Keesokan paginya matahari belum menampakkan sinarnya, tangan Lia bergerak gerak pertanda Lia mulai sadar. Dahinya mengernyit dan terasa sedikit ditangan kirinya, ia mulai membuka matanya dan memeriksa disekelilingnya.
"Dimana aku? Auhh,, infus?". Ketika hendak melihat tangan kirinya ia melihat tangannya sedang diinfus.
Pandangannya terjatuh tepat disampingnya dan menemukan Nadhira yang sedang tertidur dengan lelapnya, ia mengusap pelan puncak kepala Nadhira.
"Sejak kapan Dhira tidur seperti ini? Maafin mama nak". Gumannya pelan.
Memandang Nadhira yang tidur dengan damai membuatnya bahagia, sehingga senyum mulai terbit dibibirnya. Nadhira baru bisa tidur dengan nyeyak ketika Lia mulai mengusap kepalanya.
Ada sedikit rasa bersalah dihatinya, dan terasa tersayat ketika menyadari bahwa suaminya tidak ada disampingnya saat ini, entah sejak kapan ia tidak sadarkan diri.
Merasakan ada yang mengusap kepalanya membuat Nadhira terbangun dari tidurnya, perlahan lahan ia membuka matanya, karena ia baru saja bisa tertidur membuatnya sedikit kesulitan untuk membuka matanya.ia merasa nyaman akan tangan yang menyentuhnya, seakan akan ada kasih sayang yang mengalir ke dalam tubuhnya.
Nadhira tertidur kembali dengan nyenyaknya, sampai ia tidak sadar kalau sekarang ia sudah berpindah tempat. Ketika Nadhira membuka matanya perlahan lahan pandangannya semakin jelas.
"Hah!! Aku kok dikamar". Tanya dengan bingung
"Dek, kamu sudah bangun?" Tanya Nandhita.
"Kakak! Kenapa aku dirumah, terus siapa yang akan menjaga mama?".
"Tenang dulu dek, ada papa kok disana".
Jawaban Nandhita bukannya membuatnya tenang tetapi malah membuatnya khawatir tentang keadaan mamanya. Ia berusaha membujuk kakaknya untuk segera datang kerumah sakit, tetapi kakaknya selalu bilang kalau ia harus banyak istirahat untuk saat ini, karena dari kemaren Nadhira belum tidur juga.
Entah mengapa perasaan Nadhira semakin tidak tenang ketika mengetahui papanya lah yang sedang menjaga mamanya, mungkin karena perilaku papanya akhir akhir ini yang perlahan berubah atau karena papanya pernah memukul mamanya.
Melihat adiknya yang merasa cemas membuatnya semakin bingung harus bagaimana, ia berusaha untuk membujuknya agar tenang kembali dan mau beristirahat lebih.
****
Setelah Lia sadar tak lama kemudian Rendi datang untuk menjenguk Lia,tak banyak kata yang mereka ucapkan ketika bertemu sampai akhirnya Nandhita datang dan membawa nasi untuk mamanya makan.
"Papa". Nandhita segera memeluk papanya
Tetapi pelukan itu tidak dibalas oleh Rendi, pandangannya tertuju pada sosok Nadhira yang tertidur sambil duduk ditepi bangker istrinya.
Rendi merasa kasihan dengan Nadhira yang tidur seperti itu, sebenarnya dihatinya masih ada rasa kasihan kepada anak dan istrinya.tetapi sikap mereka lah yang membuatnya jengkel terus menerus.
"Bawa dia pulang Dhita". Menunjuk kearah Nadhira.
Nandhita melepaskan pelukannya pada papanya dan menoleh kearah Nadhira, ia baru sadar kalau Nadhira tertidur seperti itu. ia segera bergegas mendatangi Nadhira.
"Jangan dibangunkan nak,dia baru saja tertidur, mas tolong antarkan pulang", pinta Lia
Mereka berdua segera mengangguk bersama, Rendi mengangkat Nadhira dan membawanya menuju mobilnya bersama dengan Nandhita dibelakangnya. Mereka sampai dirumah setelah perjalanan kurang lebih 30 menit.
Nadhira langsung ditidurkan dilamarnya dan Nandhita menjaganya, setelah mengantar Nadhira pulang, Rendi pergi menuju rumah sakit dimana istrinya berada.
Nandhita melihat Nadhira tertidur dengan nyenyaknya dan merasa damai, membuatnya tersenyum tipis kepada adiknya tersebut.
Beberapa jam kemudian Nadhira bangun dari tidurnya dengan menoleh kekanan dan kekiri
"Hah!! Aku kok dikamar". Tanyanya dengan bingung
Melihat Nadhira yang baru membuka matanya, Nandhita segera bergegas mendatanginya. Nandhita sedang duduk disebuah kursi yang menghadap menuju jendela luar sambil menikmati indahnya dunia.
"Dek, kamu sudah bangun?", Tanya Nandhita
"Kakak! Kenapa aku dirumah, terus siapa yang menjaga akan mama?".
"Tenang dulu dek, ada papa kok disana".
Apa yang terjadi dengan adiknya itu, mengapa sikapnya berubah ketika mendengar bahwa ada papanya yang sedang menjaga mamanya, apa yang terjadi kepada mereka bertiga. pertanyaan itulah yang ada difikiran Nandhita sekarang, ia merasa bingung kenapa sikap adeknya segera berubah tiba tiba seperti itu.
Sedangkan dirumah sakit Rendi sedang membantu Lia untuk makan dan meminum obat, meskipun begitu tiada percakapan antara mereka berdua. Sampai akhirnya Lia yang membuka percakapan lebih dulu.
"Mas, terima kasih". Ucapnya sambil menatap Rendi
"Terima kasih buat apa dek?". Tanyanya yang kebingungan
"Karena mas merawat ku saat ini".
"Ini sudah menjadi kewajiban ku dek", tersenyum kearah Lia
Entah mengapa senyum itu terasa berbeda dan mempunyai makna dibalik itu, Lia merasa heran mengapa suaminya selalu berubah secara tiba tiba, dia tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya kepada Lia.
Berhari hari kemudian akhirnya Lia diizinkan untuk pulang karena kondisinya sudah membaik, sesampainya dirumah Rendi dan Lia disambut oleh kedua anaknya didepan pintu, dan terlihat Nadhira berlari kearah mamanya.
"Mama". Seru Nadhira
Setelah Nadhira berlari, Nandhita segera menyusul adiknya tersebut dan memeluk mamanya dan juga papanya. Dan mengajak mereka untuk masuk kedalam rumah.
Keluarganya sekarang sudah lengkap dengan adanya Nandhita bersama mereka, mereka saling berbincang satu sama lain sedangkan Rendi memilih dalam diam dan sesekali tersenyum tipis kepada mereka.
Seminggu kemudian Nandhita harus kembali kerumah nenek dan kakeknya karena ia tidak tega meninggalkan mereka telalu lama. Nandhita bergegas pamit kepada keluarganya dan memesan taksi online.
"Kenapa kakak tidak tinggal disini saja dengan Dhira"?
"Maaf ya dek, tapi kakek dan nenek kasihan sendirian disana"
"Kan ngak sendirian kak, kakek ada temannya nenek"
"Emm.. ketika Nadhira besar Nadhira pasti akan mengetahuinya"
"Kalau begitu Nadhira mau cepet besar"
"Hehe.. iya dek, makan yang banyak biar cepet besar"
Mereka berempat segera berjalan menuju gerbang depan rumah mereka, terlihat sebuah taksi sudah terparkir disana, barang bawaan Nandhita tidaklah banyak jadi dengan mudah ia memasukkannya kebagasi.
Ia segera memeluk mamanya bergantian dengan papanya, setelah itu dengan Nadhira, ia pun memasuk i mobil dan melambaikan tangannya kepada mereka, perlahan tapi pasti mobil yang ia naiki melesat menjauh dari rumah orang tuanya, tanpa sadar airmata menetes dipipinya
"Mbak, tisu?". Ucap supir sambil menyerahkan tisu pada Nandhita
"Makasih". Menerima uluran tisu itu.
Sementara itu Nadhira yang melihat kakanya pergi ada sedikit sesak dihatinya ketika melihat kepergian kakaknya, selama seminggu ini kakaknya selalu baik padanya dan sesekali bercanda bersama.
Mereka bertiga masih tetap berdiri digerbang sampai Nadhira berbicara membuat kedua orang tuanya tersadar dari lamunannya.
"Kenapa kak Dhita tidak tinggal disini saja, sekalian sama nenek dan kakek". Tanya Nadhira yang melihat kepergian dari kakanya
"Nak, kakek dan nenek lebih suka disana". Jelas Lia
"Jadi maksud mama, kakek dan nenek ngak suka tinggal disini?"
"Bukan begitu nak, mereka suka sekali disini, tetapi disana adalah lingkungannya jadi ia lebih nyaman disana".
"Lalu kenapa kita ngak tinggal disana saja".
"Dhira, papa punya pekerjaan disini, mana mungkin papa tinggal disana". Jawab Rendi dengan malasnya
"Kenapa ngak kerja dirumah kakek saja". Tanya Nadhira
Mereka bertiga pun diam tanpa ada kata kata lagi, setelah lama diam akhirnya Rendi pamit untuk berangkat bekerja, karena sudah siang.
Setelah kepergian Rendi, Nadhira dan mamanya masuk kedalam rumah dan berencana untuk membuat kue, karena Nadhira masih libur sekolah jadi ia mengajak mamanya untuk membikin kesibukan sendiri
Nadhira juga bisa belajar untuk memasak dan membuat kue bersama mamanya, sesekali ia bercanda bareng mamanya.
"Ma, sebentar lagi ulang tahun Nadhira ke 9 tahun ya ma". Tanya Nadhira dan dibalas senyuman oleh mamanya.
"Dhira ingin waktu dhira ulang tahun mama yang bikinin dhira kue seperti ini, ini sangat enak ma". Puji Nadhira sambil mengunyah kuenya
"Iya nak, nanti kalo Dhira ulang tahun mama bikinin yang banyak banget untuk Dhira". Sambil menggerakkan tanganya membentuk lingkaran besar.
"Mama janji ya".
Tersenyum memandang anaknya yang bersemangat untuk memakan kue buatannya, dan ia terus menambah jumlah kue di piring Nadhira sampai Nadhira kekenyangan karena kue bikinan mamanya yang super lezat baginya
*Catatan penulis*
Makanan terenak adalah makanan buatan seorang ibu tiada duanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Bintang Samudra
surga ditelapak kaki ibu
2023-02-02
0
💮Aroe🌸
kau tau, walau sudah punya suami... tapi bagiku, ibu adalah segalanya...
lanjut dulu🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-02
1