3 tahun kemudian berlalu dengan cepat.
Hari ini Nadhira memasuki sekolah barunya, yaitu sekolah SMP Indah Permata, yang terdekat dari rumahnya, begitu juga dengan Susi, Bayu, Rifki, dan juga beberapa teman teman lainnya.
"Haa.. akhirnya kita sekolah disini juga". Ucap Nadhira sambil membuang nafasnya
"Iya, ngak nyangka juga kita sudah masuk sekolah SMP, padahal kita baru kemarin daftar diSD". Tambah Susi
"Dari tadi kalian mah ngomongin ngak nyangka mulu, emang ngak ada kata kata lain selain itu". Protes Bayu
"Emang ngak ada, terus kenapa? Ngak trima" ucap Susi yang langsung menatap Bayu dan melipat lengan bajunya.seolah olah siap untuk bertarung. "ayo duel, kamu maju aku mundur"
Mereka bertiga langsung menatap Susi dengan bingung entah harus berkata apa pada sahabatnya itu, dia yang nantang dia juga yang mundur, ketika dirinya ditatap seperti itu membuatnya menjadi salah tingkah dan berpose seimut imutnya
"Miaung". Menirukan gaya kucing kecil yang imut
Ketiganya segera menepuk jidatnya sendiri secara bersamaan melihat tingkah Susi, dan ingin segera melahapnya hidup hidup. Pandangan mereka semua teralihkan dari wajah Susi menuju pada gedung didepannya.
Sekolah itu cukup besar dan bangunannya sangat mewah dan megah, mereka berempat berjalan jalan untuk mengelilingi sekolah tersebut. Hari ini adalah hari MPLS ( Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) yang dibimbing oleh kakak kakak osis, dan menentukan kelas mana yang akan mereka tempati, Tersapat kelas A sampai I.
Nadhira kebagian kelas C, susi kebagian kelas D, Sedangkan Rifki dan Bayu mereka kebagian dikelas yang sama yaitu kelas H.
Nadhira segera memasuki kelasnya dan berpisah dari mereka bertiga, begitu pun dengan mereka bertiga, mereka langsung bergegas kekelasnya masing masing untuk segera dapay melihat ruang kelasnya.
Didepan pintu Nadhira berjalan dengan santainya hingga salah satu temannya sengaja menjregalnya dan Nadhira terjatuh didepan semua teman temannya, melihat Nadhira terjatuh mereka semua tertawa.
"Kalo punya mata itu dipakai, bukan jadi pajangan doang". Ucap gadis yang menjregal Nadhira.
Nadhira hanya diam menatap gadis tersebut, dan melanjutkan melangkah kemejanya dan segera duduk ditempat yang kosong, para murid yang melihat itu tiba tiba terdiam
Pelajaran segera dimulai, dan memperkenalkan nama mereka masing masing. Pandangan Nadhira masih tertuju pada gadis tersebut, akhirnya ia mengetahui bahwa namanya adalah Clara, ia adalah anak kepala yayasan pemilik sekolah ini. Sehingga ia berani berbuat apapun yang ia inginkan disekolah ini.
"Pantas saja ia sombong, ngak taunya hanya anak kepala yayasan". Batin Nadhira yang tatapannya tertuju pada Clara.
Pelajaran berjalan dengan lancar sampai waktunya istirahat pun tiba, Rifki dan Bayu mendatangi kelas susi, dan selanjutnya menuju kekelas Nadhira, mereka berniat untuk kekantin bersama sama.
Wajah Rifki yang tampan membuat siapa saja yang melihatnya langsung jatuh hati begitupun dengan Clara, Clara yang melihat Rifki berjalan menuju kelasnya ia segera merapikan pakaian dan rambutnya.
"Hai, boleh kenalan?". Sapanya pada Rifki ketika Rifki sampai didepan pintu kelas C
"Wah tampan banget", ucap salah satu murid didekat Nadhira.
Mendengar ucapan Clara membuat Rifki sedikit risih, ia paling ngak suka kalau ada yang mengajak kenalan apalagi gayanya sok paling cantik seperti yang clara lakukan. Mendengar hal itu Nadhira segera menoleh kearah Clara dan menemukan posisinya yang sedang berhadapan dengan Rifki.
"Dhira, ayo kekantin".ucapnya ketika tatapannya menemukan keberadaan Nadhira
Bagai sambaran petir untuk clara, bukannya membalas ucapannya, sosok lelaki didepannya malah mengajak Nadhira kekantin. Batinnya mengatakan bahwa akulah yang paling cantik daripada gadis itu, Rifki sangat cocok dengannya dariapda dengan Nadhira.
Nadhira yang dipanggil oleh Rifki menoleh kesekelilingnya, dan berjalan menuju arah pintu untuk menemui Rifki. Didepan pintu terdapat susi dan juga bayu, Nadhira segera bergegas mengandeng tangan Rifki dan mengajaknya menuju kantin tanpa banyak bicara Rifki pun mengikutinya tanpa membantah ataupun mencoba melepaskan pegangan Nadhira.
Clara yang melihat hal itu segera mengepalkan tangannya dengan erat sambil melotot melihat punggung mereka berempat yang sedang melesat pergi, ada rasa tidak suka ketika melihat Nadhira dengan entengnya memegang tangan Rifki dengan erat. Sedangkan dia boro boro perkataannya dijawab, diabaikan iya.
"Awas kau Dhira, aku akan membikin perhitungan denganmu, lelaki itu seharusnya milik ku bukan milikmu". Ucapnya dan segera melesat pergi dari tempat itu.
Sesampainya dikantin mereka segera memesan makanan yang mereka selera, sambil menunggu makanan diantar mereka saling berbincang bincang.
"Dhir, temenmu tadi kok gitu amat ya". Tanya Rifki yang penasaran.
"Mending kita jangan cari masalah dulu deh sama dia, tau ngak kalian, dia adalah anak pemilik yayasan sekolah ini". Jelas Nadhira
"What!! Pantas saja gayanya begitu". Ucap bayu
"Iya, bikin risih aja" tambah Rifki
"Hm risih apa risih". Goda susi
"Maksudmu apa an", menatap tajam susi yang ada didepannya
"Iya nih, pura pura ngak tau juga". Sindir bayu kepada Rifki
"Sudah sudah, makanan sudah datang tuh". Tunjuk Nadhira melihat seseorang membawa makanan yang mereka pesan
Wanita itu pun menaruh makanan diatas meja mereka dan segera diserbu oleh mereka berempat
"Hm... Ternyata enak juga". Puji Rifki
"Kamu mah, masalah makanan aja nomer sa...mmm"
Belum selesai Bayu berbicara, sebuah sendok yang terisi oleh makanan melaju kedalam mulutnya, pelakunya tidak lain adalah Rifki.
"Pffff.... Hahaha,, ih Rifki ternyata Homo". Seru Nadhira sambil menutup mata bersama an dengan susi
"Eh.. aaa... kalian berdua salah faham, aku tuh tadi cuma mau menghentikan bayu untuk ber.. mmm".
"Bisa diam ngak sayang, kalo kamu diam pasti sangat tampan". Ucap Bayu
setelah memasukkan banyak makanan kemulut Rifki, Bayu bergalak seolah olah seperti perempuan sambil mengedipkan matanya berkali-kali.
Huekkk... Uhuk... Uhuk
Rifki memuntahkan makanan itu dan terbatuk batuk, bukan karena banyaknya makanan yang masuk melainkan karena ucapan dari Bayu dan ekting yang membuatnya terbatuk batuk.
Mereka berempat tertawa bersama sama, sangking kerasnya mereka tertawa membuat air mata Nadhira menetes dan memegangi perutnya yang sakit karena kebanyakan tertawa.
"Eh Dhir, kenapa kamu nangis?" Tanya Rifki yang melinat airmata Nadhira keluar
"Ahh ini". sambil mengusap "ini air mata kebahagiaan, kalian berdua sungguh lucu".
"Hahaha.. awas ngompol lo" ucap Bayu
Bhukk
Sebuah pukulan melesat kearah Bayu, dengan kecepatan yang lumayan menyakitkan
"Auhhh... Sakit tau si, tunggu aku menguasai bela diri dulu, baru pukullah sesukamu". Ucap Bayu sambil meringis kesakitan.
"Eh kamu ikut beladiri?sejak kapan". Tanya Nadhira
"Yah sudah beberapa bulan yang lalu, ada apa?".
"Boleh ngak aku ikut gabung?. Ucap Nadhira
"Dhira kamu beneran mau gabung dibela diri? Disana sangat keras lo Dhir". Ucap Rifki
"Boleh sih, tapi apakah kamu yakin mau ikut bela diri?".tanya Bayu yang masih ragu
"Iya nih Dhira ada ada aja, coba fikirkan dulu baik baik sebelum ikut". Sela Susi
Bayu dan Rifki menjelaskan tentang beladiri secara bergantian kepada Nadhira agar ia tidak menyesal ketika mengikutinya, karena bukan hanya fisik yang harus kuat, tetapi juga mentalnya yang harus tahan banting.
Nadhira mencoba memikirkan hal itu berulang ulang kali sebelum ia menyesal karena mengikuti beladiri. Masih terdapat keraguan dalam hatinya tentang hal itu, membuat teman temannya yakin bahwa niat Nadhira belum seratus persen untuk siap mengikuti latihan tersebut.
Ketika Nadhira hendak menjawab pertanyaan mereka bertiga, bel tanda masuk segera berbunyi dan mereka berpisah menuju kelasnya masing masing
Diperjalanan Nadhira terus memikirkan ucapan teman temannya tentang beladiri, entah keputusannya untuk ikut beladiri akan berdampak baik baginya atau justru sebaliknya.
Sesampainya dikelas Nadhira segera duduk dibangkunya dan pelajaran segera dimulai. Mereka menyelesaikan pelajaran dengan lancar terlihat Nadhira mulai memahami apa yang diterangkan oleh gurunya, sedangkan Clara dan teman temannya kesulitan untuk memahaminya karena sejak gurunya menerangkan mereka tidak memperdulikan sama sekali karena bangkunya yang ada dipojok kanan belakang membuatnya tidak terlihat oleh guru.
"Baik anak anak, ibu akan memberikan kalian waktu untuk mempelajari apa yang ibu sampaikan tadi, ibu kekantor dulu"
"Baik bu" jawab mereka serempak
Gurunya bergegas keluar kelas meninggalkan murid muridnya yang sedang berusaha mempelajari. Terlihat sosok anak gadis yang mendekati meja Nadhira sambil mengulurkan tangannya
"Hay.. perkenalkan nama ku Vina, apa kita boleh berteman".
"Hay juga, nama ku Nadhira". Menerima uluran tangan Vina
"Boleh aku duduk disampingmu?". Tanyanya yang melihat bangku disamping Nadhira kosong.
"Boleh kok, silahkan duduk"
Mereka pun berbincang bincang dan sesekali membahas pelajaran yang disampaikan oleh gurunya kepada mereka. Mereka berdua sangat serius untuk mencoba mengerjakan beberapa soal.
Brakkk
Mereka berdua tersentak kaget ketika meja mereka tiba tiba digebrak oleh seseorang, melihat siapa yang melakukan itu membuat Nadhira berdiri dari bangkunya tanpa sadar ia mengepalkan tangannya.
Melihat hal itu Vina langsung menariknya untuk duduk karena ia tidak mau sampai ada keributan antara teman barunya dengan murid yang satu itu.
Nadhira menatap Vina dengan bingung entah kenapa Vina menariknya untuk duduk.
"Masalah kita belum selesai". Ucap murid itu
"Masalah apa maksudmu? Aku ingat yang membuat masalah pertama kali itu dirimu" ucap Nadhira sambil menunjuk murid tersebut.
"Kau!!! Kau berani menunjukku seperti itu, akan ku buat kau tidak betah disekolah ini". Ucapnya langsung pergi.
"Kenapa kamu menarikku?. Tanya Nadhira
"Maaf, tapi sebaiknya kita jangan mencari masalah dengan anak itu"
"Kenapa? Kau kenal dengan dia"
Vina mengangguk mendengar peryataan dari Nadhira, memang Vina kenal dengan sosok murid itu yang tidak lain adalah Clara.
"Dia adalah murid yang paling penguasa disekolah ku dulu, dan siapapun yang berurusan dengannya selalu berakhir tidak baik, dan aku dengar beberapa tahun terakhir ini bahwa ia mengikuti sebuah geng, entah apa namanya aku lupa, dia juga pandai dalam beladiri dan membuatnya dihormati digeng tersebut,Aku takut kalau kamu meneruskan masalah ini, anggota gengnya akan mencelakakanmu Dhir. Ku dengar dengar geng itu sering bikin rusuh disekitar sini".
"Tapi kalau kita tidak melawan, maka kita akan terus ditindas Vin".
"Iya aku tau, kita akan melawan, tapi bukan saat ini, kamu lihat kan, dikelas ini saja pengikutnya sangat banyak, apalagi diluar sekolah ini"
"Baiklah, terserah mu saja". Pasrah Nadhira
Memang benar hampir seluruhnya dibawa kendali Clara, tidak ada yang berani menentang ucapan Clara. Entah dikelas lain juga sama atau tidak.
"*Sekarang aku sudah ngak ragu lagi, untuk mengikuti beladiri, berdamai dengannya rasanya itu tidak akan mungkin,sudah terlanjur adanya masalah dengannya*" ucap Nadhira dari dalam hati.
"Baik anak anak, sepertinya jam pelajaran telah selesai, dikelas ini sudah membentuk kepengurusan?". Tanya guru yang mengajar, yang tiba tiba muncul.
"Belum bu". Jawab mereka serempak
"Baiklah biar ibu yang pilihkan,, kamu, kamu, dan kamu maju kedepan".
Sambil menunjuk kearah Nadhira, siswi yang bernama Reta, dan juga seorang siswa yang bernama Theo.
"Kamu ibu tunjuk sebagai ketua kelas". Tunjuknya pada Theo
"Kamu sebagai sekertaris". tunjuknya pada Nadhira
"Dan kamu sebagai bendahara".
"Baik bu", jawab mereka bertiga serempak
"Tapi kenapa harus anak itu bu, saya ngak mau anak itu sebagai pengurus kelas". Seru Clara dan menunjuk Nadhira yang ada didepan kelas.
Nadhira yang ditunjuk, terlihat menunjukkan senyum tipisnya kepada Clara. Nadhira sebenarnya tidak berminat untuk menjadi pengurus kelas, tetapi tidak ada alasan untuk menolak permintaan gurunya.
"Ada lagi yang keberatan?".
"Saya bu"
"Saya juga"
"Saya juga keberatan"
Satu persatu murid yang dibawa perintahnya mendukung tindakan Clara, kecuali Vina dan teman teman lain yang tidak ada sangkut pautnya tentang Clara.
"Baiklah jika keinginan kalian seperti itu, maka saya akan mengundurkan diri". Ucap Nadhira sambil berjalan kebangkunya dan memperlihatkan senyumannya yang tidak pernah luntur.
"Kalau seperti itu juga saya juga mengundurkan diri bu, akan terasa tidak adil jika hanya sekretarisnya saja yang dipilih oleh lainnya". Ucap Theo
"Saya juga bu".
"Baiklah kalau begitu, Kamu yang harus bertanggung jawab untuk membentuk kepengurusan". Tunjuknya pada Clara
"Tapi bu, saya setuju kalau Theo yang menjadi ketua kelas, dan Reta yang menjadi bendahara, tapi saya hanya tidak setuju kalau dia menjadi sekertaris". Ucapnya sambil menunjuk Nadhira
"Saya setuju kalau Dhira lah yang menjadi sekertaris, dari yang aku lihat dia murid yang pintar". Sekarang Theo lah yang menyela.
"Tapi theo dia..."
"Sudahlah Clara, aku ngak suka adanya bantah an"
"Baiklah bu, saya terima kalo Dhira jadi sekertaris" pasrahnya
"Baiklah, apa masih ada yang tidak terima?" Tanya guru tersebut.
"Tidak bu". Jawabnya serempak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Bintang Samudra
Teman baru🌹
2023-02-05
0
💮Aroe🌸
tugas baru😁
🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-02
1