Ini juga punyaku kan?

Dua hari berlalu...

Sore itu Alva kembali pulang ke rumah dengan diantar oleh sang asisten, Juna.

Karena rencananya, Mona dan Jonathan akan mengundang keluarga Yolanda untuk makan malam bersama.

Alva tidak mampu untuk menolak, sebagai gantinya ia hanya memasang wajah datar pada semua orang. Tak terkecuali pada kedua orang tua Yolanda.

Wanita itu sesekali mengajak Alva bicara saat makan malam telah selesai. Namun sayang, Alva hanya menanggapinya dengan kata "Tidak" atau hanya sekedar ber'hemmm' ria.

Mona dan Jonathan yang merasa tidak enakan, akhirnya meminta maaf pada Yolanda dan juga kedua orang tuanya. Dan berharap untuk memaklumi sikap putra semata wayang mereka.

Yolanda hanya mampu mengepalkan tangannya dibawah meja, sambil tersenyum terpaksa. Agar kesan baik kedua orang tua Alva selalu menghampirinya.

Meski ia tidak tahu, kelak sanggupkah ia satu atap dengan laki-laki sedingin dan seangkuh Alva.

Setelah makan malam berlalu, Jonathan memanggil sang putra untuk menemuinya di ruang belajar.

Sama seperti di meja makan, Alva menemui ayahnya dengan wajah tanpa ekspresi apapun. Seperti sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan lelaki tua itu.

Tok tok tok...

"Ini Alva." Ucapnya sebelum ia masuk kedalam ruang belajar.

Dan disinilah mereka sekarang, dua lelaki berbeda generasi, duduk berhadapan. Hanya ada meja kayu sebagai pembatas diantara keduanya.

Alva bergeming, tak ingin membuka suara lebih dulu. Biarlah si tua itu yang memulai, dan ia cukup mendengarkan.

Jonathan lebih dulu menatap putranya, wajah bak pinang dibelah dua. Alva adalah Jonathan muda.

"Al, langsung saja. Papa meminta kamu kemari hanya untuk bilang. Tolong, tolong dan tolong... Bersikaplah lebih baik pada Yolanda mulai sekarang. Karena kini, statusnya sudah menjadi tunanganmu. Dan itu artinya, dia adalah calon istri dari penerus Antarakna. Calon istrimu Al." Ucap Jonathan dengan memohon, bahkan diselingi penekanan disetiap kalimatnya.

Namun apa reaksi Alva?

Dia hanya mendesah pelan, lalu tersenyum miring, seakan apa yang ayahnya bicarakan bukanlah sesuatu yang penting.

"Apakah hanya itu yang ingin Papa bicarakan?" Alih-alih mengiyakan, Alva justru bertanya.

"Apa maksudmu bertanya seperti itu? Asal kamu tahu, Papa melakukan ini semua, hanya karena ingin kamu memiliki kesan baik dihadapan Yolanda dan kedua orang tuanya. Jadi lakukanlah yang terbaik."

Alva mendengus.

"Tidak cukupkah untuk sekedar bertunangan saja? Apa aku harus bersikap baik padanya juga?"

"Alva!!!" Bentak Jonathan.

"Tidak Pa!"

"Alva!!!" Pekik Jonathan semakin meninggi.

"Alva rasa sudah cukup Papa memintaku untuk bertunangan dengannya. Dan kali ini Alva minta, jangan lagi memerintah ataupun menyuruh Alva mengikuti semua perintah Papa...."

"Sudah cukup selama 25 tahun, Alva menjadi manekin hidup yang terus diatur pergerakannya..."

"Mulai saat ini, Alva ingin bebas, sebebas-bebasnya. Melakukan hal yang menurut Alva baik ataupun tidak, bukan lagi menurut Papa. Jika sekali lagi Papa lakukan itu pada Alva, jangan salahkan Alva jika suatu saat Alva akan memberontak!"

Setelah mengucapkan apa yang selama ini ia pendam dalam hatinya, dengan sorot mata berapi-api, Alva meninggalkan ruang belajar.

Meninggalkan Jonathan yang terpaku ditempatnya. Dengan kemelut pertanyaan "Salahkah langkahnya selama ini mendidik Alva?"

Namun sekeras apapun ia mencari, ia tak mampu untuk menjawab pertanyaannya sendiri, hingga akhirnya hanya helaan nafas panjang yang mampu ia lakukan.

Mona melihat Alva keluar dari ruangan itu dengan raut wajah penuh kekesalan. Ia yakin, dua lelaki yang dicintainya itu telah bertengkar.

Dengan langkah cepat, ia mengekor dibelakang Alva, dan ikut masuk kedalam kamar lelaki itu.

Alva menghempaskan pantatnya diatas ranjang, menangkup kepalanya dengan dua tangan, lalu menarik nafas dan membuangnya beberapa kali, berusaha menghilangkan apa yang membuat dadanya sesak.

Sementara Mona, duduk disamping putranya tersebut. Ia mengusap sayang punggung lebar Alva.

"Sayang..." Panggil Mona lembut, mendengar itu Alva perlahan menoleh kesamping dimana Mona berada.

"Alva... Bukannya Mama membela Papa. Tapi kami berdua memang hanya ingin yang terbaik untukmu sayang." Ucap Mona hati-hati, takut kalau Alva tersinggung kembali.

Alva meneguk ludahnya yang terasa tercekat di tenggorokan. Kembali menatap Mona, dan akhirnya lelaki itu memilih untuk memeluk sang ibu.

Mona terus mengusap-usap punggung Alva, baginya berapapun usia lelaki itu, Alva tetaplah pangeran kecilnya.

"Mama mohon, jangan benci Papa ataupun Mama yah." Ucap Mona lagi, kali ini Alva mendongak, menatap netra yang kini mulai layu seiring bertambahnya usia.

"Alva tahu, Mama hanya mengikuti apapun rencana Papa. Jadi Alva tidak bisa untuk membenci Mama." Balas Alva dengan nada melunak.

"Al..."

Alva melerai pelukan itu, sebelum sang ibu melanjutkan kembali pembicaraannya.

"Sudah malam, sebaiknya Mama segera istirahat. Dan ingat, jangan pikirkan apapun."

Mona hanya bisa mendesah pasrah.

Akhirnya mau tidak mau Mona mengangguk menyetujui ajakan Alva untuknya beristirahat. Watak keras Jonathan benar-benar melekat pada diri Alva. Dan ia tidak membantahnya.

Setelah Mona keluar, Alva kembali menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, sejenak ia memandangi langit-langit kamarnya yang berwarna putih.

Hingga lamunannya buyar seketika, saat ada sebuah suara pesan masuk ke ponsel pribadinya.

Ia bangkit dan mencoba meraih benda pipih itu diatas nakas. Membuka layar yang diisi wallpaper Alva sedang menggendong Chilla kecil.

Message from Bochill :

Sayang apa sudah tidur?

Melihat itu Alva mengulum senyum tipis. Hingga dapat ia rasakan, kekesalannya pada sang ayah sejenak terlupakan.

Me :

Belum.

Bochill :

Lihatlah ke balkon. Chilla disana ❤️

Alva langsung melangkah ke arah pintu balkon berada, mengintip dari balik tirai yang ia singkap sedikit. Namun entah kenapa, gadis kecil itu menyadarinya.

Chilla melambai, karena kebetulan kamar mereka diatas lantai yang sama, dan balkon mereka berhadapan.

Bochill is calling...

Dan panggilan telepon itu, membuat Alva memutuskan untuk membuka tirai itu lebar-lebar, dan membuka satu pintu balkon.

Dapat dilihat Chilla tersenyum ke arahnya. Namun Alva hanya membalas senyum itu sangat tipis, hingga tidak disadari oleh Chilla.

"Untuk apa menelponku?" Tanya Alva begitu panggilan terhubung.

"Chilla pikir, Chilla tidak akan bisa tidur jika tidak mendengar suara kakak pacar." Balas Chilla dengan suara manja.

Dan itu sukses membuat Alva tekekeh pelan. Bisa saja gadis ini menggodanya.

"Kenapa tertawa? Chilla tidak berbohong." Rengek Chilla.

"Iya aku percaya, tapi ambillah selimut dulu untuk menutup tubuhmu yang mungil itu. Kalau tidak, kau bisa masuk angin nantinya." Titah Alva yang melihat Chilla hanya menggunakan kaos pendek dan celana sebatas paha.

Chilla menurut, ia segera mengambil selimut, lalu membungkus tubuhnya dengan kain itu. Namun tetap saja, kehangatan yang Alva berikan selalu menjadi yang pertama untuknya.

Setelah Chilla kembali, keduanya memutuskan untuk mengobrol, saling melempar candaan dan tersenyum satu sama lain.

Sejenak keduanya terlihat seperti pasangan pada umumnya, hingga saking terhanyutnya, mereka sampai lupa waktu, saat diliriknya layar di ponsel, kini sudah hampir jam 11 malam.

Itu artinya mereka sudah menghabiskan waktu untuk bercengkrama selama kurang lebih 1 setengah jam.

"Tidurlah, ini sudah larut." Titah Alva pada sang kekasih gelap.

"Padahal masih ingin mengobrol, kenapa waktunya cepat sekali." Rengek Chilla tak ingin memutus panggilan mereka.

Alva terkekeh kembali, "Sudahlah... Besok kita masih bisa bertemu. Karena aku akan mengantarmu sampai ke sekolah."

Mendengar itu Chilla berteriak kegirangan.

"Benarkah, baiklah kalo begitu. Selamat tidur sayangku. I love you."

"Hemmm."

Senyum dibibir Chilla sirna seketika mendengar jawaban Alva, "Sayang i love you."

"Iya," Balas Alva singkat.

"Ishhh.... I love you." Ungkap Chilla terus mengulang. Pokoknya sebelum dijawab ia tidak mau mematikan panggilannya.

"Sudah malam, aku tutup yah." Balas Alva masih ingin menjunjung tinggi harga dirinya.

"Sayang...... Sekali saja, i love you." Merengek manja.

Hah!

Akhirnya Alva hanya bisa mendesah pasrah dengan tingkah Chilla, ia melupakan sejenak kegengsiannya hanya untuk berkata, "Too."

Setelah mendengar jawaban Alva, Chilla kembali tersenyum-senyum dengan pipi yang merona. Nyatanya tak perlu lengkap, hanya dengan satu kata, maka ia jamin nyenyaklah tidurnya. Bahkan mungkin ia akan bermimpi indah.

...****************...

Pagi hari...

Alva keluar dengan wajah yang masih sama seperti semalam, karena suasana antara dirinya dan sang Papa masih memanas, belum juga padam.

Juna dengan sigap membukakan pintu untuk sang Tuan, dengan cepat Alva masuk kedalam mobil, namun meminta Juna untuk menunggu sebentar.

Setelah menunggu beberapa saat, Chilla datang dan langsung mendudukan diri disamping Alva.

Senyum gadis itu cerah sekali hari ini. Berbeda dengan sang kekasih.

"Jun, jalan." Ucap Alva, lalu bergeser ke tengah dan mulai memeluk Chilla.

Lelaki itu menyandarkan kepalanya dibahu Chilla, seraya menghirup dalam-dalam, aroma parfum yang gadis itu pakai, begitu menenangkan.

Menyadari perubahan sikap Alva, Chilla yakin terjadi sesuatu dengan lelaki tersebut. Ia mengecek suhu tubuh Alva dengan memegang kening, namun setelah beberapa saat dirasai, tidak ada yang aneh sama sekali.

"Aku tidak sakit." Ucap Alva sambil meraih telapak tangan Chilla untuk digenggamnya.

"Lalu Kakak pacar kenapa? Apa ada masalah?" Tanya Chilla sendu, jujur melihat Alva yang seperti ini membuatnya sedih.

Alva menggeleng dalam dekapan Chilla, sontak gadis itu menggeliat merasa geli.

"Tidak apa-apa, aku hanya sedang ingin seperti ini. Sebentar saja." Balas Alva tak ingin membuat gadis itu berpikir macam-macam, karena hanya dengan ditanya kenapa? Itu sudah cukup membuat ia merasa berharga.

"Oh ya bagaimana sekolahmu?" Sambungnya.

Chilla berpikir sejenak, "Tidak ada masalah, sebentar lagi juga ujian kelulusan,"

"Benarkah?"

Chilla mengangguk-anggukkan kepala.

"Memangnya kenapa? Apa sayang ingin segera mengajakku untuk menikah?" Tanya Chilla menggoda, bahkan dibubuhi kedipan matanya yang manja.

Mendengar itu Alva reflek menyentil dahi Chilla.

Cletak!

"Belajar dulu yang benar." Cetus Alva, membuat Chilla mengerucutkan bibirnya sambil memegangi dahi yang telah menjadi korban kekerasan Alva.

Sementara Juna sudah cekikikan sendiri didalam hati.

Sejenak tidak ada yang bersuara kembali didalam mobil, Chilla tak bisa berkutik karena tubuhnya benar-benar terperangkap dalam dekapan Alva.

Sedangkan lelaki itu hanya menikmati perjalanan sambil terpejam.

"Oh ya sayang... Chilla lupa, happy anniversary yang ke seminggu yah." Ucap Chilla tiba-tiba.

Alva mengerutkan keningnya seraya membuka mata, "Memangnya ada anniversary satu Minggu? Lagi pula untuk apa?"

"Ada, ini buktinya. Lagi pula ini itu supaya kakak pacar tidak lupa. Kalau kakak pacar juga punya Chilla." Terangnya dengan tersenyum.

Mendengar itu Alva mulai menyeringai, ia manggut-manggut dengan senyum jenakanya. Apa saja topiknya, ternyata kini otaknya tidak bisa jauh-jauh dari sebuah kemesuman yang nyata.

"Benar juga. Kalau begitu, kemarikan tasmu." Pinta Alva seraya melirik Juna, tanpa curiga Chilla menyerahkan tasnya pada sang pacar.

Alva menerima tas itu, lalu meletakkannya didepan tubuh Chilla, sedangkan tangannya yang kelewat aktif, sudah merogoh masuk kedalam kemeja gadis kecilnya.

Mata Chilla membola dengan pipi yang memerah, mendadak tubuhnya juga menegang, saat dadanya berhasil Alva gapai dan perlahan pucuknya dimainkan.

"Ini juga punyaku kan?" Tanyanya dengan kedipan nackal.

...****************...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...****************...

Kakak tangannya aktif ya bund😌😌😌

Terpopuler

Comments

komalia komalia

komalia komalia

kondisikan dong tangan nya alva

2024-10-24

0

Ita rahmawati

Ita rahmawati

kasian juna nya kalo aku mah 🤣🤣

2024-07-23

0

emak gue

emak gue

nasib Lo jun....jun...🤣🤣

2024-07-16

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Salah Menilai
3 Belum Keluar
4 Aku tidak cemburu!
5 Pulang ke rumah
6 Kau kenal Jack?
7 Pertunangan (Aku Cemburu)
8 Pertunangan 2 (BANG SAT)
9 Panggil aku sayang!
10 Gadis Nakal
11 Ini juga punyaku kan?
12 Sarapan yang lezat
13 Olahraga ranjang?
14 Semut nakal
15 Rintihan
16 Menguntit
17 Rencana
18 Aku menginginkanmu
19 Kecurigaan Alva
20 Cobalah cintai aku
21 Kamu pacar Chilla yah?
22 Kekesalan Juna
23 Bang Sat?
24 Yang merah yah
25 Hadiah
26 Kedatangan Jonathan
27 Salah tingkah
28 Ulang tahun Jonathan
29 Alva sakit
30 Mau yang asli
31 Ini sangat nyaman
32 Anniversary Sam dan Mira
33 Katakan!
34 Maafkan aku calon istriku
35 Jahat, kasar!
36 Semua gara-gara Juna
37 Tetangga baru
38 Aku akan mencobanya
39 Perasaan was-was
40 Satu syarat
41 Dia calon istriku
42 Permen rasa buah
43 Ungkapan (Awal sesungguhnya)
44 Jebakan
45 Wanita tebal muka
46 Candu yang tidak bisa ditolak
47 Melawan nenek sihir
48 Menyelamatkan Nananana
49 Jadilah pacarku
50 Cemas
51 Menunjukkan bukti
52 Kita kawin lari saja
53 Kecewa
54 Interogasi
55 Biji selasi ganas
56 Flashback
57 Ketahuan (Kecewanya Satria)
58 Terpesona, aku terpesona
59 Kabur
60 Istriku
61 Belum berakhir
62 Manis seperti madu
63 99 persen dan 1 persen
64 Berita
65 Dalang
66 Impas
67 Yolanda oh Yolanda
68 New Story'
69 Aku wujudkan
70 Aku juga ingin dimanja
71 Tingkah bumil
72 Mengidam (Anjing)
73 Honeymoon
74 Kamu
75 Matahari terbit, belalai ikut bangkit
76 Pulang (Kita langsung coba)
77 Cemburu buta
78 Minta DP
79 Mommy nakal
80 Dimabuk cinta
81 Tugas mulia
82 Tentang melahirkan
83 Masakan buatan istri
84 Bodo amat, gue nggak kenal
85 Ayang Juna ngambek
86 Sana, jadi tukang sapu saja!
87 Aku nggak bisa!
88 Lamaran (NAJU)
89 Nyawa lain
90 Meja ajaib
91 ANU
92 Plak!
93 Kabar duka
94 Nana and Juna's wedding
95 Kebahagiaan semua orang
96 Apanih?
97 Bukan mandi biasa
98 Sabar (Nahan anu)
99 Menagih hutang
100 Periksa kandungan
101 Ya Allah Gusti!
102 Yah, Mama...
103 Timbal balik
104 Bahas jenguk menjenguk
105 Kurang apa?
106 Main tenda-tendaan
107 Marahan
108 Juna merana
109 Kutukan
110 Burung Papa
111 Jurus seribu bayangan
112 Menunggu kehadirannya
113 Maunya naik itu
114 Apa enaknya sih?
115 Alva mengoceh
116 Persalinan
117 Malaikat kecil
118 Menjenguk
119 Kekhawatiran Nana
120 Jangan hanya mengeluh
121 Tidak pernah berubah
122 Pakai yang lain
123 Wejangan
124 Baby boss
125 Baby Shark
126 Kau terlalu cantik
127 Pusat perhatian
128 Tak terduga
129 Menjadi Istri CEO (Perasaan Khawatir)
130 MIC (Celotehan adik-adik)
131 MIC (Kepala Batu)
132 MIC (Kepala Batu2)
133 MIC (Aku Nggak Gila)
134 MIC (Pergi dari rumah)
135 MIC (Meminta Bantuan)
136 MIC (Menemui Shaka)
137 MIC (Menikah Dadakan)
138 MIC (Kalian Pacaran?)
139 MIC (Menodai Mataku)
140 MIC (Hampir Saja)
141 MIC (Jangan Dulu Kenal)
142 MIC (Pas Kok)
143 MIC (Di Meja Makan)
144 MIC (Kejar-kejaran)
145 MIC (Sudah Aku Gigit)
146 MIC (Beby Berubah)
147 MIC (Nenek-nenek Mesum)
148 MIC (Gara-gara Susu Pisang)
149 MIC (Kita Akan Tahu)
150 MIC (Akhirnya)
151 MIC (Masih Tengah-tengah)
152 MIC (Mau Ketemu Tyrex Lagi?)
153 MIC (Anugerah Apa Musibah)
154 MIC (Mulai Sawan)
155 MIC (Alasan Macam Apa Itu?)
156 Gairah Sang Casanova
157 MIC (Istri Sempurna?)
158 MIC (Nggak Ngapa-ngapain)
159 MIC (Curhat)
160 MIC (Marah)
161 MIC (Love Is Blind)
162 MIC (Pindah ke Apartemen)
163 MIC (Takut)
164 MIC (Parno Sendiri)
165 MIC (Benar-benar Bahaya)
166 MIC (Adek Beby)
167 MIC (Sayang...)
168 MIC (AU AH)
169 MIC (AU AH AH)
170 MIC (Otak Usil)
171 MIC (Sakit)
172 MIC (Dibuang-buang)
173 MIC (Nggak Sekarang)
174 MIC (Nggak Bisa Lama)
175 MIC (Nyari Kokom)
176 MIC (Mertua)
177 MIC (Pakai Kokom)
178 MIC (Suasana Mendukung)
179 MIC (Kaki Abang Tiga)
180 MIC (Bersyukur)
181 MIC (Ambassador Skincare)
182 MIC (Ikut Nggak Yah?)
183 MIC (Balapan)
184 MIC (Maaf)
185 MIC (Janji Nggak Nakal Lagi)
186 MIC (Melabrak Gattan)
187 MIC (Kesialan Gattan)
188 MIC (Nyenengin Tom)
189 MIC (Hari Kelulusan)
190 MIC (Ruangan VVIP)
191 MIC (Masih Mau Anu-anu)
192 MIC (Kabar Bahagia)
193 MIC (Undangan Makan Malam)
194 MIC (Menyampaikan Kabar)
195 Promo Novel "My Sexy Secretary"
196 Hasrat Penggoda (New Novel)
Episodes

Updated 196 Episodes

1
Prolog
2
Salah Menilai
3
Belum Keluar
4
Aku tidak cemburu!
5
Pulang ke rumah
6
Kau kenal Jack?
7
Pertunangan (Aku Cemburu)
8
Pertunangan 2 (BANG SAT)
9
Panggil aku sayang!
10
Gadis Nakal
11
Ini juga punyaku kan?
12
Sarapan yang lezat
13
Olahraga ranjang?
14
Semut nakal
15
Rintihan
16
Menguntit
17
Rencana
18
Aku menginginkanmu
19
Kecurigaan Alva
20
Cobalah cintai aku
21
Kamu pacar Chilla yah?
22
Kekesalan Juna
23
Bang Sat?
24
Yang merah yah
25
Hadiah
26
Kedatangan Jonathan
27
Salah tingkah
28
Ulang tahun Jonathan
29
Alva sakit
30
Mau yang asli
31
Ini sangat nyaman
32
Anniversary Sam dan Mira
33
Katakan!
34
Maafkan aku calon istriku
35
Jahat, kasar!
36
Semua gara-gara Juna
37
Tetangga baru
38
Aku akan mencobanya
39
Perasaan was-was
40
Satu syarat
41
Dia calon istriku
42
Permen rasa buah
43
Ungkapan (Awal sesungguhnya)
44
Jebakan
45
Wanita tebal muka
46
Candu yang tidak bisa ditolak
47
Melawan nenek sihir
48
Menyelamatkan Nananana
49
Jadilah pacarku
50
Cemas
51
Menunjukkan bukti
52
Kita kawin lari saja
53
Kecewa
54
Interogasi
55
Biji selasi ganas
56
Flashback
57
Ketahuan (Kecewanya Satria)
58
Terpesona, aku terpesona
59
Kabur
60
Istriku
61
Belum berakhir
62
Manis seperti madu
63
99 persen dan 1 persen
64
Berita
65
Dalang
66
Impas
67
Yolanda oh Yolanda
68
New Story'
69
Aku wujudkan
70
Aku juga ingin dimanja
71
Tingkah bumil
72
Mengidam (Anjing)
73
Honeymoon
74
Kamu
75
Matahari terbit, belalai ikut bangkit
76
Pulang (Kita langsung coba)
77
Cemburu buta
78
Minta DP
79
Mommy nakal
80
Dimabuk cinta
81
Tugas mulia
82
Tentang melahirkan
83
Masakan buatan istri
84
Bodo amat, gue nggak kenal
85
Ayang Juna ngambek
86
Sana, jadi tukang sapu saja!
87
Aku nggak bisa!
88
Lamaran (NAJU)
89
Nyawa lain
90
Meja ajaib
91
ANU
92
Plak!
93
Kabar duka
94
Nana and Juna's wedding
95
Kebahagiaan semua orang
96
Apanih?
97
Bukan mandi biasa
98
Sabar (Nahan anu)
99
Menagih hutang
100
Periksa kandungan
101
Ya Allah Gusti!
102
Yah, Mama...
103
Timbal balik
104
Bahas jenguk menjenguk
105
Kurang apa?
106
Main tenda-tendaan
107
Marahan
108
Juna merana
109
Kutukan
110
Burung Papa
111
Jurus seribu bayangan
112
Menunggu kehadirannya
113
Maunya naik itu
114
Apa enaknya sih?
115
Alva mengoceh
116
Persalinan
117
Malaikat kecil
118
Menjenguk
119
Kekhawatiran Nana
120
Jangan hanya mengeluh
121
Tidak pernah berubah
122
Pakai yang lain
123
Wejangan
124
Baby boss
125
Baby Shark
126
Kau terlalu cantik
127
Pusat perhatian
128
Tak terduga
129
Menjadi Istri CEO (Perasaan Khawatir)
130
MIC (Celotehan adik-adik)
131
MIC (Kepala Batu)
132
MIC (Kepala Batu2)
133
MIC (Aku Nggak Gila)
134
MIC (Pergi dari rumah)
135
MIC (Meminta Bantuan)
136
MIC (Menemui Shaka)
137
MIC (Menikah Dadakan)
138
MIC (Kalian Pacaran?)
139
MIC (Menodai Mataku)
140
MIC (Hampir Saja)
141
MIC (Jangan Dulu Kenal)
142
MIC (Pas Kok)
143
MIC (Di Meja Makan)
144
MIC (Kejar-kejaran)
145
MIC (Sudah Aku Gigit)
146
MIC (Beby Berubah)
147
MIC (Nenek-nenek Mesum)
148
MIC (Gara-gara Susu Pisang)
149
MIC (Kita Akan Tahu)
150
MIC (Akhirnya)
151
MIC (Masih Tengah-tengah)
152
MIC (Mau Ketemu Tyrex Lagi?)
153
MIC (Anugerah Apa Musibah)
154
MIC (Mulai Sawan)
155
MIC (Alasan Macam Apa Itu?)
156
Gairah Sang Casanova
157
MIC (Istri Sempurna?)
158
MIC (Nggak Ngapa-ngapain)
159
MIC (Curhat)
160
MIC (Marah)
161
MIC (Love Is Blind)
162
MIC (Pindah ke Apartemen)
163
MIC (Takut)
164
MIC (Parno Sendiri)
165
MIC (Benar-benar Bahaya)
166
MIC (Adek Beby)
167
MIC (Sayang...)
168
MIC (AU AH)
169
MIC (AU AH AH)
170
MIC (Otak Usil)
171
MIC (Sakit)
172
MIC (Dibuang-buang)
173
MIC (Nggak Sekarang)
174
MIC (Nggak Bisa Lama)
175
MIC (Nyari Kokom)
176
MIC (Mertua)
177
MIC (Pakai Kokom)
178
MIC (Suasana Mendukung)
179
MIC (Kaki Abang Tiga)
180
MIC (Bersyukur)
181
MIC (Ambassador Skincare)
182
MIC (Ikut Nggak Yah?)
183
MIC (Balapan)
184
MIC (Maaf)
185
MIC (Janji Nggak Nakal Lagi)
186
MIC (Melabrak Gattan)
187
MIC (Kesialan Gattan)
188
MIC (Nyenengin Tom)
189
MIC (Hari Kelulusan)
190
MIC (Ruangan VVIP)
191
MIC (Masih Mau Anu-anu)
192
MIC (Kabar Bahagia)
193
MIC (Undangan Makan Malam)
194
MIC (Menyampaikan Kabar)
195
Promo Novel "My Sexy Secretary"
196
Hasrat Penggoda (New Novel)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!