Rifki melihat arwah Raka yang kadang berubah serius, tertawa dan menangis dengan tiba tiba. Arwah Raka terus mengomel tiada hentinya, Rifki menghela nafas panjang ketika mendengarnya.
"Baru kali ini aku melihat hantu yang super bawel sepertimu, udah kayak ibu ibu kompleks aja".
Raka tiba tiba diam ketika mendengar komentar Rifki terhadap curhatannya yang tiada hentinya. Dan seketika sebuah senyuman muncul diwajah Raka, Raka membalikkan badannya dan memandang kearah Rifki.
"Boleh aku ikut pulang? Kan aku hantu yang langka". Rayu Raka.
"Tidak!!!"
"Ayolah,, apa kau tega membiarkan ku sendirian disini? Bagaimana kalau ada hantu disini".
"Hm.... Kau sendiri pun hantu, kenapa sesama hantu takut?".
"Kau tidak mengerti, disini begitu menakutkan, bagaimana kalau hantu itu datang lagi, apa kau tidak peduli denganku". Tanyanya dengan wajah berbinar binar
"Tidak, biar kau dimakan sekalian, aku mah bodoamat".
Rifki bergegas pergi dari tempat itu, arwah Raka mengikutinya. Ketika memasuki gerbang rumah Rifki, arwah tersebut terpental karena pelindung yang dulu ayahnya buat dirumahnya.
Rifki masuk kedalam rumah tanpa memperhatikan arwah tersebut yang terus mencoba untuk menembus pelindungnya. Tetapi usaha itu sia sia, bahkan pelindungnya tidak retak ketika Raka mencoba mendobraknya justru Raka yang merasa kesakitan.
"Eh... Mengapa aku bisa merasakan sakit? Bukankah aku sudah mati, bahkan rasa ini hampir terlupakan oleh ku".
Raka mencoba menembus pelindungnya hingga ia kelelahan dan akhirnya duduk didepan pintu gerbang rumah Rifki. ia berharap Rifki mau menjadi temannya..
Setelah lama masuk kedalam rumah, Rifki melihat kearah gerbangnya dari lantai dua kamarnya. Ia melihat sosok Raka yang tidak mau pergi dari rumahnya, Rifki berdecak kesal melihat hal itu. Rifki mendatangi arwah Raka dengan kesalnya, dan keluar dari pelindung yang ayahnya buat.
"Kenapa kau masih disini? Pergi sana, sudahlah lupakan dendammu".
Mendengar suara tersebut senyum tercipta menghiasi wajahnya, Raka segera menoleh kearah dimana Rifki berada saat ini.
"Tolong jangan usir aku". Ucapnya sambil menahan tangis. "Biarkan aku membantumu ketika kau kesulitan, aku ingin menjadi temanmu, aku janji tidak akan nakal". Tambahnya dengan tulus.
"Aku tidak butuh bantuanmu!! Lagi pula alam kita berbeda, kau arwah sedangkan aku? Aku manusia, bagaimana jika nanti ada yang melihat aku berbicara sendirian? kau sendiri saja tidak mampu membalaskan dendammu, bagaimana caramu membantu ku?"
"manusia tidak akan mampu melihatku, mungkin aku berguna menjadi mata matamu, kau bisa bertelepati denganku tanpa harus mengeluarkan suara"
"Telepati?".
Raka menjelaskan Telepati adalah kemampuan untuk berkomunikasi atau saling menukarkan informasi dengan orang lain tanpa menggunakan indra. Antara dua orang mampu saling bercakap-cakap tanpa perlu berbicara.
"Bagaimana caranya?".
*****
Setelah kepergian Rifki, Nadhira berjalan sendirian menyusuri jalan menuju rumahnya dengan perasaan kecewa karena Rifki meninggalkannya begitu saja.
"Ada apa dengan dia, kenapa tiba tiba meninggalkanku begitu saja, biasanya kalaupun ada urusan ia pasti akan mengantarku lebih dulu daripada urusannya". Ia mendengus kesal terhadal Rifki. "Sudahlah... Mungkin itu urusan penting".
Nadhira menyusuri jalan setapak yang mengarah pada rumahnya. Tepat didepan rumahnya ia menghentikan langkah kakinya dan memandangi gedung tersebut dengan malasnya.
"Ini bukan seperti rumahku yang dulu, andai mama masih ada mungkin aku tidak merasa kesepian".
Rumah yang cukup besar yang memiliki dua lantai yang dulunya begitu bersih dan terawat, bunga bunga bermekaran menghiasi indahnya taman depan rumahnya kini menjadi layu dan sebagian sudah gugur.
Kehangatan dalam rumah sekarang sudah tiada, seandainya Nadhira bisa memilih ia ingin ikut bersama Lia. Kehangatan dalam rumahnya sirna ketika kepergian Lia untuk selamanya dalam kehidupan ini.
Nadhira menatap gazebo kayu yang ada ditaman dimana dulunya tempat tersebut sering ia pakai untuk mengaduh keluh kesalnya kepada mamanya.
Nadhira tersenyum ketika mengingat itu semua, dan berfikir andai waktu bisa kembali seperti dahulu mungkin ia akan menjadi anak yang begitu beruntung memiliki mama seperti Lia.
"Ma!! Ku harap mama tenang dialam sana, kita akan bersama lagi suatu saat nanti".
Nadhira tersenyum dengan lebarnya, tetapi setiap orang yang melihatnya akan mengetahui bahwa begitu banyak kesedihan yang ia rasakan. Senyum tersebut mengandung kesedihan yang mendalam, tetapi tiada airmata yang mampu keluar.
Setelah lama memandangj gazebo kayu itu, Nadhira melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam rumah. Nadhira membersihkan seluruh rumahnya sesuai perjanjiannya kepada papanya, jika papanya mengizinkan Nadhira untuk sekolah Nadhira akan membersihkan rumah hingga bersih.
Berjam jam Nadhira membersihkan rumahnya hingga ia lupa waktu, begitu lelahnya ia terlelap dikamarnya. Hingga seseorang mendobrak pintu kamarnya dengan keras, mendengar suara tersebut Nadhira langsung membuka matanya dengan jantung yang berdetak kencang.
"Enak sekali kau tidur jam segini, cepat bersihkan rumah!!!". Ucap Rendi dengan menahan emosinya.
"Tapi pa, aku sudah membersihkannya, aku sangat lelah pa". Keluhnya.
Rendi menarik tangan Nadhira dengan kasar dan mendorongnya kelantai kamarnya. Sambil mengomel tiada akhirannya. Nadhira hanya mampu menahan air matanya agar tidak jatuh, tetapi bibirnya terus bergetar. Karena ia dibangunkan dengan mendadak, membuat jantungnya berdetak tidak beraturan.
Setelah puas Rendi mengomel ia bergegas pergi dari kamar anaknya. Nadhira menjatuhkan tubuhnya kelantai dengan posisi tengkurap, kedua tangannya memegang dadanya dimana jantungnya berada.
Sakit yang ia rasakan tadi siang sepertinya kembali lagi. Nadhira mengigit bibirnya agar suaranya tidak keluar dan membuat papanya marah lagi, sekujur tubuhnya terpenuhi dengan keringat, suhu badannya menurun.
"Akh... Ap akh a yang sebenarnya akh terjadi pa akh daku". Nadhira berbicara dengan terbata bata.
Ia terus mengerang kesakitan, detak jantungnya tidak beraturan seakan akan jantungnya ingin lepas dari tubuhnya. Sangking sakitnya membuatnya tidak sadarkan diri dilantai kamar rumahnya.
Ditempat lain terlihat sosok wanita yang memiliki rambut bergelombang panjang duduk dihadapan cermin sambil tertawa mengerikan, cahaya lampu yang redup membuat tempat itu terlihat sangat suram dengan aura kesedihan yang mendalam.
"Hahaha.... Sudah lama ku nantikan hari ini, akhirnya akan datang juga".
Kedua matanya melebar hingga hampir bulat, ia tertawa bahagia karena rencananya berjalan dengan sesuai apa yang ia inginkan.
Ia menggambil boneka barbie yang berada didekatnya dan memandanginya dengan tatapan yang penuh makna, sesekali ia tertawa sinis kepada boneka tersebut.
"Gadis kecil yang malang, sebentar lagi aku akan menguasai dirimu demi membalaskan dendamku, kau tenang saja setelah aku selesai membalaskan dendamku, kau akan bahagia dialam akhirat bersama kedua orang tuamu... Hahaha"
Wanita tersebut membanting boneka barbie itu kelantai setelah mematahkan kepalanya. Ekspresinya berubah penuh dengan kebencian yang mendalam kepada boneka tersebut, ia memandangi boneka itu dan menginjak injaknya.
"Tetapi jika kau membantahku, maka aku tidak akan segan-segan menyiksamu!! Orang itu harus merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang paling disayang, seperti yang ku rasakan selama ini"
Ciarrrrrr
Wanita itu melempar sebuah vas bunga yang ada dihadapannya kearah kaca meja rias itu, Seketika itu juga kaca itu pecah berkeping-keping, pecahannya berserakan dimana-mana.
Mendengar pecahan kaca tersebut seorang gadis kecil berlari masuk kedalam kamar wanita itu dengan tergesa-gesa. Gadis itu menemukan sosok wanita yang terduduk dalam lantai.
Wanita itu tertawa keras ketika mendengar suara gadis yang menanyakan keadaannya. Sang gadis merasa heran melihat tingkah dari wanita tersebut yang sangat aneh malam ini. ketika tiada jawaban dari wanita itu, sang gadis segera menjauh darinya.
Gadis itu merasa belakangan ini wanita yang ada dihadapannya selalu bersikap aneh menurutnya terkadang menangis sendiri dan terkadang tertawa seperti saat ini.
Ia tidak mempertanyakan lebih jauh tentang masalah ini, ia takut kalau wanita yang ada dihadapannya saat ini menjadi marah dan membentaknya seperti sebelumnya.
"Setelah jiwa itu menyatuh seutuhnya dengan tubuhnya, maka...... ". Wanita itu tersenyum lebar. "Hanya butuh sedikit pengorbanan untuk melakukan hal itu hahaha.....".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
serem serem sedep bacanya😬😬😬😬
🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-03
0