Nadhira terus berjalan menyusuri bunga bunga, ketika sosok wanita itu hampir dekat Nadhira merasa sosok tersebut begitu familiar baginya.
Sosok tersebut berdiri membelakangi Nadhira, sehingga Nadhira tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Rambut yang terurai, terpasang mahkota bunga yang begitu indah.
Seekor kupu kupu hinggap dikepala wanita itu yang terpasang hiasan bunga yang begitu indah, suara tawa terdengar dari mulut wanita tersebut. Tak beberapa lama kemudian, wanita itu menoleh kearah Nadhira.
"Mama". Panggil Nadhira.
Mendengar dirinya dipanggil oleh Nadhira, ia tersenyum kearah Nadhira, ia melambaikan tangannya kearah kupu kupu tersebut.
Seketika kupu kupu yang ada disekitar wanita yang dipanggil Nadhira dengan sebutan mama tersebut segera terbang menjauh dari bunga bunga dan pergi entah kemana.
Wanita itu membentangkan kedua tangannya, Nadhira yang melihat itu langsung bergegas lari kearah mamanya dan langsung masuk kedalam pelukan wanita tersebut.
Perasaan damai Nadhira rasakan, ia sangat merindukan sosok yang sedang berada dipelukannya. Wanita itu mengusap kepalanya pelan seakan akan mengalirkan energi untuk membuat Nadhira merasa nyaman.
Burung burung berkicauan menghiasi suasana yang begitu indah bagi Nadhira. Nadhira menangis dipelukannya, airmatanya seolah olah mengalir tanpa henti.
Sudah hampir 2 bulan lamanya ia tidak pernah bertemu dengan sosok mamanya. Seandainya waktu bisa dihentikan, ia ingin selamanya berada dalam pelukan wanita itu.
Setelah lama Nadhira dan wanita itu berpelukan, Nadhira mulai melepaskan pelukannya dan memandang wajah wanita itu, wajahnya yang cantik tertutup oleh merahnya mata karena menangis.
"Mengapa mama menangis?".
Nadhira berusaha untuk mengusap air mata itu, ia tidak tega melihat mamanya meneteskan airmata. Wanita yang ada dihadapannya hanya diam memandang wajah Nadhira, airmatanya terus bergerak turun.
Wanita tersebut langsung terduduk direrumputan, ia menundukkan wajahnya, seolah olah ia ingin menyembunyikan kesedihannya dari Nadhira.
"Apa yang terjadi dengan mama?". Nadhira memeluk mamanya yang terduduk direrumputan.
Suhu badan mamanya tiba tiba turun drastis, begitu dingin bagaikan tubuh tanpa nyawa, Nadhira melepaskan pelukannya dan mundur menjauh dari mamanya. Ia memeriksa denyut nadinya dan menemukannya tidak berdetak.
Nadhira sangat terkejut melihat hal itu, ia terduduk didepan mamanya dengan detak jantung yang tidak beraturan. Apa mungkin itu bukan mamanya melainkan arwah mamanya, pikirnya.
Wanita tersebut tersenyum kearah Nadhira, tatapan keduanya bertemu.
"Jika itu yang kau fikirkan, maka itu adalah kenyataan". Ucap wanita tersebut kepada Nadhira.
"Mama".
Wanita itu bangkit dari duduknya, senyumannya memudar berganti dengan derasnya air mata yang mengalir. Wanita itu berjalan mundur menjauh i Nadhira.
"Ma!! Hatiku selalu yakin bahwa engkau masih hidup, selamanya akan tetap hidup dihatiku ma, biarpun seluruh dunia berkata engaku sudah tiada, tapi keyakinanku akan tetap sama, mamaku akan selalu hidup. Mungkin saat ini kita berpisah, tapi aku berharap suatu saat nanti kita akan bersama". Nadhira bangkit dan berjalan kearah wanita tersebut.
Wanita tersebut tersenyum kepada Nadhira, ia menggerakkan tangannya dan tercipta cahaya yang sangat terang, cahaya tersebut masuk kedalam jantung Nadhira. Nadhira merasakan sesuatu ditubuhnya, rasa sakit menjalar keseluruh tubuhnya.
"Akh.. apa akh... Yang mama lakukan akh". Rintih Nadhira
Wanita itu tidak menjawabnya melainkan diam membisu menatap kearah Nadhira, ketika cahaya tersebut mulai redup rasa sakit yang Nadhira rasakan mulai berkurang dan bahkan hilang.
Nadhira merasakan seakan akan tubuhnya begitu ringan daripada sebelumnya. Hatinya begitu damai, seakan akan tiada beban yang ia tanggung. Wanita tersebut tersenyum menatap kearah Nadhira.
"Ma!! Aku merindukan mu ma". Sebulir kristal bening menetes membasahi pipi Nadhira.
"Mama juga merindukanmu Dhira anak ku, jika kau memiliki keyakinan bahwa mama masih hidup, mama akan terus hidup, mungkin saat ini kita tidak bisa bersama, dimasa yang akan datang kita akan bersama dialam yang berbeda".
"Aku ngak mau pisah sama mama lagi, izinkan aku tinggal bersama mama lagi seperti dulu"
"Jalan kita berbeda nak, mama ingin bersama, tetapi takdir berkata lain, jarak lah yang memisahkan kita berdua, bersabarlah Nadhira, kita akan selalu bersama disuatu tempat yang jauh dari orang orang yang jahat kepadamu"
Nadhira menangis dan memeluk mamanya, sedangkan mamanya memejamkan mata dan membalas pelukan Nadhira.
"Bangunlah sayang, sudah saatnya kita berpisah sampai disini". Wanita itu melepaskan pelukannya dari Nadhira
"Maksud mama apa? Aku ingin terus bermimpi, bagiku dunia mimpi begitu indah, aku takut ketika bangun nanti aku tidak sanggup menahan penderitaan lagi ma".
"Mama yakin kamu kuat nak, bangunlah"
Tiba tiba pandangan Nadhira menjadi gelap gulita, dari kejauhan terlihat setitik cahaya yang begitu terang membuatnya menutup kedua matanya.
Perlahan lahan ia membuka kembali kedua matanya dan mendapati dirinya terbaring lemah dilantai gudang, sinar matahari masuk melalui lubang yang ada digudang tersebut membuat Nadhira membuka matanya.
Matahari mulai menampakkan sinarnya, secercah cahaya masuk kedalam tubuh Nadhira. Nadhira merasakan ada yang aneh dengan jantungnya, ia mencoba memegang dadanya.
"Akh"
Ia tersadar bahwa tangan kirinya mengalami cidera yang lumayan parah hingga membuatnya merintih kesakitan. Nampak pergelangan tangannya mulai membiru, dan sedikit bengkak.
Nadhira mencoba untuk bangkit, ia mencoba membuka pintu gudang dan ternyata sudah dibuka kuncinya, entah sejak kapan yang pasti Nadhira tidak mengetahuinya.
Nadhira segera bergegas kekamarnya, dengan perlahan ia mencoba menggerakkan pergelangan tangannya tetapi hasilnya nyeri terus melanda, ia terus meringis kesakitan.
Setelah selesai mandi dan siap siap untuk berangkat kesekolah, Rendi memanggil Nadhira untuk menemuinya dikamarnya.
Rendi memberitahu Nadhira bahwa ia akan menikah lagi, beberapa hari lagi pernikahan itu akan dilaksanakan. Rendi meminta Nadhira untuk membersihkan rumahnya, ia juga melarang Nadhira untuk pergi ke sekolah pagi itu.
"Pa, ngak ada orang tua yang melarang anaknya pergi ke sekolah pa, masalah membersihkan rumah aku akan lakukan setelah pulang sekolah". Bantah Nadhira.
Nadhira tetap memaksa untuk pergi kesekolah, akhirnya Rendi mengizinkan Nadhira untuk pergi kesekolah dengan satu syarat setelah pulang sekolah ia harus langsung pulang, Nadhira mengiyakan syarat tersebut.
Disekolah Nadhira menyembunyikan tangan kirinya, tidak ada yang mencurigainya dikelas, tetapi tidak untuk dikantin ketika bertemu dengan sahabat sahabatnya. Rifki merasa curiga mengapa sejak awal bertemu Nadhira selalu menggunakan tangan kanannya untuk melakukan sesuatu hal, sedangkan tangan kirinya tetap digantung seakan akan tidak berfungsi.
Mereka berempat berbincang bincang disepanjang istirahat, ketika waktu istirahat kurang 30 menit. Nadhira meminta izin kepada teman temannya untuk segera kembali kekelas, Rifki mencegahnya dan menarik tangan kirinya.
"Akhhhh... Sakit Rif". Rintih Nadhira
Mendengar rintihan Nadhira para siswa yang ada dikantin menoleh kearahnya dan mereka berfikir bahwa Rifki telah menyakiti Nadhira. Bayu dan Susi pun terkejut melihat apa yang dilakukan oleh Rifki.
"Apa yang terjadi, apa anak laki laki itu menyakitnya".
"Dasar lelaki, sukanya nyakitin wanita aja".
Banyak sekali ucapan yang kasar dari mereka yang ditunjukkan kepada Rifki, ada yang hendak melaporkannya kekantor Bk tapi ditahan temannya.
Rifki membuka kancing yang ada dilengan Nadhira dan melipatnya tanpa memperdulikan banyak siswa yang membicarakannya. Nadhira tidak bisa menahan air matanya, Rifki sangat terkejut ketika mengetahui bahwa pergelangan tangannya bengkak dan membiru.
"Apa yang terjadi Dhira? Apa kau terluka ketika latihan". Rifki membuka matanya lebar lebar ketika mengetahui cidera yang dialami Nadhira.
Nadhira melepaskan pegangan dari Rifki, ia tidak menjawabnya melainkan menutup kembali lengan bajunya. Ketika hendak berjalan menjauh dengan Rifki, Rifki menarik tangan kanan Nadhira dan mengajaknya untuk duduk kembali.
"Ada apa Rif?". Melihat Nadhira menangis, Susi menanyakannya pada Rifki
Rifki tidak menjawab melainkan menarik tangan kiri Nadhira, dan membuka lengan bajunya kembali dan memperlihatkan cidera yang cukup parah sehingga membengkak dan berubah warna menjadi biru.
"Aku sudah curiga dari tadi, dan lihat Nadhira mengalami cidera seperti ini".
Susi dan Bayu sangat terkerjut ketika melihat pergelangan tangan Nadhira. Nadhira hanya diam membisu dan sesekali airmatanya menetes, rasa sakit terus menjalar di sekujur tangan kirinya. Rifki mengusap airmata tersebut dan mengatakan kepadanya
"Tahan sebentar pasti ini akan terasa sakit, tapi setelahnya akan merasa enakan daripada sebelumnya". Ucap Rifki serius kepada Nadhira, Rifki menatap kedua mata Nadhira. Nadhira yang ditatap seperti itu langsung mengusap air matanya.
"Akh... Akh... ".
Nadhira merintih kesakitan ketika Rifki memulai memijat tangannya. Rifki tidak tega melihat Nadhira kesakitan seperti itu, tetapi ia harus melakukannya jika tidak cidera yang dialami oleh Nadhira akan semakin parah.
Rifki meminta Bayu untuk mengambilkan salep urut di UKS, Bayu segera melaksanakan perintah Rifki dan ia berlari sekuat tenaga untuk pergi ke UKS.
"Dhira ini pasti sakit, tahan sebentar ya, apa yang terjadi padamu? Seingatku kemarin kamu baik baik saja ketika aku antar pulang". Rifki terus menanyakan hal yang sama berulang ulang kali.
Nadhira sama sekali tidak mau menjawab pertanyaan tersebut, Susi sendiri bingung harus bagaimana ketika melihst Nadhira kesakitan. Sementara siswa yang lainnya kembali melakukan aktifitasnya ketika mengetahui bahwa bukan Rifki yang menyakiti Nadhira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
untung masih ada teman teman yg baik😢
🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-03
0