Disebuah apartemen mewah, yang hanya ditempati oleh seorang lelaki muda, ruangannya nampak sedikit meremang, karena lampu utama telah dimatikan.
Lelaki itu duduk didekat jendela sambil menghisap benda bernikotin yang diapit dikedua jarinya. Kakinya bertengger pada kursi yang lain, sedangkan tubuhnya hanya didekap oleh kain kimono.
Dengan tatapan sendu, ia memandang ke langit yang membiru bertabur bintang.
Namun pikirannya hanya terfokus pada satu arah, yaitu gadis belia bernama Chilla. Gadis yang berjanji akan menyerahkan tubuhnya malam ini.
Mengingat itu Alva sedikit menarik sudut bibirnya keatas, merasa bodoh, ia yakin Chilla tidak akan mungkin datang menemuinya. Untuk apa dia menunggu dengan harap-harap cemas?
Karena ia pun tahu, Chilla tidak akan seberani itu. Ditambah keluarga Chilla yang kerap kali over protektif, tidak boleh inilah, tidak boleh itulah.
Semua alasan itu kembali membuat Alva percaya, apa yang dibicarakan oleh Chilla adalah omong kosong belaka.
Akhirnya dengan sedikit rasa kecewa dihatinya, Alva bangkit dari kursi, berencana untuk mengistirahatkan tubuhnya. Namun seketika langkahnya terhenti, matanya terbuka lebar begitu ia mendengar pintu apartemennya dibuka oleh seseorang.
Chilla? Batin Alva bersorak.
Chilla melangkah dengan perlahan, menyusuri setiap inchi ruangan dengan kaki yang gemetar, mencari keberadaan lelaki yang cintainya.
Awalnya ia gamang, namun segera ia tepis karena itu semua hanya akan membuatnya dicap sebagai pembual.
Semakin lama, kaki mungil itu membawanya masuk kedalam apartemen Alva, hingga terhenti disebuah pintu ruangan yang ia yakini itu adalah kamar milik lelaki tersebut.
Berkali-kali Chilla menelan ludahnya dengan susah payah, hanya karena berpikir untuk membuka pintu ruangan itu atau tidak.
Namun semuanya sudah terlanjur basah, ia tidak mungkin untuk berjalan mundur dan berlari menjauh.
Akhirnya dengan kegugupan yang luar biasa Chilla memutar knop pintu.
Ceklek!
Tidak dikunci sama sekali, itu artinya Alva telah menyiapkan ini semua untuknya.
Chilla kembali merasakan gugup, dirinya sudah seperti akan dieksekusi mati oleh sang pemilik kamar, padahal ia sendiri yang sukarela untuk datang.
Begitu tubuh Chilla masuk dengan sempurna. Dan...
Prok!
Dengan sekali tepukan, tiba-tiba lampu bersinar dengan terang benderang. Dan hal itu sukses membuat Chilla menatap ke arah ranjang dimana Alva berada, dengan hanya mengenakan handuk kimono lelaki itu duduk dengan penuh wibawa.
Pandangan mata mereka bertemu, terkunci dalam waktu yang cukup lama.
Dengan hanya ditatap seperti itu, ternyata mampu membuat darah ditubuh Chilla berdesir dengan aneh.
Dan kegugupan yang sempat melanda, tiba-tiba hilang entah kemana.
Berbeda dengan Chilla, Alva terus menelisik dengan detail semua yang melekat ditubuh gadis kecilnya, mini dress selutut berwarna abu-abu, sepatu berhak rendah warna senada, rambut tergerai indah sebahu, dan riasan tipis penyempurna penampilan gadis itu.
Satu kata untuk Chilla, sempurna.
"Ku kira kau tidak akan datang." Cibir Alva, memutus pandangan keduanya.
Chilla berkedip pelan, lalu mengembangkan senyumnya, membalas cibiran Alva.
Kemudian kaki jenjang itu melangkah mendekat ke arah ranjang, tanpa aba-aba Chilla mendudukkan dirinya diatas pangkuan Alva.
Lelaki itu sampai terjangkit kaget dengan tingkah Chilla, ia kira gadis ini akan malu-malu untuk memulai terlebih dahulu.
Cup
"Chilla tidak mungkin berbohong pada kak Alva." Ucap Chilla setelah mengecup sekilas bibir lelakinya.
Diperlakukan seperti itu Alva semakin merasa tertantang, baru kali ini ada wanita yang begitu berani padanya. Bahkan kecupan singkat itu merupakan ciuman pertamanya.
Cih! Alva berdecih kesamping. Lalu matanya kembali menatap tajam ke arah Chilla, benarkah gadis ini akan berani melakukan itu semua dengannya.
"Baiklah, tidak perlu berbasa-basi lagi. Buka bajumu!" Titah Alva dengan suara yang sama sekali belum melunak. Dengan tujuan agar Chilla takut padanya.
Chilla menggeleng, "Tidak mau!" Tolaknya.
Alva menyunggingkan senyum remeh, "Sudah kuduga, kau hanya main-main denganku." Sekali lagi Alva mencibir berharap Chilla tak lagi meneruskan niat bodohnya.
Namun ternyata Alva salah, ia salah menilai gadis didepannya, Chilla menarik tangan Alva, menuntunnya ke arah resleting dress-nya yang ada dibalik punggung.
Kali ini Chilla yang menyunggingkan senyum.
"Dibuka sama kak Alva kayanya lebih seru." Ucap Chilla sambil menggantungkan tangannya dileher Alva, sejujurnya itu trik menetralkan rasa malu Chilla, ia tak bisa berfikir jika harus ia yang membukanya.
Alva menelan salivanya, dan itu dapat dilihat oleh mata Chilla, karena jakun itu terlihat naik turun, membuat Alva semakin terlihat menawan.
Karena merasa harga dirinya telah dicabik-cabik, tanpa pikir panjang Alva menarik resleting itu sampai kebawah, lalu tanpa ba bi bu menarik tengkuk Chilla dan melabuhkan ciuman pertamanya disana.
Lidah Alva semakin menggeliat keras, berusaha untuk masuk kedalam mulut Chilla, dengan segala upaya akhirnya ia berhasil, kini lidahnya terus bertautan dan saling membelit dengan lidah milik Chilla.
Terus bertukar saliva dan mencecap rasa memabukan yang tak pernah dirasakannya.
Ternyata semenyenangkan ini bermain dengan gadis kecilnya.
Alva semakin tak terkendali, kabut nafsu itu sudah mengambil alih. Gairah yang tak tertahankan membawa tangannya untuk membuka dress yang Chilla kenakan.
Dengan mata telanjang ia bisa menyaksikan dua bulatan indah yang sedang terpampang menantang. Begitu sintal.
Alva menatap sekilas wajah Chilla yang sudah memerah seperti buah cherry, lalu kembali melancarkan serangannya, memberi tanda merah didua bulatan tadi.
Merasa tak puas akhirnya Alva melepas pengait b*ra milik Chilla. Dengan nafas yang saling memburu keduanya terlihat saling memandang satu sama lain.
"Kau benar-benar ingin menjadi simpananku?" Tanya Alva kembali meyakinkan.
"Ya." Jawab Chilla singkat, ia ingin semuanya segera berakhir, ia sudah terlalu malu memperlihatkan tubuh setengah telanjangnya didepan Alva.
Ku harap kau tidak akan menyesal Chilla. Gumam Alva dalam hatinya.
Lelaki itu langsung menyesap bulatan indah yang sedari tadi mengitari otaknya. Chilla langsung menjerit nikmat dengan perlakuan Alva pada tubuhnya.
Bulu-bulu halus yang meremang menjadi saksi bisu betapa hebatnya, rasa panas yang menjalar hingga ke puncak ubun-ubun.
Lalu detik selanjutnya Alva membawa Chilla kedalam tempat peraduan. Mengungkung tubuh gadis kecil itu dibawah tubuhnya.
Chilla memegangi tali kimono yang Alva kenakan, dan Alva mengangguk menyetujui apa yang sebenarnya Chilla akan lakukan.
Sekali tarik handuk kimono itu terbuka lebar, menampilkan pusaka yang sedari tadi ada dalam bayangan otak Chilla.
Benda panjang yang siap mengoyak batas nirwananya.
Alva kembali mencumbui Chilla, mencecap, mel*umat, meremas dan mengusap dengan rasa yang membuncah.
Didalam rasa nikmat yang ia terima, tiba-tiba saja sekelebat wajah marah datang menghampirinya. Wajah garang yang ia kenal sejak dirinya duduk di bangku sekolah dasar.
Semakin dibiarkan ternyata semakin menjadi.
Lelaki itu langsung menghentikan aktivitas nya dan menggelengkan kepala menghilangkan apa yang dilihatnya.
Saat kembali melihat wajah wanita yang berada dibawahnya Alva semakin yakin halusinasi nya sedang tidak stabil.
"Kakak kenapa?" tanya Chilla penasaran.
Alva hanya menggeleng. Lalu kembali melabuhkan ciuman dibibir ranum Chilla, namun tak lama berlangsung wajah marah itu kembali datang, bahkan kini terasa sedang memakinya.
Alva tak peduli, ia terus meneruskan apa yang sedang nalurinya inginkan, namun selama itu pula wajah marah itu tak kunjung hilang. Semakin memaki tak habis-habis.
"Arghhh... Om Pram." Desis Alva sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Ia berdecak keras karena kini nafsu birahinya berubah jadi rasa kesal. Kenapa tiba-tiba bayangan wajah marah ayah Chilla datang, apa ia tahu anaknya sedang melakukan hal yang bukan-bukan?
Akhirnya Alva bangkit dari tubuh Chilla, mengikat kembali tali kimononya, setelah selesai Alva mengajak Chilla untuk bangkit, dan membantu gadis itu memasang b*ranya.
Chilla menatap aneh pada sikap Alva yang tiba-tiba berubah, gadis itu langsung menghentikan tangan Alva yang sedang memasang pengait b*ra dipunggungnya.
"Kenapa tidak jadi?" Tanya Chilla meminta penjelasan, ia tidak mau misinya ini gagal, ia sudah terlanjur menahan malu setengah mati, maka semuanya harus berjalan dengan semestinya.
Alva tidak peduli pada pertanyaan Chilla, ia tetap memasang pengait itu dan membantu Chilla membenahi dress-nya yang berantakan.
Chilla terus memberontak, ia tidak mau seperti ini.
"Chilla nggak mau, kakak harus lanjutin apa yang tadi kita udah lakuin!" tegas Chilla, lagi Alva tak menggubris.
Chilla tak tinggal diam, ia menarik kembali tangan Alva agar jatuh diatas tubuhnya.
"Jangan gila! Kita tidak bisa melakukannya." Ujar Alva lalu bangkit.
"Benahi pakaianmu, nanti ku antar pulang." Sambungnya.
"Nggak mau kakak, Chilla nggak mau. Kakak udah bohong, katanya hanya dengan kita melakukan itu kakak siap jadiin Chilla simpanan kakak, tadi kita hampir aja ngelakuin, sekarang kakak berhenti gitu aja? Sebenarnya siapa disini yang main-main? Chilla atau kak Alva?" Jelas Chilla dengan kesal.
Alva mematung ditempatnya, ada baiknya semua ini memang tidak terjadi, tetapi kesalahan fatal yang ia lakukan adalah dia sendiri yang menantang Chilla melakukan ini.
Ahh... Ini bukan salahnya, ini salah wajah galak ayah Chilla yang datang tiba-tiba.
"Ahh aku tahu, pasti kakak nggak bisa ngelakuin itu yah? Kalo gitu biar Chilla aja. Kakak cukup diam dibawah. Chilla tahu, Chilla masih amatir, tapi Chilla—Chilla, Chilla udah pernah nonton film yang begitu kok. Jadi pasti Chilla bisa." Ucap Chilla menepis sisa malu yang ada.
Kurang ajar, anak ini malah menanggapku tidak bisa melakukannya?
Alva semakin memijat pelipisnya, bukan itu yang ia permasalahkan. Tetapi ia juga tidak bisa menjelaskan apa yang membuat dirinya harus membatalkan niatannya.
"Kakak." Chilla mulai merengek, bergelayut manja dilengan Alva.
Akhirnya, tidak ada jalan lain. Dengan melakukan itu ataupun tidak, sepertinya Alva memang harus menerima gadis itu sebagai simpanannya.
"Sudahlah, kita tidak perlu melakukan itu. Karena mulai malam ini, aku akan menerimamu menjadi simpananku."
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...****************...
Yok disemangati yok🔥🔥🔥🔥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Naja Naja nurdin
ih chila maksa sekali mau jadi simpanan si kakak Alva
2025-03-04
0
Hasanah Purwokerto
Merapat....😂😂😂😂
2025-04-10
0
Ney Maniez
waduhh jd simpanan
2024-09-28
0