Tanpa rasa bersalah Rifki pura pura tidak merasa melakukan kesalahan kepada Susi, Nadhira dan Bayu yang melihat itu pun tidak bisa menahan tawa mereka ketika melihat bekas merah melekat pada kening Susi.
Rifki sudah lama menahan emosinya kepada Susi, bukan hanya ia yang kelelahan tetapi ia juga kehilangan tabungannya karena menuruti keinginan Susi, padahal ia menabung untuk membeli barang barang keperluannya dengan mudah Susi mengambilnya.
"Kali ini aku maafkan kalian berdua, tapi jika kalian mengulanginya lagi, tiada ampun untuk kalian, ingat itu". Sambil menunjuk kearah kedua temannya.
"Haa... Akhirnya aku bebas". Ucap Bayu dan menghela nafas panjang.
"Aku minta ganti rugi". Ucap Rifki
"Ganti rugi apa? Bahkan kamu menjitak kepalaku sampai merah".
"Buah yang kau makan tadi adalah uang tabunganku"
"Salah sendiri, aku suruh nyari kamu malah beli".
Susi seolah olah tidak perduli dengan Rifki, dan mengalihkan pandangan kearah Nadhira. Mereka berdua pun saling berbicara mengabaikan Rifki yang protes kepadanya.
Akhirnya matahari mulai membenampak tubuhnya dilaut barat, mereka berempat saling berpamitan untuk pulang kerumah masing masing untuk mengistirahatkan tubuhnya
*****
Keesokan paginya jam olah raga pun tiba, murid kelas 7C segera menuju ruang ganti dan segera berganti pakaian yang mereka bawa dan menaruhnya diloker yang telah disediakan untuk mereka.
Setelah selesai menganti pakaian mereka semua menuju kearea lapangan untuk menerima materi dari guru olahraga.mereka pun memulai pemanasan setelahnya berlari mengelilingi lapangan sebanyak 2 kali.
Setelahnya mereka duduk berbaris untuk menerima materi sebelum memperaktikkannya.
Ketika itu Nadhira duduk tepat disebelah kiri Clara, dan Clara membisikkan sesuatu padanya dan membuatnya reflek berbicara dengan Clara.
"KAU!!" Teriak guru itu dan menunjuk kearah Nadhira.
Nadhira yang mendengar teriakan itu segera menoleh kedepan dan menemukan sosok guru lelakinya tepat menghadapnya dengan rasa marah.
"Iya kau! Maju kedepan",
Nadhira bangkit dari duduknya dan berjalan pelan menuju depan, dan banyak sekali murid yang melihatnya, seolah olah bertanya kenapa Nadhira disuruh maju kedepan dengan teriakan yang mengejutkan,
"Kamu tau kesalahan yang kamu lakukan?".
Nadhira bingung dan bertanya tanya dalam hatinya, kesalahan apa yang telah ia lakukan sehingga dipanggil kedepan dan berdiri disebelah guru olahraganya.
Nadhira mengelengkan kepalanya, karena ia benar benar tidak tau kesalahan apa yang ia lakukan sebelumnya.
Mendengar jawaban Nadhira yang menjawab dengan mudahnya, guru olahraga tersebut menyuruh Nadhira berlari memutari lapangan sebanyak 25 kali, tanpa alas kaki.
Nadhira melepaskan sepatunya dengan berat hati, selesai melepaskannya ia segera berlari mengelilingi lapangan tersebut.
Panjangnya 25 meter, sedangkan lebarnya 15 meter. Diputaran pertama sampai keempat Nadhira masih bisa saja dan terus berlari, diputaran kelima kakinya mulai terasa berat dan sakit.
Sampai akhirnya ia berada diputaran kelima belas, kakinya mulai mengelupas kepanasan karena ia berlari tanpa henti. Sesekali ia berhenti berlari beberapa detik, dan melanjutkan untuk berlari.
"Sudah cukup". Seru guru olahraganya
Nadhira segera menghentikan larinya dan berdiri disamping gurunya tersebut.
"Kamu tau kesalahan kamu". Gurunya bertanya sekali lagi.
Nadhira mengingat ingat apa yang terjadi sebelumnya, ia mendengarkan gurunya menerangkan tentang kejasmanian. Tiba tiba Clara bertanya padanya sedangkan dia reflek menjawab dan akhirnya ia dipanggil kedepan.
"Maaf pak, saya berbicara disaat materi berlangsung". Jawabnya sambil menundukkan kepala.
"Bagus!! Mulai saat ini tidak boleh ada yang berbicara ketika materi berlangsung, ingat itu!". Berbicara sambil menatap Nadhira.
"Baik pak", jawab mereka serempak.
Tanpa orang lain sadari, Clara telah tersenyuml bahagia melihat Nadhira yang tampak menunduk malu entah karena refleknya ataupun karena hukumannya. Tatapan Clara kepadanya seolah olah mengatakan 'ini adalah awal Nadhira, masih banyak kejutan yang lainnya' begitulah kalau diartikan.
Nadhira disuruh kembali ketempatnya,ia berjalan pelan sambil menahan rasa sakitnya,nampak Nadhira berjalan dengan pincang.
Setelah pelajaran selesai ia bergegas ke UKS untuk menerima pertolongan pertama, ia takut kakinya yang mengelupas nanti terjadi infeksi.
"Akhh... aku tidak menyangka akan sesakit ini". Ucapnya sambil memberi betadin kepada lukanya.
Setelahnya ia langsung membungkus lukanya, dan segera memakai sepatunya kembali. Meski sudah diobati kakinya terus bergetar, rasanya ingin sekali tumbang.
Nadhira berjalan menyusuri lorong lorong sekolah menuju kelasnya dengan berhati hati, kebetulan saat itu Rifki sedang izin kekamar mandi setelah kembali dari kamar mandi ia melihat Nadhira berjalan sendirian.
Ia segera menghampiri Nadhira ketika melihat keanehan tentang cara berjalannya.
"Dhira kamu kenapa?". Tanyanya sambil membantu Nadhira jalan.
"Ngak papa kok Rif, hanya kaki ku tiba tiba sakit saja"
"Biar aku bantu, nampaknya kamu kesakitan".
"Ngak ngak usah aku bisa jalan sendiri kok"
Tanpa aba aba Rifki mengalungkan tangan kanan Nadhira kelehernya dan membantu Nadhira berjalan kekelasnya, suasana halaman sekolah sangat sepi karena masih ada jam pelajaran.
Mereka akhirnya sampai dikelas Nadhira, Rifki membantu Nadhira sampai dibangkunya, melihat hal itu semua murid dikelas itu fokus kepada Rifki dan Nadhira.
Teman teman akrab Nadhira dikelas itu bergegas menuju kearah meja Nadhira, sedangkan Rifki meminta izin Nadhira untuk segera pergi dari kelas itu, karena masih ada jam pelajaran.
"Dhira kamu ngak papa?" Tanya Vina.
"Aku ngak papa kok Vin". Jawab Nadhira.
"Maaf ya tadi tidak mengantarmu, karena aku memiliki tugas". Ucap Theo
"Ngak papa Theo, aku tau itu, tugasmu lebih penting".
"Pasti kamu dijebak Dhir, mana mungkin kamu tiba tiba berbicara", ucap reta yang ada disampingnya
"Harus diberi pelajaran siapa yang menjebakmu". Theo yang tidak terima melihat Nadhira dijebak.
"Sudahlah, aku ngak papa kok".
Ketika jam pelajaran selesai dan waktunya untuk istirahat, Nadhira tetap dikelas dan memegangi kedua kakinya, berjalan sebentar terasa seperti berjalan sangat jauh.
Tak berberapa lama kemudian, Susi dan kedua sahabatnya datang dan menuju kebangku Nadhira. Mereka membawakan Nadhira makanan karena Rifki menceritakan kepadanya kalau Nadhira tidak bisa jalan karena terluka pada kakinya.
"Kamu ngak papa dhir? Rasanya masih sakit? Udah diobati? Kok bisa sakit begitu? Kamu kenapa? Ada yang melukaimu? Siapa itu? Aku akan menghajarnya ........ ". Pertanyaan Susi seakan akan tanpa jeda.
Ketiganya langsung menatap Susi dengan tajam, bagaimana Nadhira bisa menjawab pertanyaannya yang beruntun tersebut.
"Si aku minta izin".
Cltakk
Sebuah jitakan meluncur dikepala Susi
"Auhhh sakit tauk Rif".
Cplasss
Sebuah pukulan Susi segera mengarah kepada pinggang Rifki, dan menimbulkan suara yang nyaring dikelas tersebut. Rifki yang dipukul hanya bisa meringis kesakitan sambil mengelus bekas pukulan tersebut.
"Sekali lagi kau melakukan itu padaku, akan ku tambah laju pukulanku". Ancam Susi.
"Kau bilang sendiri bukan? Kalau aku sudah minta izin berarti aku boleh melakukannya". Ucapnya tanpa rasa bersalah.
Susi menatap lekat lekat kedua mata Rifki seolah olah ada keinginan dalam hatinya untuk memukul Rifki lebih keras lagi, sedangkan Rifki menatapnya seakan pertarungan sebentar lagi akan dimulai.
"stoppp... Tunggu, biar aku yang Jadi wasitnya".
Bayu tiba tiba muncul diantara keduanya dan membuat keduanya menoleh secara bersamaan kearah Bayu. Bayu yang ditatap segera memasang tatapan imut kepada mereka.
"Kalau begitu aku yang jadi jurinya". Sela Nadhira.
Kini giliran ketiganya yang menatap Nadhira secara bersamaan, dan membuat Nadhira jadi salah tingkah ketika ditatap seperti itu oleh mereka bertiga.
"Dhira, kamu itu ndukung siapa sih sebenarnya". Tanya Susi yang memasang wajah kecewa.
"Hahahaha". Tawa mereka berempat secara bersamaan.
Melihat kelakuan mereka berempat, Vina yang ada disebelah Nadhira hanya mampu menggelengkan kepalanya, entah bagaimana jalan fikiran Nadhira dan sahabatnya.
"Terima kasih, atas hiburannya". Ucap Nadhira
Vina yang mendengar Nadhira pun bingung apa maksudnya semua ini, hiburan, bukannya mereka bertiga hanya saling bertengkar.
Sebenarnya Rifki menyadari bahwa perasaan Nadhira tidak tenang karena hal yang ia alami, Nadhira mencoba untuk menahan tangisannya dari semua orang, ia sungguh merasa kecewa dan ingin sekali menangis karena hal yang ia alami saat ini.
Oleh sebab itu Rifki membawa Bayu dan Susi untuk menemui Nadhira sekalian membawakannya makanan, kristal bening yang sedari tadi ia tahan tiba tiba menetes keluar dan membasahi pipinya.
Susi yang menyadari hal itu segera memeluk Nadhira dengan rapat dan mencoba menenangkannya.
"Menangislah Nadhira, jika itu membuatmu tenang". Ucapnya sambil mengelus bahu Nadhira.
Tak beberapa lama kemudian akhirnya Nadhira mulai merasa tenang, mereka berlima termasuk Vina segera menyantap makanan yang dibawakan oleh ketiga sahabatnya.
Sesekali mereka bercanda dan Vina mulai ikut bercanda, Theo yang melihat itu hanya bisa menatap mereka dalam diam, sedangkan Clara menatapnya dengan tersenyum tipis, seolah olah akan membuat Nadhira tidak mampu tertawa lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
jadi inget jaman sekolah😂
waktu yg tak bisa di ulang...
🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-02
0