Selama beberapa jam mereka mencari, mereka tidak menemukan tanda tanda jasad Lia akan ditemukan. Nadhira yang ada diatas prahu hanya bisa menangis dan berharap mamanya segera ditemukan.
"Mama, huaaa... dimana mama berada hiks... hiks.. hiks.. Nadhira rindu mama hiks.. hiks.. hiks.. ".
Melihat hal itu lelaki yang mengizinkannya untuk ikut merasa kasihan kepada Nadhira, ia teringat masalahnya sendiri ketika ia harus berpisah dengan orang tuanya.
"Dek, jangan nangis ya, berdoa saja semoga mama cepat ditemukan".
Nadhira hanya mengangguk menanggapi ucapan lelaki tersebut, yang paling penting adalah mamanya ditemukan entah itu masih hidup ataupun sudah meninggal.
Nadhira sangat yakin bahwa mamanya masih hidup, entah orang lain bilang apa, keyakinannya mamanya masih hidup dan mereka akan bertemu suatu hari nanti.
"Mama bilang, mama akan selalu hidup didalam hatiku, aku sangat percaya bahwa mama masih hidup, suatu hari kita akan bertemu lagi ma, aku sangat menantikan hari itu, meskipun semua orang bilang mama sudah tiada, tetapi aku sangat yakin bahwa nama masih hidup". Ucap Nadhira dalam hati.
Sehari penuh Nadhira ikut dalam pencarian mamanya, tetap mereka semua tidak menemukan tanda tanda Lia akan ditemukan, sampai sore menjelang sekali pun, tim mereka tidak juga menemukannya.
*****
Sudah enam hari pencarian tetapi mereka tidak kunjung menemukannya, pagi ini adalah pencarian dihari ketujuh sekaligus terakhir, karena itu adalah batas maximal untuk timsar.
Jika dihari ini Lia belum juga ditemukan, maka harapan mereka bahwa Lia hidup harus pupus. Nadhira mencoba merelakan kepergian mamanya, walau dalam hatinya mamanya masih tetap hidup.
Nadhira ikut serta dalam pencarian mamanya, mereka telah memperluas area pencarian sehingga kemungkinan Lia akan ditemukan, Nadhira menemukan satu pasang sandal yang ia yakini adalah milik mamanya yang tersangkut dalam rimbunnya ranting.
"Pak, itu sandal mama". Menunjuk kearah tersebut.
"Pak tolong arahkan prahunya kearah yang ditunjukkan adik ini".
"Baik pak".
Prahu yang mereka tumpangi segera terarah pada lokasi yang ditunjukkan oleh Nadhira. Benar saja disana terdapat satu padang sandal kiri milik Lia, lelaki tersebut mengambilnya dan langsung memberikannya kepada Nadhira.
Nadhira yang menerima itu langsung memeluk sandal milik mamanya. Ada rasa sakit yang menyelimuti dadanya ketika ia menemukan mamanya dikatakan lebih dari jarak satu kilometer.
"Ma!! Nadhira kangen banget sama mama, mama dimana? Kenapa mama ngak pulang pulang, cepat pulang ma, Nadhira merindukan mama". Rintih Nadhira
"Nak yang sabar ya, berdoalah semoga hari hari ini kamu bisa melaluinya dengan baik".
"Iya pak, sampai kapan mama harus menghilang, mama pernah bilang ke aku, mama akan selalu bersama ku, tapi kenapa saat ini mama tidak bersama ku?".
"Mama kamu pasti selalu bersama mu, meskipun bukan berada didekatmu, tetapi ia pasti ada dihatimu".
Ia tidak bisa membayangkan apa yang mamanya alami ketika hal itu, berapa jarak mamanya hanyut dalam sungai, orang yang mengalami hal itu kebanyakan tidak bisa selamat.
Keyakinannya sedikit tergoyang akibat hal itu, ia tidak tau apa yang ia rasakan, hanya ada kesedihan yang menyelimuti hatinya.
Hingga sore menjelang mereka belum menemukan keberadaan Lia, mereka segera menghentikan pencarian karena batasnya sudah mencapai maximal. Rendi protes tentang hal itu, tapi ia tidak berdaya.
Dengan berat hati Nadhira beserta keluarganya melangkah ke mobil untuk pulang kerumah mereka. Nadhira terus memandangi lokasi tersebut sampai lokasi tersebut perlahan menghilang dari pandangannya.
*****
Keesokan paginya mereka bertiga kembali ketepi sungai dimana Lia tenggelam sambil membawa sekeranjang bunga, dan beberapa buket bunga.
Mereka bertiga berlutut ditepi sungai dimana Lia pertama kali hilang Nadhira memeluk kakaknya dengan erat dan pandangannya kearah sungai tersebut.
"Lia maafkan aku, aku selalu membohongimu, selama ini aku telah menyimpan perasaanku padamu, disaat aku mulai mencintaimu mengapa engkau meninggalkanku dan anak anak kita, kenapa kita harus berpisah dengan cara seperti ini, kembalilah Lia, kembalilah kepadaku Lia sayang, kenapa engkau tinggalkan aku, bawalah aku bersamamu" ucap Rendi sambil menaburkan bunga disungai tersebut.
"Mama, mengapa mama meninggalkan kami bertiga dengan cara seperti ini, apa mama marah kepadaku? Karena aku juga meninggalkan mama disaat usiaku 4 tahun, mama pernah bilangkan kepadaku kita akan bersama sama lagi suatu saat nanti, tapi kenapa mama meninggalkan kami disaat kami mulai bersama kembali, aku selalu menanti hal itu ma, tapi penantian ini berakhir seperti ........."
Nandhita sampai tidak bisa melanjutkan kata katanya rasa sesak menyelimuti dadanya.ia pun melepaskan buket bunga yang ia bawa agar terbawa arus sungai.
"Mama... Mama orang terbaik yang Nadhira punya, 9 bulan mama mengandungku dan menahan sakit yang teramat sangat ketika melahirkanku, memasakkan masakan kesukaanku, mama bilang kita akan selalu bersama tapi kenapa sekarang mama yang meninggalkan kami semua lebih dulu, apa mama marah padaku? Apakah Dhira terlalu nakal buat mama? Dhira minta maaf ma, tolong kembalilah kepada kami, Dhira janji akan jadi anak yang baik kalau mama kembali, hiks.. hiks.. hiks.. aku sangat menyayangi mama, semoga suatu saat nanti kita akan berjumpa disyurga-Nya".
Nadhira meletakkan bunga dialiran sungai tersebut ia berusaha mengikhlaskan kepergian mamanya tetapi hatinya selalu berkata bahwa mamanya masih hidup. Setelah lama mereka merenung ditepi sungai mereka akhirnya memutuskan untuk pulang karena hari sudah mulai sore.
Para warga berdatangan dan untuk mengucapkan berbelasungkawa kepada Rendi sekeluarga atas meninggalnya Lia. Teman teman Nadhira juga ikut mengucapkan.
Susi dan lainnya menatap Nadhira dalam kediaman, Nadhira duduk sendiri dikursi yang jauh dari keramaian, pandangannya kosong seakan menahan kesedihan yang luar biasa. Matanya bengkak,mulutnya tak pernah berhenti bergetar.
Susi yang melihat Nadhira seperti itu merasa tidak tega dan berjalan menuju kearah Nadhira, Susi langsung memeluk Nadhira, tangis Nadhira pecah seketika.
Rifki dan Bayu hanya mampu berdiri didekat Nadhira dalam diam sambil menatap Nadhira, mereka ingin sekali menghibur Nadhira tetapi apa yang harus mereka lakukan.
"Si,ngak nyangka aja mama akan pergi secepat ini si.. hiks.. hiks..". Air mata Nadhira tak lagi mampu terbendungkan.
"Yang sabar ya dhir, kita bertiga akan selalu ada kok untuk kamu". Ucap Rifki.
"Iya dhir, sabar ya, iklaskan kepergian mamamu, kita juga merasa kehilangan,mamamu begitu baik pada kita selama ini, ya meskipun kita sering merepotkannya ketika mengerjakan tugas, bikin kue, dan lain lain. Kita bertiga sangat merasa kehilangan, bahkan aku sendiri tidak percaya bahwa mamamu pergi secepat ini, bagi kita mamamu akan tetap hidup dihati kami". Susi mengusap pelan pundak Nadhira yang ada dipelukannya. Air mata keduanya seketika mengalir deras.
Bagi mereka bertiga kepergian mamanya Nadhira benar benar menciptakan kesedihan dihati mereka, hening beberapa saat diantara keempatnya. Sampai suara Nadhira mengejutkan mereka.
"Kita ngak boleh sedih, mama bilang kalo aku sedih ia pasti akan sedih, mama ngak boleh sedih". Ucapnya sambil mengusap airmatanya.
"Iya dhira, mamamu benar, kita ngak boleh sedih, mamamu pasti akan bahagia disana". Ucap Bayu.
"Kamu pasti belum makan kan dhir? Ayo makan dulu, kita harus buktikan pada mereka bahwa Nadhira kita itu sangat kuat". Rifki menarik tangan Nadhira dan membawanya kemeja makan.
Nadhira hanya pasrah ketika tangannya ditarik begitu saja oleh Rifki, memang benar apa yang diucapkan Rifki, sejak tadi pagi Nadhira belum makan sama sekali, ia merasa tidak lapar. Tetapi ketika Rifki mengatakan hal itu perutnya langsung memberontak untuk diisi.
Sedangkan Rifki yang menarik tangan Nadhira merasa sangat bahagia, karena Nadhira mengikuti apa yang ia lakukan, Rifki memunggungi Nadhira sehingga Nadhira tidak bisa melihat senyum tipis yang Rifki keluarkan.
Kedua sahabatnya yang mengikuti mereka dari belakang,juga ikut tersenyum ketika melihat senyum tipis Nadhira yang Nadhira keluarkan walau hanya beberapa detik.
Sesampainya dimeja makan mereka disuguhkan berbagai macam masakan. Yang sangat mengiurkan dan mengunggah selera mereka.
"Dhir coba in nih, ayam kecap ini buatanku dan kak Dhita lo, coba in ini enak banget". Ucap Susi dan langsung menyiapkan kedalam mulut Nadhira.
Nadhira yang menerima itu hanya mampu membuka mulut dan sedikit mengunyah, airmatanya turun begitu saja ketika Nadhira mencoba merasakan rasa masakan tersebut.
"Kamu kenapa dhira?" Tanya susi ketika melihat air mata Nadhira menetes.
"Aku ngak papa kok... Hanya saja... Rasanya hampir sama seperti yang mama buat".
Nadhira mengusap airmatanya yang turun dan segera memasang senyumannya kepada Susi yang telah menyuapinya dengan ayam kecap kesukaannya.
Sebelum mereka bertiga mendatangi tempat Nadhira berada, mereka bertiga mendatangi Nandhita dan membicarakan sesuatu.
Nandhita bertanya kepada papanya, apa makanan kesukaan Nadhira, tapi ayahnya sama sekali tidak tau. Ketika Nandhita dan teman teman Nadhira mengecek isi kulkas, mereka menemukan daging ayam dan beberapa sayur sayuran lainnya.
"Kak, dulu ketika masih satu kelas dengan Nadhira, Nadhira sering membawa bekal ayam kecap"
Dan akhirnya mereka memasak ayam kecap dan ditambah masakan sayur sayuran lainnya, dengan susah payah mereka memasak makanan tersebut.
Nadhira memakan masakan tersebut dengan lahapnya meskipun airmatanya berkali kali menetes dan membasahi pipinya. Sesekali terdengar isak tangis yang Nadhira keluarkan.
Melihat Nadhira seperti itu, ketiga sahabatnya tidak merasa tidak tega, tapi memutuskan untuk tetap diam mereka tidak mau menganggu Nadhira yang sedang makan.
Nandhita yang melihat Nadhira sedang makan dari kejauhan membuat hatinya sedikit bahagia, Nandhita sampai meneteskan airmatanya. Sejak tadi pagi ia berusaha untuk membujuk Nadhira untuk makan tetapi selalu gagal, Nadhira selalu mengucapkan hal yang sama "aku tidak lapar kak, kakak aja yang makan". Begitulah ucapnya setiap kali Nandhita memintanya untuk makan.
Selesai makan Nadhira dan teman temannya menuju ke halaman samping rumahnya. Dimana Nadhira dan mamanya sering duduk dan bercanda bersama. mereka menatap bunga bunga yang ada disekitar gasebo taman tersebut.
Banyak sekali bunga yang layu karena tidak pernah disiram beberapa hari terakhir. Melihat hal itu Nadhira menghela nafas dalam dalam.
"Bahkan aku sendiri tidak mampu merawat bunga bunga ini, padahal bunga bunga ini adalah kesukaannya mama". Ucapnya sambil mendekati bunga bunga tersebut.
"Mulai sekarang, kita harus rawat bersama sama". Rifki memegang pundak Nadhira dan menepuknya dengan pelan.
"Iya, aku sangat pandai dalam menggali tanah". Bayu menyahutinya.
Krik krik krik krik
Seketika mereka bertiga berdiam diri dan menatap Bayu dengan heran, kalau soal menggali tanah untuk tanaman siapa yang ngak bisa diantara keempatnya.
Bayu hanya mampu tersenyum cangguh ketika ditatap sedemikian rupanya.ia beberapa kali mengetipkan matanya dan memasang wajah khasnya.
"BAYUUU....".
Sinyal bahaya terasa berbunyi, membuat bulu kuduknya berdiri dan mengatakan larilah kali ini kau tidak akan selamat. Bayu langsung menjauh beberapa langkah dan
"Aaaaa......"
Ia langsung berlari secepat yang ia bisa menuju keluar dari gerbang rumah Nadhira. Mereka bertiga saling berpandangan satu sama lain ketika melihat hal yang Bayu lakukan.
Bhukkkk
Bunyi yang nyaring terdengar sampai ketempat Nadhira dan lainnya berdiri. Mereka bertiga segera berlari kearah dimana Bayu sebelumnya berlari. Mereka mendapati Bayu yang tertidur dijalan.
Dengan terkejut mereka mendekati Bayu. Ketika jarak mereka dan Bayu sudah dekat, Bayu memasang senyumannya. Setelah Bayu lari ia tidak menyadari adanya tong sampah yang membuatnya terjatuh.
"Bay! Kamu ngantuk? Jangan tidur disitu dong malu malu in aja"
"Iya nih, kamu kekurangan kasur ya?"
"Hahaha.. kamu itu ada ada aja bay"
"Bay di rumahku masih ada kamar kosong, kamu tidur aja disana, jangan disitu, itu kotor".
"Biarin aja Dhir, Bayu kan suka nemenin teman temannya disitu".
"Hah? Siapa?"
"Ya siapa lagi kalo bukan sitikus".
Bayu yang mendengar ejekan teman temannya membuatnya marah tetapi juga merasa malu, ini semua adalah salahnya sendiri karena tidak memperhatikan jalan sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
sedih akuuuuh😭😭😭😭😭
pengen pulang, meluk mama😭😭😭
2022-03-02
0