Awal Perubahan

Pagi harinya ayah Nadhira bersiap siap mau pergi kekantor, dengan cara yang berbeda.

"Mas, tumben pake parfum? Biasanya ngak pernah, hari ini kan libur mas, mas mau kemana?". Tanya Lia yang penasaran atas perubahan suaminya.

"Apa sih Dek? Ngak papalah sekali kali pake, biar kelihatan awet muda, oh iya Mas ada urusan sama temen". Ucap suaminya yang menurut Lia sedikit kasar.

"Tumben Mas, Mas ngak ajak aku". Tanya Lia

"Ngak usah, lagian ngak ada yang bawa istrinya".

"Terserah Mas aja lah", pasrah Lia lalu bergegas keluar dari kamar.

Tak lama kemudian Rendi ikut menyusul keluar dari dalam kamar, setelah berpamitan ia bergegas keluar rumar. Hati Lia seakan akan merasa bahwa suaminya bukan lagi seperti dahulu tetapi fikiran itu segera ditepis olehnya.

Perasaannya mengatakan ada yang aneh dari suaminya, sehingga ia memutuskan untuk tidak berdebat dengannya. Agar masalah mereka tidak membesar.

Sementara pagi itu Nadhira sedang ada ditaman samping rumahnya yang sedang menyiram bunga yang ia tanam dengan mamanya beberapa hari yang lalu. Wajahnya seakan akan bercahaya melihat keindahan bunga tersebut.

Tak lama kemudian ia melihat papanya keluar dari dalam rumah hendak keluar dari rumah, ia bergegas menuju ke arah papanya dan salim pada papanya.

"Papa mau kemana? Hari ini kan hari minggu". Tanya Nadhira yang bingung dengan papanya

"Ini, Papa ada urusan dengan temen kerja". Jawabnya sambil melihat jam tangan yang menunjukkan pukul delapan.

"Ohh.. hati hati di jalan Pa". Jawabnya sambil mengangguk-angguk kepalanya.

Melihat mobil papanya yang melaju keluar gerbang, ia melambaikan tangan padanya dengan wajah berseri. Setelahnya ia pergi mencuci kaki dan langsung masuk kedalam

Ketika hendak masuk kedalam, sosok gadis kecil berambut pendek dengan tahilalat dipipi menghentikan langkahnya, dan mengajaknya duduk ditaman samping rumah Nadhira. Gadis itu adalah Susi

"Gimana Dhira? Nanti jadi kan?". Tanya Susi setelah mereka sampai dan duduk disalah satu bangku taman.

"Maaf ya Si, mama ku ngak ngizinin, kalo aku memaksa nanti Mama marah kayak waktu dulu". Jawab Nadhira dengan wajah yang sedih.

"Yah.. ngak jadi deh, yaudahlah aku mau pulang dulu, sekalian memberi tahu teman teman yang lainnya", Balas Susi yang hendak berdiri dari tempat duduknya.

"Eh.. tunggu dulu, ngak mau main dulu disini?"

"Lain kali aja ya Dhir, nanti aku ajak teman teman yang lainnya juga"

"Yaudah deh terserah mu saja"

*****

Setelah mobil Rendi melaju keluar gerbang, beberapa meter kemudian mobilnya berbelok kearah yang berbeda dari arah kantor seperti biasanya.

Tak lama kemudian berhenti tepat didepan sebuah rumah yang sederhana, sosok wanita tinggi langsing, dengan bibir merah merona keluar dari dalam rumah dan menuju ke mobil Rendi.

"Maaf ya sayang, kamu pasti sudah lama menunggu". Sapa Rendi kepada wanita tersebut.

"Emm.. lain kali jangan di ulang i lagi, bosen tau nunggu lama". Jawab wanita tersebut dengan cemberut.

"Iya iya, lain kali aku akan tepat waktu"

Mereka pun memasuki mobil tersebut dan bergegas melajukan mobilnya. sejak wanita itu masuk ke perusahaan, ia berhasil mengambil dua puluh persen perasaan Rendi dari istrinya.

Bukan hanya penghasilan Rendi yang jauh lebih banyak darinya, tetapi juga sosok Rendi yang menawan dan tampan membuatnya tergila gila kepada Rendi.

Sedangkan suaminya sendiri tidak berpenghasilan, suaminya setiap hari selalu membersihkan rumah, cuci baju, setlika,masak dan lain lain.

*****

Rendi malam ini pulang sangat larut, sehingga Nadhira tertidur sebelum Rendi pulang. Nadhira tidur begitu nyenyak dikamarnya dengan wajah yang begitu tenang dan damai.

"Mas, kenapa kamu baru pulang? Ngak ngehubungin aku lagi? Kamu dari mana?". Tanya Lia secara beruntun ketika melihat suaminya masuk kedalam rumah.

"BERISIK, NGAK TAU APA AKU CAPEK". Bentak Rendi, yang sukses membangunkan Nadhira dari tidurnya.

"Mas, kenapa kamu makin kasar, ada apa dengan mu? ngak biasa kamu begitu". Tanya Lia dengan air mata berlinang karena bentak an suaminya.

"NGAK USAH LEBAY". Emosinya makin memuncak.

Plak..Duak...

Rendi memukul Lia hingga terbentur tembok dan darah mengalir dari plipis Lia, dan membuat Lia terduduk dilantai sambil memegangi plipisnya.

"Akh.. sakit akh Ma akh s". Ucap lemah Lia, yang memegangi plipisnya yang berdarah.

Rendi hanya melihat sekilas tubuh Lia, dan melanjutkan masuk kedalam kamarnya tanpa memperdulikan Lia yang lemas dilantai.

"Mama!!". Teriak Nadhira melihat mamanya dilantai dan plipis mamanya bersarah.

Ia langsung berlari kearah mamanya dan melihat luka diplipis mamanya

"Apa yang terjadi dengan Mama?".

Nadhira bingung harus melakukan apa, dia memutuskan untuk menemui papanya dan meminta tolong papanya karena kepala Mamanya berdarah, tetapi niat itu dihentikan oleh mamanya.

"Mama ngak papa kok Nak, mama bisa sendiri, kamu kembali lah tidur ini udah larut malam, besok kamu bangun kesiangan lo, yaudah Mama masuk dulu". Setelah mengucapkan itu, Lia bergegas masuk kekamarnya dan menuju kamar mandi.

"Apa yang terjadi dengan Mama? kok bisa sampai berdarah seperti itu". Ucap Nadhira yang pandangannya tertuju pada lantai yang terdapat setetes darah.

Suasana rumah itu kembali sunyi seperti sebelumnya, Nadhira hanya memutuskan untuk kembali kekamarnya, meskipun perasaannya masih merasa penasaran tentang apa yang terjadi.

*****

Pagi harinya suasana masih sunyi seperti semalam hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang saling bertemu dimeja makan, tanpa ada yang berbicara diantara mereka bertiga.

"Ma? Pa?". Ucap Nadhira dengan pelan

"Hm.." hanya deheman saja

"Ayo berangkat Dhir" ajak papanya

"Baik Pa, Dhira mau ambil tas dulu".

Setelah buru buru mengambil tasnya Nadhira segera bergegas menuju bagasi rumahnya dan menaiki mobil Papanya setelah pamit dengan Mamanya.

Sampainya disekolah Nadhira diturunkan didepan gerbang sekolahnya, tetapi setelah mobil berhenti Nadhira tidak segera turun.

"Ada apa?". Tanya papanya.

"Ngak ada apa apa Pa" Ucap Nadhira

Ia tersadar dalam lamunannya, dan segera bergegas keluar dari mobil. Setelah Nadhira keluar dari mobil ia langsung berlari masuk kedalam sekolah tanpa berpamitan kepada Papanya.

Kejadian semalam masih membekas didalam fikirannya, apalagi tentang teriakan Papanya yang sempat membangunkannya dengan tiba tiba, ia dikejutkan dengan Mamanya yang duduk dilantai dengan memegangi kepalanya.

"Dhira? Kamu ngak papa". Tanya Rifki yang melihat Nadhira termenung, dan menepuk pundak Nadhira.

"Ah... Aku ngak papa kok Rif". Jawab Nadhira sambil mengeleng gelengkan kepalanya.

"Dari tadi dipanggilin ngak merespon, kamu kenapa? Apa ada masalah? Kalau ada masalah cerita kekita dong Dhira, atau apa kamu sakit? Mana yang sakit?". Tanya Susi beruntun sampai membuat Nadhira kebingungan.

Melihat teman temannya kebingungan, Nadhira hanya menyahutinya dengan senyum canggung, dan tanpa bisa berkata kata, tubuhnya memang ada disini tapi jiwanya entah pergi kemana.

Sikap Nadhira perlahan lahan menjadi sedikit pendiam, entah apa yang ia rasakan saat ini, entah apa yang ia fikirkan, ia hanya mampu menanggapinya dengan senyum yang menipu.

Waktu istirahat pun tiba, anak anak saling berebut untuk membeli makanan, bahkan ada yang membawa bekal kesekolah. teman teman Nadhira juga ikut kekantin, sedangkan Nadhira memilih untuk pergi keperpustakaan.

Suasana yang sunyi dalam perpustakaan membawa kenyamanan untuk membaca sebuah buku,dia harus belajar dengan giat karena akan menghadapi ujian kenaikan kelas beberapa minggu lagi.

Tetapi fokusnya untuk belajar teralihkan kepada hal yang terjadi dikeluarganya.

"Dhira!" Panggil seseorang

Nadhira menoleh kearah suara yang baru saja memanggilnya, sosok wanita dewasa dengan jilbab berwarna hitam yang panjang sedang berjalan kearahnya.

"Ada apa Bu?" Tanya Nadhira kepadanya

"Kamu kok melamun sendiri disini sih? Ada masalah apa?". Tanya orang itu

"Apakah setiap suami istri itu saling bertengkar Bu? Kenapa Papa dan Mama tadi malam bertengkar?". Tanya Nadhira dengan polosnya

Mereka berdua diam dan saling berpandangan, wanita itu bingung harus menjelaskan bagaimana kepada Nadhira, sedangkan Nadhira setia menunggu jawaban dari wanita tersebut.

"Apa Nadhira punya adik? Atau adik keponakan?"

"Punya bu"

"Apa Nadhira pernah bertengkar dengan adik Nadhira?"

"Pernah bu,tapi habis bertengkar selalu maaf maafan"

"Nah begitu juga Papa dan Mama Nadhira, pasti cepat atau lambat mereka akan maaf maafan lagi, Nadhira ngak boleh sedih ya, habis ini kan mau naik kelas 4"

Nadhira tersenyum begitu mendengar penjelasan dari wanita tersebut, berarti Papa dan Mamanya nanti akan maaf maafan lagi pikirnya.

*****

Berhati hari kemudian apa yang diucapkan oleh wanita tersebut terjadi, papa dan mama Nadhira kembali saling bermaaf maafan jadi mereka berteman lagi.

Ujian kenaikan kelas pun mampu dilalui oleh Nadhira dengan lancar dan berhasil menduduki pringkat 2, karena kejadian waktu itu membuat sedikit kemunduran dalam prestasi Nadhira.

Sekarang Nadhira telah resmi menduduki bangku kelas 4 Sekolah Dasar dan teman temannya.

Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka berempat, mereka adalah sahabat Nadhira sejak kecil. Untuk merayakan keberhasilan mereka, mereka belajar memasak dihalaman rumah Nadhira.

Mama Nadhira juga ikut membantu untuk memasak, dan menjelaskan nama nama bumbu yang akan dipakai sesuai masakan yang akan mereka buat.

Setelah selesai makan mereka saling bercanda, suasana ramai dirumah Nadhira membuat Nadhira sangat bahagia. Bahkan ia ingin terus merasakan momen seperti ini.

Disatu sisi Papa Nadhira yang mendengarkan gelak tawa mereka merasa darahnya naik dan ingin sekali memarahi mereka, namun masih mampu untuk ditahannya.

Setelah acara itu selesai, Nadhira dan mamanya bekerja sama untuk membersihkan bekas acara itu, setelahnya Nadhira bergegas menuju kamarnya. Diperjalanan papa Nadhira menghentikan langkahnya.

"Dhira, papa ngak suka ya kamu bawa bawa temen kamu main kesini". Ucapnya sambil menatap Nadhira dengan tajam.

"Memang ada apa Pa? biasanya juga begitu ketika aku naik kelas". Jawab Nadhira yang kebingungan.

"POKOKNYA PAPA NGAK SUKA YA NGAK SUKA, NGAK USAH BAWA BAWA MEREKA KEMARI". Bentak Papanya.

"Ada apa Mas"

Kebetulan Lia sedang berada tidak jauh dari Nadhira, melihat anaknya dibentak oleh suaminya, ada sedikit rasa sakit hati dihatinya. Nadhira yang melihat Mamanya segera berlari kearahnya dan memeluk Mamanya.

Terdengar isak tangis dari Nadhira ditelinga mamanya, Nadhira sangat ketakutan karena baru pertama kali papanya tega membentaknya hanya karena temannya main kerumahnya.

"Nadhira masih kecil Mas jangan bentak dia seperti itu".

Tanpa memperdulikan perkataan yang dilontarkan oleh Lia, Rendi segera pergi kekamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Terpopuler

Comments

Bintang Samudra

Bintang Samudra

ada apa mas

2023-01-09

0

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

dasar pelakor😤 bikin anak istri yg gk tau apa apa jadi korban KDrt

🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️

2022-03-02

1

Camut gemoy

Camut gemoy

memang ya pria. kalau udah punya yang lain kerjaan nya marah terus😡

2022-01-09

1

lihat semua
Episodes
1 Nadhira
2 Awal Perubahan
3 apa salahku
4 Kembali Akur
5 Teman Baru dan Musuh baru
6 Ada Yang Terbakar
7 Sang Putri dan Dua Pelayan
8 Kesalahan apa yang aku lakukan?
9 Masa lalu Rendi
10 Kabar Buruk
11 Pencarian
12 Ikhlas
13 Belajar Beladiri
14 Belajar Beladiri 2
15 Belajar Beladiri 3
16 Kenapa aku tidak boleh ikut beladiri
17 Aku merindukanmu Ma
18 Pahlawan Kesiangan
19 Raka
20 Dendam
21 Murid baru
22 Murid Baru 2
23 Kekuatan Doa
24 kau tak pantas untuk menamparku
25 Nadhira bukanlah anakku
26 Sebuah gelang tangan
27 Yang buruk belum tentu jahat
28 Penculikan
29 penculikan 2
30 Penculikan 3
31 penculikan 4
32 penculikan 5
33 penculikan 6
34 penculikan 7
35 penculikan 8
36 Masa Yang Kelam
37 Tak tertolong
38 Kembali
39 Luka tak berdarah
40 Izinkan memanggilmu Ibu
41 Siap jadi lawanmu
42 Penikmat Rasa Takut
43 Ujian Nasional
44 Ujian Nasional 2
45 Ujian Nasional 3
46 Maafkan aku
47 Pulang
48 Papa pulang
49 Kepasar
50 Kepasar 2
51 Kepasar 3
52 Kepanti asuhan
53 Mimpi yang menyeramkan
54 Ini bukan mimpi
55 Desa Mawar Merah
56 Desa Mawar Merah 2
57 Desa Mawar Merah 3
58 Desa Mawar Merah 4
59 Desa Mawar Merah 5
60 Apakah alam gaib itu ada
61 Tugasmu sudah selesai, sekarang giliranku
62 Kabar kematian
63 Dia milikku
64 Senyumanmu
65 Bagaimana hatiku?
66 Rindu
67 Janji
68 Racun untukku
69 Sebuah Surat
70 Gagal
71 Makan Bersama
72 Camping
73 Camping 2
74 Camping 3
75 Camping 4
76 Camping 5
77 Camping 6
78 Camping 7
79 Camping 8
80 Camping 9
81 Camping 10
82 Pulang Camping
83 Tuduhan
84 Apa salah dinding?
85 Adik dan Kakak
86 Penyerangan
87 Penyerangan 2
88 Penyerangan 3
89 Taruhan
90 Taruhan 2
91 Mengantar Nadhira pulang
92 Tamatlah riwayatmu
93 Permata iblis
94 Tuan Muda
95 Abriyanta Groub
96 Kepergian Aryabima
97 Pusat perhatian
98 Belanja
99 Terlalu bersemangat untuk belanja
100 Setelah makan jangan lupa bayar
101 Nyawaku sudah tidak berarti
102 pelukan yang dirindukan
103 Perhatian
104 Tatap menatap
105 Bukan ide yang bagus
106 Mimpi yang begitu nyata
107 Mimpi yang begitu nyata 2
108 Bisa mendengar
109 Keputusan tanpa persetujuan
110 Iri tanda tak mampu
111 Kerasukan
112 Sadar
113 Harga dirimu begitu rendah
114 Kekuatan membuka mata
115 Dia adalah sahabatku
116 Nadhira memiliki kakak?
117 Urus saja urusanmu sendiri
118 perampok yang dirampok
119 Kecurigaan yang muncul tiba tiba
120 Mencari pembantu
121 Berlatih bersama
122 Jalan jalan
123 Jalan jalan 2
124 Jalan jalan 3
125 Apa yang disembunyikan dariku
126 Malam yang panjang
127 Mengungkap misteri
128 Mengungkap misteri 2
129 Mengungkap misteri 3
130 Mengungkap misteri 4
131 Mengungkap misteri 5
132 Mengungkap misteri 6
133 Mengungkap misteri 7
134 Mengungkap misteri 8
135 Mengungkap misteri 9
136 Trauma
137 Sekolah Baru
138 Pembulian
139 Kembali camping
140 Menangkap seseorang
141 Mandi pagi
142 Kesurupan masal
143 Orang misterius dan Ratu iblis
144 Rifki marah?
145 Cemburu
146 Siapa atasanmu?
147 Bahayanya Pacaran
148 Bahayanya pacaran 2
149 Bahayanya pacaran 3
150 Ikan panggang
151 Acara perpisahan
152 Jangan sampai Nadhira mendengarnya
153 Pelatihan Gengcobra
154 Pelatihan Gengcobra 2
155 Pelatihan Gengcobra 3
156 Kenapa dihutan?
157 Aku menginginkan nyawa Papa
158 Kisah Pangeran Kian
159 Kisah Pangeran Kian 2
160 Kisah Pangeran Kian 3
161 Kisah Pangeran Kian 4
162 Kisah Pangeran Kian 5
163 Kisah Pangeran Kian 6
164 Kisah Pangeran Kian 7
165 Kisah Pangeran Kian 8
166 Kisah Pangeran Kian 9
167 Kisah Pangeran Kian 10
168 Kisah Pangeran Kian 11
169 Kisah Pangeran Kian 12
170 Kisah Pangeran Kian 13
171 Kisah Pangeran Kian 14
172 Kisah Pangeran Kian 15
173 Kisah Pangeran Kian 16
174 Kisah Pangeran Kian 17
175 Kisah Pangeran Kian 18
176 Kisah Pangeran Kian 19
177 Kisah Pangeran Kian 20
178 Kisah Pangeran Kian 21
179 Kisah Pangeran Kian 22
180 Kisah Pangeran Kian 23
181 Kisah Pangeran Kian 24
182 Kisah Pangeran Kian 25
183 Kisah Pangeran Kian 26
184 Kisah Pangeran Kian 27
185 Kisah Pangeran Kian 28
186 Kisah Pangeran Kian 29
187 Akhir kisah Pangeran Kian
188 Perselisihan
189 Mengenang sosok Lia
190 Kepantai
191 Jangan bertindak gegabah
192 Sebuah gaun
193 Berlibur bersama
194 Berlibur bersama 2
195 Berlibur bersama 3
196 Perpisahan
197 Perpisahan 2
198 Perpisahan 3
199 Tidak terpengaruh
200 Gerhana bulan merah
201 Memperebutkan permata
202 Memperebutkan permata 2
203 Memperebutkan permata 3
204 Memperebutkan permata 4
205 Memperebutkan permata 5
206 Menyelamatkan nyawa Nadhira
207 Makanan untuk Nadhira
208 Melakukan tugas
209 Tentang Haris
210 Nadhira kembali dan hilang ingatan
211 Hasutan
212 Nadhira melupakan segalanya
213 Senjata makan tuan
214 Aku tidak bisa beladiri
215 Tunduk dihadapan manusia?
216 Club malam
217 Nadhira mabuk?
218 Mabuknya Nadhira
219 Mabuknya Nadhira 2
220 Teman SMP
221 Maafkan Nadhira
222 Sosok misterius
223 Hanya luka kecil
224 Tukang kebun baru
225 Ulang tahun Amanda
226 Pesta berujung malapetaka
227 Pengorbanan Nadhira
228 Merebut Nadhira kembali
229 Kebenaran
230 Jangan pergi Dhira
231 Apakah aku sudah diakhirat?
232 Sisi lain Nadhira
233 Hati yang terluka
234 Rumah baru bagi Nadhira
235 Berita kecelakaan
236 Rendi kecelakaan
237 Pengorbanan yang tak dianggap
238 Sebuah foto
239 Bicara sendiri
240 Mencari tau
241 Rumah Dwija
242 Komplotan begal
243 Kasus pembegalan
244 Rumah sakit jiwa
245 Sebuah surat
246 Bercandanya ngak lucu
247 Desa Flamboyan
248 Hilangnya seorang anak
249 Malam yang sunyi
250 Semangkuk Nasehat
251 Pak Mun hilang
252 Serangan
253 Keributan dimakam keramat
254 Misteri makam keramat terbongkar
255 Terjebak
256 Kenyataan pahit
257 Kebahagiaan seluruh warga
258 Ledakan bom
259 Perayaan warga desa
260 Pulang
261 Merasa diawasi
262 Rendi datang
263 Siapa yang benar dan salah
264 Sudut pandang Rendi
265 Rencana keluar rumah diam diam
266 Lebih baik kau mati saja Dhira!
267 Aku bukan anak kandung Papa
268 Bertemu sahabat lama
269 Akhir kisah Apa Salahku Pa ( The end )
270 Informasi
Episodes

Updated 270 Episodes

1
Nadhira
2
Awal Perubahan
3
apa salahku
4
Kembali Akur
5
Teman Baru dan Musuh baru
6
Ada Yang Terbakar
7
Sang Putri dan Dua Pelayan
8
Kesalahan apa yang aku lakukan?
9
Masa lalu Rendi
10
Kabar Buruk
11
Pencarian
12
Ikhlas
13
Belajar Beladiri
14
Belajar Beladiri 2
15
Belajar Beladiri 3
16
Kenapa aku tidak boleh ikut beladiri
17
Aku merindukanmu Ma
18
Pahlawan Kesiangan
19
Raka
20
Dendam
21
Murid baru
22
Murid Baru 2
23
Kekuatan Doa
24
kau tak pantas untuk menamparku
25
Nadhira bukanlah anakku
26
Sebuah gelang tangan
27
Yang buruk belum tentu jahat
28
Penculikan
29
penculikan 2
30
Penculikan 3
31
penculikan 4
32
penculikan 5
33
penculikan 6
34
penculikan 7
35
penculikan 8
36
Masa Yang Kelam
37
Tak tertolong
38
Kembali
39
Luka tak berdarah
40
Izinkan memanggilmu Ibu
41
Siap jadi lawanmu
42
Penikmat Rasa Takut
43
Ujian Nasional
44
Ujian Nasional 2
45
Ujian Nasional 3
46
Maafkan aku
47
Pulang
48
Papa pulang
49
Kepasar
50
Kepasar 2
51
Kepasar 3
52
Kepanti asuhan
53
Mimpi yang menyeramkan
54
Ini bukan mimpi
55
Desa Mawar Merah
56
Desa Mawar Merah 2
57
Desa Mawar Merah 3
58
Desa Mawar Merah 4
59
Desa Mawar Merah 5
60
Apakah alam gaib itu ada
61
Tugasmu sudah selesai, sekarang giliranku
62
Kabar kematian
63
Dia milikku
64
Senyumanmu
65
Bagaimana hatiku?
66
Rindu
67
Janji
68
Racun untukku
69
Sebuah Surat
70
Gagal
71
Makan Bersama
72
Camping
73
Camping 2
74
Camping 3
75
Camping 4
76
Camping 5
77
Camping 6
78
Camping 7
79
Camping 8
80
Camping 9
81
Camping 10
82
Pulang Camping
83
Tuduhan
84
Apa salah dinding?
85
Adik dan Kakak
86
Penyerangan
87
Penyerangan 2
88
Penyerangan 3
89
Taruhan
90
Taruhan 2
91
Mengantar Nadhira pulang
92
Tamatlah riwayatmu
93
Permata iblis
94
Tuan Muda
95
Abriyanta Groub
96
Kepergian Aryabima
97
Pusat perhatian
98
Belanja
99
Terlalu bersemangat untuk belanja
100
Setelah makan jangan lupa bayar
101
Nyawaku sudah tidak berarti
102
pelukan yang dirindukan
103
Perhatian
104
Tatap menatap
105
Bukan ide yang bagus
106
Mimpi yang begitu nyata
107
Mimpi yang begitu nyata 2
108
Bisa mendengar
109
Keputusan tanpa persetujuan
110
Iri tanda tak mampu
111
Kerasukan
112
Sadar
113
Harga dirimu begitu rendah
114
Kekuatan membuka mata
115
Dia adalah sahabatku
116
Nadhira memiliki kakak?
117
Urus saja urusanmu sendiri
118
perampok yang dirampok
119
Kecurigaan yang muncul tiba tiba
120
Mencari pembantu
121
Berlatih bersama
122
Jalan jalan
123
Jalan jalan 2
124
Jalan jalan 3
125
Apa yang disembunyikan dariku
126
Malam yang panjang
127
Mengungkap misteri
128
Mengungkap misteri 2
129
Mengungkap misteri 3
130
Mengungkap misteri 4
131
Mengungkap misteri 5
132
Mengungkap misteri 6
133
Mengungkap misteri 7
134
Mengungkap misteri 8
135
Mengungkap misteri 9
136
Trauma
137
Sekolah Baru
138
Pembulian
139
Kembali camping
140
Menangkap seseorang
141
Mandi pagi
142
Kesurupan masal
143
Orang misterius dan Ratu iblis
144
Rifki marah?
145
Cemburu
146
Siapa atasanmu?
147
Bahayanya Pacaran
148
Bahayanya pacaran 2
149
Bahayanya pacaran 3
150
Ikan panggang
151
Acara perpisahan
152
Jangan sampai Nadhira mendengarnya
153
Pelatihan Gengcobra
154
Pelatihan Gengcobra 2
155
Pelatihan Gengcobra 3
156
Kenapa dihutan?
157
Aku menginginkan nyawa Papa
158
Kisah Pangeran Kian
159
Kisah Pangeran Kian 2
160
Kisah Pangeran Kian 3
161
Kisah Pangeran Kian 4
162
Kisah Pangeran Kian 5
163
Kisah Pangeran Kian 6
164
Kisah Pangeran Kian 7
165
Kisah Pangeran Kian 8
166
Kisah Pangeran Kian 9
167
Kisah Pangeran Kian 10
168
Kisah Pangeran Kian 11
169
Kisah Pangeran Kian 12
170
Kisah Pangeran Kian 13
171
Kisah Pangeran Kian 14
172
Kisah Pangeran Kian 15
173
Kisah Pangeran Kian 16
174
Kisah Pangeran Kian 17
175
Kisah Pangeran Kian 18
176
Kisah Pangeran Kian 19
177
Kisah Pangeran Kian 20
178
Kisah Pangeran Kian 21
179
Kisah Pangeran Kian 22
180
Kisah Pangeran Kian 23
181
Kisah Pangeran Kian 24
182
Kisah Pangeran Kian 25
183
Kisah Pangeran Kian 26
184
Kisah Pangeran Kian 27
185
Kisah Pangeran Kian 28
186
Kisah Pangeran Kian 29
187
Akhir kisah Pangeran Kian
188
Perselisihan
189
Mengenang sosok Lia
190
Kepantai
191
Jangan bertindak gegabah
192
Sebuah gaun
193
Berlibur bersama
194
Berlibur bersama 2
195
Berlibur bersama 3
196
Perpisahan
197
Perpisahan 2
198
Perpisahan 3
199
Tidak terpengaruh
200
Gerhana bulan merah
201
Memperebutkan permata
202
Memperebutkan permata 2
203
Memperebutkan permata 3
204
Memperebutkan permata 4
205
Memperebutkan permata 5
206
Menyelamatkan nyawa Nadhira
207
Makanan untuk Nadhira
208
Melakukan tugas
209
Tentang Haris
210
Nadhira kembali dan hilang ingatan
211
Hasutan
212
Nadhira melupakan segalanya
213
Senjata makan tuan
214
Aku tidak bisa beladiri
215
Tunduk dihadapan manusia?
216
Club malam
217
Nadhira mabuk?
218
Mabuknya Nadhira
219
Mabuknya Nadhira 2
220
Teman SMP
221
Maafkan Nadhira
222
Sosok misterius
223
Hanya luka kecil
224
Tukang kebun baru
225
Ulang tahun Amanda
226
Pesta berujung malapetaka
227
Pengorbanan Nadhira
228
Merebut Nadhira kembali
229
Kebenaran
230
Jangan pergi Dhira
231
Apakah aku sudah diakhirat?
232
Sisi lain Nadhira
233
Hati yang terluka
234
Rumah baru bagi Nadhira
235
Berita kecelakaan
236
Rendi kecelakaan
237
Pengorbanan yang tak dianggap
238
Sebuah foto
239
Bicara sendiri
240
Mencari tau
241
Rumah Dwija
242
Komplotan begal
243
Kasus pembegalan
244
Rumah sakit jiwa
245
Sebuah surat
246
Bercandanya ngak lucu
247
Desa Flamboyan
248
Hilangnya seorang anak
249
Malam yang sunyi
250
Semangkuk Nasehat
251
Pak Mun hilang
252
Serangan
253
Keributan dimakam keramat
254
Misteri makam keramat terbongkar
255
Terjebak
256
Kenyataan pahit
257
Kebahagiaan seluruh warga
258
Ledakan bom
259
Perayaan warga desa
260
Pulang
261
Merasa diawasi
262
Rendi datang
263
Siapa yang benar dan salah
264
Sudut pandang Rendi
265
Rencana keluar rumah diam diam
266
Lebih baik kau mati saja Dhira!
267
Aku bukan anak kandung Papa
268
Bertemu sahabat lama
269
Akhir kisah Apa Salahku Pa ( The end )
270
Informasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!