Di Sekolah...
Chilla menepuk pelan bahu seseorang, saat ia baru saja sampai didepan gerbang. Ia yakin, pemilik bahu itu juga baru datang sama seperti dirinya.
"Nana. " Sapa Chilla pada sang sahabat dengan bibir yang terus melengkung. Dan gadis inilah yang selalu menjadi alasan Chilla diizinkan untuk keluar malam, setelah nama Alva.
Begitu menoleh Nana tak langsung menjawab, ia malah sibuk memperhatikan penampilan Chilla yang sedikit berbeda dari biasanya.
Jaket kulit, yang ia tahu jaket couple milik Chilla dan juga Alva, rambut tergerai indah dengan poni yang disisir rapih.
Apa Chilla sakit? Batinnya bertanya-tanya.
"Chill. " Panggil Nana.
"Hemmm... Ada apa? "
"Lo sakit yah? Kok pake jaket? Rambut lo juga nggak dikuncir? " Tanya Nana beruntun.
Sontak Chilla menyentuh jaket, serta rambutnya bergantian. Bukannya menjawab ia malah cengengesan. Mengingat pesan sang pacar semalam.
Tutupi tanda merah milikku, jangan sampai orang-orang tahu. Bisikkan Alva masih terngiang ditelinga Chilla.
"Cih! Kayaknya lo emang beneran sakit. Ditanya bukannya jawab malah cengengesan."
"Chilla nggak sakit Nana, Chilla cuma lagi bahagia. Karena ini perintah langsung dari kakak pacar. " Ujar Chilla menjelaskan mengapa dirinya berpenampilan seperti itu hari ini.
Sontak pernyataan itu membuat dua bulatan mata Nana membola.
"Lo punya pacar? Siapa? Anak mana? Kok lo nggak ngasih tau gue? Sahabat macem apa sih lo Chil?" timpal Nana pura-pura marah.
Chilla tak menanggapi omelan Nana dengan serius, ia malah bergelayut ditangan Nana lalu mengajak sahabatnya itu untuk masuk kedalam kelas.
Nana hanya mampu menghela nafas dengan sikap Chilla, mengerti kalau gadis itu pasti akan bercerita, mau tidak mau akhirnya kakinya ia ayunkan mensejajarkan diri dengan langkah Chilla.
Namun langkah mereka terhenti, kala sang badboy sekolah menjegal mereka tepat didepan pintu.
Bryan Givano, lelaki berandal yang banyak dicintai kaum hawa karena ketampanannya diatas rata-rata. Mobil sport mewah yang kerap dibawanya juga menjadi nilai plus seorang Bryan.
Tapi tidak dengan Nana, entahlah gadis itu benar-benar muak jika berhadapan dengan lelaki bernama Bryan yang kini berusaha mendekati Chilla. Sama sekali tidak terpesona.
"Hai Chilla." Sapa Bryan dengan senyum menawan. Mantra pemikat untuk para gadis disekolahnya.
"Hai juga Bry—" Sebelum Chilla menyelesaikan kalimatnya Nana lebih dulu menarik lengan gadis itu.
Tetapi Bryan tak kalah cepat, ia juga menahan satu lengan Chilla.
"Santai Na, gue cuma mau nyapa Chilla. Kalo lo nggak suka, tinggalin kita berdua. Dan itu nggak susah." Ucap Bryan dengan nada tak suka.
Nana melengos, "Dia sahabat gue, kemanapun dia pergi gue harus ikut. Dan dimana pun gue berada dia ada disana, jadi lo mau apa?" Balas Nana tak kalah sengitnya.
"Oh ya? Kalo gitu kita taruhan, sebentar lagi Chilla bakal mau jalan sama gue. Tanpa lo." Ucap Bryan dengan percaya dirinya yang begitu tinggi. Bahkan ia mengacungkan jari tengahnya tepat didepan wajah Nana.
Nana terkekeh pelan, merasa lucu dengan ucapan lelaki didepannya,"Gue ingetin, Chilla nggak bakal mau pergi sama berandal kaya lo." Cibir Nana dengan menekankan kata brandal yang ada didalamnya.
"Na udah, kita masuk aja." Timpal Chilla setengah berbisik. Dan Nana mengangguk menyetujui, akhirnya Chilla kembali menarik lengan Nana untuk mengekor dibelakangnya.
Melewati Bryan yang kini sedang mengeratkan gigi gerahamnya.
******
Sepulang sekolah, Chilla tak berniat untuk langsung pulang ke rumah. Gadis itu mampir terlebih dahulu ke restoran ayam kesukaan ia dan juga Alva untuk membeli makan siang.
Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, ia kembali memesan taksi online untuk mengantarnya ke tempat tujuan, yaitu perusahaan sang pacar.
Dengan menghabiskan waktu sekitar 15 menit, Chilla akhirnya sampai didepan perusahaan Alva. Ia membenahi penampilannya, lalu berjalan ke arah meja resepsionis.
"Apa nona sudah membuat janji dengan Tuan?" Tanya resepsionis yang memiliki poni seperti Chilla.
Chilla menggeleng, "Tidak ada janji, biasanya tanpa membuat janjipun kak Alva bisa menemuiku." Ucapnya dengan jujur.
"Tapi Tuan sedang rapat nona." Sang resepsionis satunya lagi memberi pengertian.
"Baiklah, kalo begitu katakan pada kak Alva, aku menunggunya." Balas Chilla menekan rasa kecewanya, dua resepsionis itu akhirnya mengangguk.
Lalu Chilla mencari tempat duduk di lobby tersebut untuk menunggu Alva.
Namun seakan Tuhan merestuinya, baru saja bokong itu akan melandas, tiba-tiba Juna asisten sang pacar menghampirinya.
"Nona Chilla." Sapa Juna.
Mendengar namanya disebut Chilla langsung mengarah ke sumber suara, wajahnya terlihat sumringah begitu tahu siapa yang telah memanggilnya.
"Kak Juna." Sahut Chilla, tak tanggung-tanggung gadis itu sampai memeluk tubuh Juna sekejap saking bahagianya.
"Ada urusan apa nona datang kemari?" Tanya Juna sedikit kikuk, kenapa ia yang jadi tersipu malu.
"Chilla mau mengantar makan siang, untuk kak Alva." Balas Chilla dengan mata yang berbinar.
Melihat kilatan bahagia di mata Chilla, Juna merasa luluh, Akhirnya tanpa persetujuan Alva, Juna mengantar Chilla, dan sampailah Chilla diruangan milik Alva, ruangan tertinggi yang ada di gedung ini.
Juna mengetuk pintu ruangan sang atasan, tanpa menunggu waktu lama, perintah masuk sudah ia dapatkan.
Begitu Chilla membuka pintu, ia bisa melihat wajah tampan sang kekasih yang sedang fokus memeriksa beberapa dokumen.
Hingga tak menyadari kehadirannya sama sekali, pasti kak Alva mengira yang datang hanya kak Juna. Batin Chilla.
"Selamat siang kakak pacar." Sapa Chilla pada sang pemilik ruangan.
Dengan perlahan Alva mengangkat kepalanya, memastikan bukan gadis kecil perusuh yang datang menemuinya.
"Chilla." Gumamnya.
Tanpa segan Chilla berlari mendekat, memberi pelukan pada Alva sama seperti saat ia memeluk Juna. Bahkan kali ini lebih erat, seerat keinginannya menjadi pacar seorang lelaki bernama Alvaro Antarakna.
Dalam dekapan Chilla, Alva terus memberikan sorot mata tajam ke arah sang asisten, ditatap seperti itu Juna hanya mampu menunduk takut.
Sepertinya ia sudah salah langkah. Membawa Chilla tanpa persetujuan Alva.
"Sudah lepas. Dan katakan apa tujuanmu." Ucap Alva dengan nada seperti biasanya, dingin dan to the point.
Chilla melerai pelukannya, lalu duduk diatas meja kerja Alva, sesuatu yang dianggap tidak sopan oleh pemiliknya. Namun lelaki itu memilih diam, tak menegur apapun yang dilakukan Chilla.
"Chilla bawain makan siang, ayo kita makan." Ajak Chilla dengan menerbitkan senyum manisnya. Ia juga mengangkat makanan yang ia bawa.
"Aku sudah makan." Balas Alva bohong, membuat senyum itu menyurut seketika.
Seenaknya saja memeluk orang lain, lalu menyogokku dengan makanan. Batin Alva.
"Benarkah?"
"Ya." Balas Alva singkat.
Wajah Chilla langsung murung.
"Makan lagi ya, sedikit saja." Rayu Chilla, berharap Alva mau menghargai usahanya.
"Kau kira perutku apa? Pembuangan sampah?" Alva membalas Chilla dengan kalimat pedasnya. Dengan tujuan agar gadis itu lekas meninggalkan ruangan. Karena moodnya kini telah berantakan.
Chilla mendengus kesal, lalu turun dari meja kerja Alva. Tapi ia tak langsung pergi, hanya berpindah duduk disofa, tak lupa juga membawa makanan yang dibawanya.
"Kak Juna." Panggil Chilla dengan nada merajuk.
Sebelum menjawab, Juna melirik ke arah bosnya terlebih dahulu, namun tak ada reaksi apa-apa. Seperti mengatakan terserah kalian mau apa.
"Iya nona." Balas Juna ketika ia sudah tepat dihadapan Chilla.
Chilla menepuk ruang kosong disebelahnya, dengan maksud agar Juna duduk.
Sekali lagi Juna melirik ke arah Alva, ia menelan ludahnya, Alva seakan acuh dan tak peduli sama sekali. Akhirnya Juna hanya mampu menerima ajakan Chilla dengan senyum terpaksa.
"Kita makan berdua saja ya kak Juna, dan kita tidak perlu mengurusi manusia tidak peka disebelah sana." Ajak Chilla dengan dibumbui sindiran.
"Maaf nona, nona makan sendiri saja, saya juga sudah makan." Terpaksa Juna juga bohong. Padahal keduanya baru saja menyelesaikan rapat, Juna turun kebawah karena ia berniat untuk keluar membeli makanan, untuknya dan juga sang bos, Alva.
"Hah, tapi Chilla juga tahu, kalo kak Juna tidak seperti orang yang ada disana. Jadi... Kita makan berdua yah, Chilla suapi." Sekali lagi Chilla mencibir Alva, bahkan matanya melotot ke arah lelaki itu, meski Alva tak memperhatikannya.
Sepertinya aku akan terkena masalah. Batin Juna berteriak.
Chilla mulai menyuapi Juna dengan makanan yang ia bawa, namun matanya tak lepas dari sosok Alva yang sibuk dengan kertas-kertas bertinta hitam itu.
"Kak Juna pernah pacaran?" Tanya Chilla.
Juna menggeleng, "Belum nona."
"Oh pantas, agak kaku gitu yah ngunyahnya, pasti gerogi yah sama Chilla. Tapi nggak apa-apa, kita belajar sama-sama menjadi pacar yang baik, jadi mulai hari ini, kak Juna mau yah jadi pacar pura-pura Chilla."
Prakk!!!
Alva menggebrak mejanya dengan kertas laporan yang ada ditangannya, wajahnya terlihat kesal, entah karena isi laporan itu, atau mendengar percakapan absurd Chilla bersama sang asisten, Juna.
Chilla dan Juna yang merasa kaget langsung reflek untuk berdiri.
"Kemari." Pinta Alva tidak jelas, siapa yang ia maksud untuk mendekat.
Akhirnya kedua orang itu hanya terdiam, dan sibuk dengan pikiran masing-masing, mereka sudah seperti terancam melihat sorot mata Alva yang kini menyalak tajam, setajam tatapan mata elang.
"Ku bilang kemari! Chilla." Ucap Alva mengulang perkataannya. Bahkan suaranya lantang, mengisi sunyinya ruangan.
Dengan langkah takut-takut, Chilla mendekat, begitu ia sudah berhadapan dengan Alva, Chilla langsung menundukkan kepalanya.
"Ambil makananmu." Titah Alva lagi, tanpa membantah Chilla mengambil makanannya dengan cepat.
"Sini, biar ku ajari menjadi pacar yang baik." Ucap Alva, mendudukkan Chilla diatas meja kerjanya. Sedangkan dirinya berdiri merapat dengan tubuh gadis itu.
Perlahan Alva mulai menyendokkan makanan dan memberikannya pada Chilla.
Tanpa protes Chilla membuka mulutnya, menerima suapan Alva, dan dalam kunyahan ketiga tiba-tiba Alva menyerobot bibir Chilla menggunakan bibirnya.
Merampas makanan yang ada dalam mulut gadis itu secara paksa, sambil menikmati bibir mungil yang mulai membuat Alva candu.
Chilla bergerak mundur karena terkejut, tetapi Alva memegang tengkuk itu kuat. Hingga ciuman itu melesak lebih dalam.
Tak berbeda dengan Chilla, hal yang sama pun dirasakan oleh Juna, seseorang yang bagai patung diantara keduanya. Menyaksikan dengan mata telanjang, bagaimana Alva meraih bibir ranum itu dengan rakus.
Sepertinya aku benar-benar dalam masalah.
Selesai dengan makan siang yang penuh drama, Alva meminta Chilla untuk pulang, dengan diantar oleh Juna.
"Tunggu dibawah, aku akan menyuruh Juna untuk mengantarmu." Ucap Alva sambil menatap Chilla yang masih malu-malu.
Chilla mengangguk. Tetapi sebelum pergi, ia mencuri kecupan di pipi kanan Alva terlebih dahulu.
"Chilla pulang, kakak pacar." Pamitnya sambil berlari meninggalkan ruangan Alva.
Alva hanya tersenyum miring melihat tingkah kekanakan Chilla. Gadis lugu, yang kini mulai merayap ke hatinya.
Sedangkan Juna dibuat panas dingin, karena diruangan ini hanya tinggal mereka berdua. Ia yakin ada sesuatu yang akan Alva sampaikan padanya, lebih tepatnya peringatan untuk asisten Juna, mengenai gadis kecil bernama Chilla.
"Jun." panggil Alva.
"Iya Tuan." Balas Juna dengan sigap.
"Aku benci mengatakan ini padamu, tapi sebagai bentuk peringatan, aku terpaksa mengatakannya, pertama, jangan beri tahu siapapun apa yang terjadi antara aku dan Chilla hari ini, esok atau seterusnya."
"Baik Tuan."
"Kedua. Hah, aku juga muak mengatakannya, muntahkan makanan yang diberikan Chilla."
Juna menelan salivanya dengan susah payah, tenggorokannya terasa tercekat.
"Jun..." Panggil Alva, karena merasa tak ditanggapi oleh Juna.
"Ba—baik Tuan."
"Dan ketiga..."
Astaga ada ketiga pula.
"Aku lihat di CCTV kamu dipeluk oleh Chilla. Jadi sebelum aku menelanjangimu disini, lebih baik kamu ganti pakaian setelah mengantar Chilla pulang."
"Baik Tuan."
"Dan satu lagi..."
Satu lagi?
"Jangan berpikir kalau aku ini sedang cemburu, aku hanya tidak suka gadisku berselingkuh, terlebih didepanku." Sindir Alva, ia melipat tangannya didada, lalu menggerakkan kepala mengusir Juna dari ruangannya.
Dengan gerakan cepat Juna meninggalkan ruangan Alva, ruangan yang terasa tidak memiliki udara untuknya bernafas dengan lega.
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Hariyanti
hah.....ga cemburu aja kyk gitu...... gimana kalo beneran cemburu 🤪🤪
2025-03-07
0
ᝯׁ֒hׁׅ֮ᨵׁׅׅꫀׁׅܻ݊ᥣׁׅ֪ꫀׁׅܻ݊
ooohhh ga cemburu yaaa🤭🤣🤣🤣
2025-01-08
0
Aisyah dewi
ngakakkk
2025-01-16
0