Teman Baru dan Musuh baru

3 tahun kemudian berlalu dengan cepat.

Hari ini Nadhira memasuki sekolah barunya, yaitu sekolah SMP Indah Permata, yang terdekat dari rumahnya, begitu juga dengan Susi, Bayu, Rifki, dan juga beberapa teman teman lainnya.

"Haa.. akhirnya kita sekolah disini juga". Ucap Nadhira sambil membuang nafasnya

"Iya, ngak nyangka juga kita sudah masuk sekolah SMP, padahal kita baru kemarin daftar diSD". Tambah Susi

"Dari tadi kalian mah ngomongin ngak nyangka mulu, emang ngak ada kata kata lain selain itu". Protes Bayu

"Emang ngak ada, terus kenapa? Ngak trima" ucap Susi yang langsung menatap Bayu dan melipat lengan bajunya.seolah olah siap untuk bertarung. "ayo duel, kamu maju aku mundur"

Mereka bertiga langsung menatap Susi dengan bingung entah harus berkata apa pada sahabatnya itu, dia yang nantang dia juga yang mundur, ketika dirinya ditatap seperti itu membuatnya menjadi salah tingkah dan berpose seimut imutnya

"Miaung". Menirukan gaya kucing kecil yang imut

Ketiganya segera menepuk jidatnya sendiri secara bersamaan melihat tingkah Susi, dan ingin segera melahapnya hidup hidup. Pandangan mereka semua teralihkan dari wajah Susi menuju pada gedung didepannya.

Sekolah itu cukup besar dan bangunannya sangat mewah dan megah, mereka berempat berjalan jalan untuk mengelilingi sekolah tersebut. Hari ini adalah hari MPLS ( Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) yang dibimbing oleh kakak kakak osis, dan menentukan kelas mana yang akan mereka tempati, Tersapat kelas A sampai I.

Nadhira kebagian kelas C, susi kebagian kelas D, Sedangkan Rifki dan Bayu mereka kebagian dikelas yang sama yaitu kelas H.

Nadhira segera memasuki kelasnya dan berpisah dari mereka bertiga, begitu pun dengan mereka bertiga, mereka langsung bergegas kekelasnya masing masing untuk segera dapay melihat ruang kelasnya.

Didepan pintu Nadhira berjalan dengan santainya hingga salah satu temannya sengaja menjregalnya dan Nadhira terjatuh didepan semua teman temannya, melihat Nadhira terjatuh mereka semua tertawa.

"Kalo punya mata itu dipakai, bukan jadi pajangan doang". Ucap gadis yang menjregal Nadhira.

Nadhira hanya diam menatap gadis tersebut, dan melanjutkan melangkah kemejanya dan segera duduk ditempat yang kosong, para murid yang melihat itu tiba tiba terdiam

Pelajaran segera dimulai, dan memperkenalkan nama mereka masing masing. Pandangan Nadhira masih tertuju pada gadis tersebut, akhirnya ia mengetahui bahwa namanya adalah Clara, ia adalah anak kepala yayasan pemilik sekolah ini. Sehingga ia berani berbuat apapun yang ia inginkan disekolah ini.

"Pantas saja ia sombong, ngak taunya hanya anak kepala yayasan". Batin Nadhira yang tatapannya tertuju pada Clara.

Pelajaran berjalan dengan lancar sampai waktunya istirahat pun tiba, Rifki dan Bayu mendatangi kelas susi, dan selanjutnya menuju kekelas Nadhira, mereka berniat untuk kekantin bersama sama.

Wajah Rifki yang tampan membuat siapa saja yang melihatnya langsung jatuh hati begitupun dengan Clara, Clara yang melihat Rifki berjalan menuju kelasnya ia segera merapikan pakaian dan rambutnya.

"Hai, boleh kenalan?". Sapanya pada Rifki ketika Rifki sampai didepan pintu kelas C

"Wah tampan banget", ucap salah satu murid didekat Nadhira.

Mendengar ucapan Clara membuat Rifki sedikit risih, ia paling ngak suka kalau ada yang mengajak kenalan apalagi gayanya sok paling cantik seperti yang clara lakukan. Mendengar hal itu Nadhira segera menoleh kearah Clara dan menemukan posisinya yang sedang berhadapan dengan Rifki.

"Dhira, ayo kekantin".ucapnya ketika tatapannya menemukan keberadaan Nadhira

Bagai sambaran petir untuk clara, bukannya membalas ucapannya, sosok lelaki didepannya malah mengajak Nadhira kekantin. Batinnya mengatakan bahwa akulah yang paling cantik daripada gadis itu, Rifki sangat cocok dengannya dariapda dengan Nadhira.

Nadhira yang dipanggil oleh Rifki menoleh kesekelilingnya, dan berjalan menuju arah pintu untuk menemui Rifki. Didepan pintu terdapat susi dan juga bayu, Nadhira segera bergegas mengandeng tangan Rifki dan mengajaknya menuju kantin tanpa banyak bicara Rifki pun mengikutinya tanpa membantah ataupun mencoba melepaskan pegangan Nadhira.

Clara yang melihat hal itu segera mengepalkan tangannya dengan erat sambil melotot melihat punggung mereka berempat yang sedang melesat pergi, ada rasa tidak suka ketika melihat Nadhira dengan entengnya memegang tangan Rifki dengan erat. Sedangkan dia boro boro perkataannya dijawab, diabaikan iya.

"Awas kau Dhira, aku akan membikin perhitungan denganmu, lelaki itu seharusnya milik ku bukan milikmu". Ucapnya dan segera melesat pergi dari tempat itu.

Sesampainya dikantin mereka segera memesan makanan yang mereka selera, sambil menunggu makanan diantar mereka saling berbincang bincang.

"Dhir, temenmu tadi kok gitu amat ya". Tanya Rifki yang penasaran.

"Mending kita jangan cari masalah dulu deh sama dia, tau ngak kalian, dia adalah anak pemilik yayasan sekolah ini". Jelas Nadhira

"What!! Pantas saja gayanya begitu". Ucap bayu

"Iya, bikin risih aja" tambah Rifki

"Hm risih apa risih". Goda susi

"Maksudmu apa an", menatap tajam susi yang ada didepannya

"Iya nih, pura pura ngak tau juga". Sindir bayu kepada Rifki

"Sudah sudah, makanan sudah datang tuh". Tunjuk Nadhira melihat seseorang membawa makanan yang mereka pesan

Wanita itu pun menaruh makanan diatas meja mereka dan segera diserbu oleh mereka berempat

"Hm... Ternyata enak juga". Puji Rifki

"Kamu mah, masalah makanan aja nomer sa...mmm"

Belum selesai Bayu berbicara, sebuah sendok yang terisi oleh makanan melaju kedalam mulutnya, pelakunya tidak lain adalah Rifki.

"Pffff.... Hahaha,, ih Rifki ternyata Homo". Seru Nadhira sambil menutup mata bersama an dengan susi

"Eh.. aaa... kalian berdua salah faham, aku tuh tadi cuma mau menghentikan bayu untuk ber.. mmm".

"Bisa diam ngak sayang, kalo kamu diam pasti sangat tampan". Ucap Bayu

setelah memasukkan banyak makanan kemulut Rifki, Bayu bergalak seolah olah seperti perempuan sambil mengedipkan matanya berkali-kali.

Huekkk... Uhuk... Uhuk

Rifki memuntahkan makanan itu dan terbatuk batuk, bukan karena banyaknya makanan yang masuk melainkan karena ucapan dari Bayu dan ekting yang membuatnya terbatuk batuk.

Mereka berempat tertawa bersama sama, sangking kerasnya mereka tertawa membuat air mata Nadhira menetes dan memegangi perutnya yang sakit karena kebanyakan tertawa.

"Eh Dhir, kenapa kamu nangis?" Tanya Rifki yang melinat airmata Nadhira keluar

"Ahh ini". sambil mengusap "ini air mata kebahagiaan, kalian berdua sungguh lucu".

"Hahaha.. awas ngompol lo" ucap Bayu

Bhukk

Sebuah pukulan melesat kearah Bayu, dengan kecepatan yang lumayan menyakitkan

"Auhhh... Sakit tau si, tunggu aku menguasai bela diri dulu, baru pukullah sesukamu". Ucap Bayu sambil meringis kesakitan.

"Eh kamu ikut beladiri?sejak kapan". Tanya Nadhira

"Yah sudah beberapa bulan yang lalu, ada apa?".

"Boleh ngak aku ikut gabung?. Ucap Nadhira

"Dhira kamu beneran mau gabung dibela diri? Disana sangat keras lo Dhir". Ucap Rifki

"Boleh sih, tapi apakah kamu yakin mau ikut bela diri?".tanya Bayu yang masih ragu

"Iya nih Dhira ada ada aja, coba fikirkan dulu baik baik sebelum ikut". Sela Susi

Bayu dan Rifki menjelaskan tentang beladiri secara bergantian kepada Nadhira agar ia tidak menyesal ketika mengikutinya, karena bukan hanya fisik yang harus kuat, tetapi juga mentalnya yang harus tahan banting.

Nadhira mencoba memikirkan hal itu berulang ulang kali sebelum ia menyesal karena mengikuti beladiri. Masih terdapat keraguan dalam hatinya tentang hal itu, membuat teman temannya yakin bahwa niat Nadhira belum seratus persen untuk siap mengikuti latihan tersebut.

Ketika Nadhira hendak menjawab pertanyaan mereka bertiga, bel tanda masuk segera berbunyi dan mereka berpisah menuju kelasnya masing masing

Diperjalanan Nadhira terus memikirkan ucapan teman temannya tentang beladiri, entah keputusannya untuk ikut beladiri akan berdampak baik baginya atau justru sebaliknya.

Sesampainya dikelas Nadhira segera duduk dibangkunya dan pelajaran segera dimulai. Mereka menyelesaikan pelajaran dengan lancar terlihat Nadhira mulai memahami apa yang diterangkan oleh gurunya, sedangkan Clara dan teman temannya kesulitan untuk memahaminya karena sejak gurunya menerangkan mereka tidak memperdulikan sama sekali karena bangkunya yang ada dipojok kanan belakang membuatnya tidak terlihat oleh guru.

"Baik anak anak, ibu akan memberikan kalian waktu untuk mempelajari apa yang ibu sampaikan tadi, ibu kekantor dulu"

"Baik bu" jawab mereka serempak

Gurunya bergegas keluar kelas meninggalkan murid muridnya yang sedang berusaha mempelajari. Terlihat sosok anak gadis yang mendekati meja Nadhira sambil mengulurkan tangannya

"Hay.. perkenalkan nama ku Vina, apa kita boleh berteman".

"Hay juga, nama ku Nadhira". Menerima uluran tangan Vina

"Boleh aku duduk disampingmu?". Tanyanya yang melihat bangku disamping Nadhira kosong.

"Boleh kok, silahkan duduk"

Mereka pun berbincang bincang dan sesekali membahas pelajaran yang disampaikan oleh gurunya kepada mereka. Mereka berdua sangat serius untuk mencoba mengerjakan beberapa soal.

Brakkk

Mereka berdua tersentak kaget ketika meja mereka tiba tiba digebrak oleh seseorang, melihat siapa yang melakukan itu membuat Nadhira berdiri dari bangkunya tanpa sadar ia mengepalkan tangannya.

Melihat hal itu Vina langsung menariknya untuk duduk karena ia tidak mau sampai ada keributan antara teman barunya dengan murid yang satu itu.

Nadhira menatap Vina dengan bingung entah kenapa Vina menariknya untuk duduk.

"Masalah kita belum selesai". Ucap murid itu

"Masalah apa maksudmu? Aku ingat yang membuat masalah pertama kali itu dirimu" ucap Nadhira sambil menunjuk murid tersebut.

"Kau!!! Kau berani menunjukku seperti itu, akan ku buat kau tidak betah disekolah ini". Ucapnya langsung pergi.

"Kenapa kamu menarikku?. Tanya Nadhira

"Maaf, tapi sebaiknya kita jangan mencari masalah dengan anak itu"

"Kenapa? Kau kenal dengan dia"

Vina mengangguk mendengar peryataan dari Nadhira, memang Vina kenal dengan sosok murid itu yang tidak lain adalah Clara.

"Dia adalah murid yang paling penguasa disekolah ku dulu, dan siapapun yang berurusan dengannya selalu berakhir tidak baik, dan aku dengar beberapa tahun terakhir ini bahwa ia mengikuti sebuah geng, entah apa namanya aku lupa, dia juga pandai dalam beladiri dan membuatnya dihormati digeng tersebut,Aku takut kalau kamu meneruskan masalah ini, anggota gengnya akan mencelakakanmu Dhir. Ku dengar dengar geng itu sering bikin rusuh disekitar sini".

"Tapi kalau kita tidak melawan, maka kita akan terus ditindas Vin".

"Iya aku tau, kita akan melawan, tapi bukan saat ini, kamu lihat kan, dikelas ini saja pengikutnya sangat banyak, apalagi diluar sekolah ini"

"Baiklah, terserah mu saja". Pasrah Nadhira

Memang benar hampir seluruhnya dibawa kendali Clara, tidak ada yang berani menentang ucapan Clara. Entah dikelas lain juga sama atau tidak.

"*Sekarang aku sudah ngak ragu lagi, untuk mengikuti beladiri, berdamai dengannya rasanya itu tidak akan mungkin,sudah terlanjur adanya masalah dengannya*" ucap Nadhira dari dalam hati.

"Baik anak anak, sepertinya jam pelajaran telah selesai, dikelas ini sudah membentuk kepengurusan?". Tanya guru yang mengajar, yang tiba tiba muncul.

"Belum bu". Jawab mereka serempak

"Baiklah biar ibu yang pilihkan,, kamu, kamu, dan kamu maju kedepan".

Sambil menunjuk kearah Nadhira, siswi yang bernama Reta, dan juga seorang siswa yang bernama Theo.

"Kamu ibu tunjuk sebagai ketua kelas". Tunjuknya pada Theo

"Kamu sebagai sekertaris". tunjuknya pada Nadhira

"Dan kamu sebagai bendahara".

"Baik bu", jawab mereka bertiga serempak

"Tapi kenapa harus anak itu bu, saya ngak mau anak itu sebagai pengurus kelas". Seru Clara dan menunjuk Nadhira yang ada didepan kelas.

Nadhira yang ditunjuk, terlihat menunjukkan senyum tipisnya kepada Clara. Nadhira sebenarnya tidak berminat untuk menjadi pengurus kelas, tetapi tidak ada alasan untuk menolak permintaan gurunya.

"Ada lagi yang keberatan?".

"Saya bu"

"Saya juga"

"Saya juga keberatan"

Satu persatu murid yang dibawa perintahnya mendukung tindakan Clara, kecuali Vina dan teman teman lain yang tidak ada sangkut pautnya tentang Clara.

"Baiklah jika keinginan kalian seperti itu, maka saya akan mengundurkan diri". Ucap Nadhira sambil berjalan kebangkunya dan memperlihatkan senyumannya yang tidak pernah luntur.

"Kalau seperti itu juga saya juga mengundurkan diri bu, akan terasa tidak adil jika hanya sekretarisnya saja yang dipilih oleh lainnya". Ucap Theo

"Saya juga bu".

"Baiklah kalau begitu, Kamu yang harus bertanggung jawab untuk membentuk kepengurusan". Tunjuknya pada Clara

"Tapi bu, saya setuju kalau Theo yang menjadi ketua kelas, dan Reta yang menjadi bendahara, tapi saya hanya tidak setuju kalau dia menjadi sekertaris". Ucapnya sambil menunjuk Nadhira

"Saya setuju kalau Dhira lah yang menjadi sekertaris, dari yang aku lihat dia murid yang pintar". Sekarang Theo lah yang menyela.

"Tapi theo dia..."

"Sudahlah Clara, aku ngak suka adanya bantah an"

"Baiklah bu, saya terima kalo Dhira jadi sekertaris" pasrahnya

"Baiklah, apa masih ada yang tidak terima?" Tanya guru tersebut.

"Tidak bu". Jawabnya serempak

Terpopuler

Comments

Bintang Samudra

Bintang Samudra

Teman baru🌹

2023-02-05

0

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

tugas baru😁

🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️

2022-03-02

1

lihat semua
Episodes
1 Nadhira
2 Awal Perubahan
3 apa salahku
4 Kembali Akur
5 Teman Baru dan Musuh baru
6 Ada Yang Terbakar
7 Sang Putri dan Dua Pelayan
8 Kesalahan apa yang aku lakukan?
9 Masa lalu Rendi
10 Kabar Buruk
11 Pencarian
12 Ikhlas
13 Belajar Beladiri
14 Belajar Beladiri 2
15 Belajar Beladiri 3
16 Kenapa aku tidak boleh ikut beladiri
17 Aku merindukanmu Ma
18 Pahlawan Kesiangan
19 Raka
20 Dendam
21 Murid baru
22 Murid Baru 2
23 Kekuatan Doa
24 kau tak pantas untuk menamparku
25 Nadhira bukanlah anakku
26 Sebuah gelang tangan
27 Yang buruk belum tentu jahat
28 Penculikan
29 penculikan 2
30 Penculikan 3
31 penculikan 4
32 penculikan 5
33 penculikan 6
34 penculikan 7
35 penculikan 8
36 Masa Yang Kelam
37 Tak tertolong
38 Kembali
39 Luka tak berdarah
40 Izinkan memanggilmu Ibu
41 Siap jadi lawanmu
42 Penikmat Rasa Takut
43 Ujian Nasional
44 Ujian Nasional 2
45 Ujian Nasional 3
46 Maafkan aku
47 Pulang
48 Papa pulang
49 Kepasar
50 Kepasar 2
51 Kepasar 3
52 Kepanti asuhan
53 Mimpi yang menyeramkan
54 Ini bukan mimpi
55 Desa Mawar Merah
56 Desa Mawar Merah 2
57 Desa Mawar Merah 3
58 Desa Mawar Merah 4
59 Desa Mawar Merah 5
60 Apakah alam gaib itu ada
61 Tugasmu sudah selesai, sekarang giliranku
62 Kabar kematian
63 Dia milikku
64 Senyumanmu
65 Bagaimana hatiku?
66 Rindu
67 Janji
68 Racun untukku
69 Sebuah Surat
70 Gagal
71 Makan Bersama
72 Camping
73 Camping 2
74 Camping 3
75 Camping 4
76 Camping 5
77 Camping 6
78 Camping 7
79 Camping 8
80 Camping 9
81 Camping 10
82 Pulang Camping
83 Tuduhan
84 Apa salah dinding?
85 Adik dan Kakak
86 Penyerangan
87 Penyerangan 2
88 Penyerangan 3
89 Taruhan
90 Taruhan 2
91 Mengantar Nadhira pulang
92 Tamatlah riwayatmu
93 Permata iblis
94 Tuan Muda
95 Abriyanta Groub
96 Kepergian Aryabima
97 Pusat perhatian
98 Belanja
99 Terlalu bersemangat untuk belanja
100 Setelah makan jangan lupa bayar
101 Nyawaku sudah tidak berarti
102 pelukan yang dirindukan
103 Perhatian
104 Tatap menatap
105 Bukan ide yang bagus
106 Mimpi yang begitu nyata
107 Mimpi yang begitu nyata 2
108 Bisa mendengar
109 Keputusan tanpa persetujuan
110 Iri tanda tak mampu
111 Kerasukan
112 Sadar
113 Harga dirimu begitu rendah
114 Kekuatan membuka mata
115 Dia adalah sahabatku
116 Nadhira memiliki kakak?
117 Urus saja urusanmu sendiri
118 perampok yang dirampok
119 Kecurigaan yang muncul tiba tiba
120 Mencari pembantu
121 Berlatih bersama
122 Jalan jalan
123 Jalan jalan 2
124 Jalan jalan 3
125 Apa yang disembunyikan dariku
126 Malam yang panjang
127 Mengungkap misteri
128 Mengungkap misteri 2
129 Mengungkap misteri 3
130 Mengungkap misteri 4
131 Mengungkap misteri 5
132 Mengungkap misteri 6
133 Mengungkap misteri 7
134 Mengungkap misteri 8
135 Mengungkap misteri 9
136 Trauma
137 Sekolah Baru
138 Pembulian
139 Kembali camping
140 Menangkap seseorang
141 Mandi pagi
142 Kesurupan masal
143 Orang misterius dan Ratu iblis
144 Rifki marah?
145 Cemburu
146 Siapa atasanmu?
147 Bahayanya Pacaran
148 Bahayanya pacaran 2
149 Bahayanya pacaran 3
150 Ikan panggang
151 Acara perpisahan
152 Jangan sampai Nadhira mendengarnya
153 Pelatihan Gengcobra
154 Pelatihan Gengcobra 2
155 Pelatihan Gengcobra 3
156 Kenapa dihutan?
157 Aku menginginkan nyawa Papa
158 Kisah Pangeran Kian
159 Kisah Pangeran Kian 2
160 Kisah Pangeran Kian 3
161 Kisah Pangeran Kian 4
162 Kisah Pangeran Kian 5
163 Kisah Pangeran Kian 6
164 Kisah Pangeran Kian 7
165 Kisah Pangeran Kian 8
166 Kisah Pangeran Kian 9
167 Kisah Pangeran Kian 10
168 Kisah Pangeran Kian 11
169 Kisah Pangeran Kian 12
170 Kisah Pangeran Kian 13
171 Kisah Pangeran Kian 14
172 Kisah Pangeran Kian 15
173 Kisah Pangeran Kian 16
174 Kisah Pangeran Kian 17
175 Kisah Pangeran Kian 18
176 Kisah Pangeran Kian 19
177 Kisah Pangeran Kian 20
178 Kisah Pangeran Kian 21
179 Kisah Pangeran Kian 22
180 Kisah Pangeran Kian 23
181 Kisah Pangeran Kian 24
182 Kisah Pangeran Kian 25
183 Kisah Pangeran Kian 26
184 Kisah Pangeran Kian 27
185 Kisah Pangeran Kian 28
186 Kisah Pangeran Kian 29
187 Akhir kisah Pangeran Kian
188 Perselisihan
189 Mengenang sosok Lia
190 Kepantai
191 Jangan bertindak gegabah
192 Sebuah gaun
193 Berlibur bersama
194 Berlibur bersama 2
195 Berlibur bersama 3
196 Perpisahan
197 Perpisahan 2
198 Perpisahan 3
199 Tidak terpengaruh
200 Gerhana bulan merah
201 Memperebutkan permata
202 Memperebutkan permata 2
203 Memperebutkan permata 3
204 Memperebutkan permata 4
205 Memperebutkan permata 5
206 Menyelamatkan nyawa Nadhira
207 Makanan untuk Nadhira
208 Melakukan tugas
209 Tentang Haris
210 Nadhira kembali dan hilang ingatan
211 Hasutan
212 Nadhira melupakan segalanya
213 Senjata makan tuan
214 Aku tidak bisa beladiri
215 Tunduk dihadapan manusia?
216 Club malam
217 Nadhira mabuk?
218 Mabuknya Nadhira
219 Mabuknya Nadhira 2
220 Teman SMP
221 Maafkan Nadhira
222 Sosok misterius
223 Hanya luka kecil
224 Tukang kebun baru
225 Ulang tahun Amanda
226 Pesta berujung malapetaka
227 Pengorbanan Nadhira
228 Merebut Nadhira kembali
229 Kebenaran
230 Jangan pergi Dhira
231 Apakah aku sudah diakhirat?
232 Sisi lain Nadhira
233 Hati yang terluka
234 Rumah baru bagi Nadhira
235 Berita kecelakaan
236 Rendi kecelakaan
237 Pengorbanan yang tak dianggap
238 Sebuah foto
239 Bicara sendiri
240 Mencari tau
241 Rumah Dwija
242 Komplotan begal
243 Kasus pembegalan
244 Rumah sakit jiwa
245 Sebuah surat
246 Bercandanya ngak lucu
247 Desa Flamboyan
248 Hilangnya seorang anak
249 Malam yang sunyi
250 Semangkuk Nasehat
251 Pak Mun hilang
252 Serangan
253 Keributan dimakam keramat
254 Misteri makam keramat terbongkar
255 Terjebak
256 Kenyataan pahit
257 Kebahagiaan seluruh warga
258 Ledakan bom
259 Perayaan warga desa
260 Pulang
261 Merasa diawasi
262 Rendi datang
263 Siapa yang benar dan salah
264 Sudut pandang Rendi
265 Rencana keluar rumah diam diam
266 Lebih baik kau mati saja Dhira!
267 Aku bukan anak kandung Papa
268 Bertemu sahabat lama
269 Akhir kisah Apa Salahku Pa ( The end )
270 Informasi
Episodes

Updated 270 Episodes

1
Nadhira
2
Awal Perubahan
3
apa salahku
4
Kembali Akur
5
Teman Baru dan Musuh baru
6
Ada Yang Terbakar
7
Sang Putri dan Dua Pelayan
8
Kesalahan apa yang aku lakukan?
9
Masa lalu Rendi
10
Kabar Buruk
11
Pencarian
12
Ikhlas
13
Belajar Beladiri
14
Belajar Beladiri 2
15
Belajar Beladiri 3
16
Kenapa aku tidak boleh ikut beladiri
17
Aku merindukanmu Ma
18
Pahlawan Kesiangan
19
Raka
20
Dendam
21
Murid baru
22
Murid Baru 2
23
Kekuatan Doa
24
kau tak pantas untuk menamparku
25
Nadhira bukanlah anakku
26
Sebuah gelang tangan
27
Yang buruk belum tentu jahat
28
Penculikan
29
penculikan 2
30
Penculikan 3
31
penculikan 4
32
penculikan 5
33
penculikan 6
34
penculikan 7
35
penculikan 8
36
Masa Yang Kelam
37
Tak tertolong
38
Kembali
39
Luka tak berdarah
40
Izinkan memanggilmu Ibu
41
Siap jadi lawanmu
42
Penikmat Rasa Takut
43
Ujian Nasional
44
Ujian Nasional 2
45
Ujian Nasional 3
46
Maafkan aku
47
Pulang
48
Papa pulang
49
Kepasar
50
Kepasar 2
51
Kepasar 3
52
Kepanti asuhan
53
Mimpi yang menyeramkan
54
Ini bukan mimpi
55
Desa Mawar Merah
56
Desa Mawar Merah 2
57
Desa Mawar Merah 3
58
Desa Mawar Merah 4
59
Desa Mawar Merah 5
60
Apakah alam gaib itu ada
61
Tugasmu sudah selesai, sekarang giliranku
62
Kabar kematian
63
Dia milikku
64
Senyumanmu
65
Bagaimana hatiku?
66
Rindu
67
Janji
68
Racun untukku
69
Sebuah Surat
70
Gagal
71
Makan Bersama
72
Camping
73
Camping 2
74
Camping 3
75
Camping 4
76
Camping 5
77
Camping 6
78
Camping 7
79
Camping 8
80
Camping 9
81
Camping 10
82
Pulang Camping
83
Tuduhan
84
Apa salah dinding?
85
Adik dan Kakak
86
Penyerangan
87
Penyerangan 2
88
Penyerangan 3
89
Taruhan
90
Taruhan 2
91
Mengantar Nadhira pulang
92
Tamatlah riwayatmu
93
Permata iblis
94
Tuan Muda
95
Abriyanta Groub
96
Kepergian Aryabima
97
Pusat perhatian
98
Belanja
99
Terlalu bersemangat untuk belanja
100
Setelah makan jangan lupa bayar
101
Nyawaku sudah tidak berarti
102
pelukan yang dirindukan
103
Perhatian
104
Tatap menatap
105
Bukan ide yang bagus
106
Mimpi yang begitu nyata
107
Mimpi yang begitu nyata 2
108
Bisa mendengar
109
Keputusan tanpa persetujuan
110
Iri tanda tak mampu
111
Kerasukan
112
Sadar
113
Harga dirimu begitu rendah
114
Kekuatan membuka mata
115
Dia adalah sahabatku
116
Nadhira memiliki kakak?
117
Urus saja urusanmu sendiri
118
perampok yang dirampok
119
Kecurigaan yang muncul tiba tiba
120
Mencari pembantu
121
Berlatih bersama
122
Jalan jalan
123
Jalan jalan 2
124
Jalan jalan 3
125
Apa yang disembunyikan dariku
126
Malam yang panjang
127
Mengungkap misteri
128
Mengungkap misteri 2
129
Mengungkap misteri 3
130
Mengungkap misteri 4
131
Mengungkap misteri 5
132
Mengungkap misteri 6
133
Mengungkap misteri 7
134
Mengungkap misteri 8
135
Mengungkap misteri 9
136
Trauma
137
Sekolah Baru
138
Pembulian
139
Kembali camping
140
Menangkap seseorang
141
Mandi pagi
142
Kesurupan masal
143
Orang misterius dan Ratu iblis
144
Rifki marah?
145
Cemburu
146
Siapa atasanmu?
147
Bahayanya Pacaran
148
Bahayanya pacaran 2
149
Bahayanya pacaran 3
150
Ikan panggang
151
Acara perpisahan
152
Jangan sampai Nadhira mendengarnya
153
Pelatihan Gengcobra
154
Pelatihan Gengcobra 2
155
Pelatihan Gengcobra 3
156
Kenapa dihutan?
157
Aku menginginkan nyawa Papa
158
Kisah Pangeran Kian
159
Kisah Pangeran Kian 2
160
Kisah Pangeran Kian 3
161
Kisah Pangeran Kian 4
162
Kisah Pangeran Kian 5
163
Kisah Pangeran Kian 6
164
Kisah Pangeran Kian 7
165
Kisah Pangeran Kian 8
166
Kisah Pangeran Kian 9
167
Kisah Pangeran Kian 10
168
Kisah Pangeran Kian 11
169
Kisah Pangeran Kian 12
170
Kisah Pangeran Kian 13
171
Kisah Pangeran Kian 14
172
Kisah Pangeran Kian 15
173
Kisah Pangeran Kian 16
174
Kisah Pangeran Kian 17
175
Kisah Pangeran Kian 18
176
Kisah Pangeran Kian 19
177
Kisah Pangeran Kian 20
178
Kisah Pangeran Kian 21
179
Kisah Pangeran Kian 22
180
Kisah Pangeran Kian 23
181
Kisah Pangeran Kian 24
182
Kisah Pangeran Kian 25
183
Kisah Pangeran Kian 26
184
Kisah Pangeran Kian 27
185
Kisah Pangeran Kian 28
186
Kisah Pangeran Kian 29
187
Akhir kisah Pangeran Kian
188
Perselisihan
189
Mengenang sosok Lia
190
Kepantai
191
Jangan bertindak gegabah
192
Sebuah gaun
193
Berlibur bersama
194
Berlibur bersama 2
195
Berlibur bersama 3
196
Perpisahan
197
Perpisahan 2
198
Perpisahan 3
199
Tidak terpengaruh
200
Gerhana bulan merah
201
Memperebutkan permata
202
Memperebutkan permata 2
203
Memperebutkan permata 3
204
Memperebutkan permata 4
205
Memperebutkan permata 5
206
Menyelamatkan nyawa Nadhira
207
Makanan untuk Nadhira
208
Melakukan tugas
209
Tentang Haris
210
Nadhira kembali dan hilang ingatan
211
Hasutan
212
Nadhira melupakan segalanya
213
Senjata makan tuan
214
Aku tidak bisa beladiri
215
Tunduk dihadapan manusia?
216
Club malam
217
Nadhira mabuk?
218
Mabuknya Nadhira
219
Mabuknya Nadhira 2
220
Teman SMP
221
Maafkan Nadhira
222
Sosok misterius
223
Hanya luka kecil
224
Tukang kebun baru
225
Ulang tahun Amanda
226
Pesta berujung malapetaka
227
Pengorbanan Nadhira
228
Merebut Nadhira kembali
229
Kebenaran
230
Jangan pergi Dhira
231
Apakah aku sudah diakhirat?
232
Sisi lain Nadhira
233
Hati yang terluka
234
Rumah baru bagi Nadhira
235
Berita kecelakaan
236
Rendi kecelakaan
237
Pengorbanan yang tak dianggap
238
Sebuah foto
239
Bicara sendiri
240
Mencari tau
241
Rumah Dwija
242
Komplotan begal
243
Kasus pembegalan
244
Rumah sakit jiwa
245
Sebuah surat
246
Bercandanya ngak lucu
247
Desa Flamboyan
248
Hilangnya seorang anak
249
Malam yang sunyi
250
Semangkuk Nasehat
251
Pak Mun hilang
252
Serangan
253
Keributan dimakam keramat
254
Misteri makam keramat terbongkar
255
Terjebak
256
Kenyataan pahit
257
Kebahagiaan seluruh warga
258
Ledakan bom
259
Perayaan warga desa
260
Pulang
261
Merasa diawasi
262
Rendi datang
263
Siapa yang benar dan salah
264
Sudut pandang Rendi
265
Rencana keluar rumah diam diam
266
Lebih baik kau mati saja Dhira!
267
Aku bukan anak kandung Papa
268
Bertemu sahabat lama
269
Akhir kisah Apa Salahku Pa ( The end )
270
Informasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!