Chilla kak. Maaf waktu pernikahan kalian Chilla tidak bisa datang. Karena saat itu Oma di kampung sakit." Sesal Chilla.
"Tidak masalah. Tapi nanti, saat aku dan Sam mengadakan pesta anniversary kau harus datang yah." Ucap Mira begitu senang bisa berbicara dengan gadis lucu seperti Chilla.
"Ah baiklah, aku akan datang. Ngomong-ngomong, kak Mira cantik sekali, pantas saja kak Sam begitu tergila-gila." Ungkap Chilla, ia bisa melihat bahwa Mira adalah wanita yang baik dan begitu menyayangi Sam dengan tulus.
Tidak seperti Yolanda, tunangan kekasihnya.
"Dia memang paling cantik Chilla." Timpal Sam bangga.
Mendengar itu Mira mengulum senyum, lalu mencubit manja perut suaminya.
"Kau juga cantik Chilla. Aku suka lesung pipimu."
Sontak Chilla langsung meraba pipi kanannya, tempat lesung itu berada. Ia jadi tersipu malu, karena baru ada seseorang yang menyukai lesung pipinya. Setelah Alva.
"Ini kak Alva yang membuatnya." Ucap Chilla sambil melirik pria tampan itu. Bahkan ia tersenyum malu-malu.
Merasa Chilla akan berbicara sembarangan, mata Alva menungkik tajam.
"Oh yah? Bagaimana cara membuatnya?" Tanya Mira penasaran.
"Dari kecil dia suka mengorek pipi Chilla dengan jari telunjuknya. Seperti ini." Chilla menunjukkan bagaimana Alva mengorek pipinya yang sedikit masuk ke dalam.
"Benarkah Alva melakukan itu?" Tanya Satria tak percaya. Dan saat Chilla mengangguk membenarkan.
Semua orang tertawa, entah menertawakan ekspresi lucu Chilla atau justru menertawakan sikap Alva dibelakang mereka.
Namun tidak untuk Yolanda, sedari tadi ia merasa diacuhkan, bahkan ia juga begitu kesal, saat menyadari, jas yang Alva kenakan ada pada tubuh gadis kecil itu.
Heuh, hanya gadis kecil Yolanda, bahkan sepertinya ia belum mengerti apa-apa. Batin Yolanda mengingatkan dirinya.
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...****************...
Gadis kecil udah bisa bikin anak kecil maksudnya 🤣🤣🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Ita rahmawati
jgn anggap remeh yolanda,,biarpun gadis kecil tp chila bisa melakukan yg blm bisa kamu lakukan ke alva
2024-07-23
1
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
ngakak bangsat🤣🤣🤣🤣
2024-01-18
1
Alivaaaa
🤣🤣🤣
2023-10-10
0