Pagi harinya ayah Nadhira bersiap siap mau pergi kekantor, dengan cara yang berbeda.
"Mas, tumben pake parfum? Biasanya ngak pernah, hari ini kan libur mas, mas mau kemana?". Tanya Lia yang penasaran atas perubahan suaminya.
"Apa sih Dek? Ngak papalah sekali kali pake, biar kelihatan awet muda, oh iya Mas ada urusan sama temen". Ucap suaminya yang menurut Lia sedikit kasar.
"Tumben Mas, Mas ngak ajak aku". Tanya Lia
"Ngak usah, lagian ngak ada yang bawa istrinya".
"Terserah Mas aja lah", pasrah Lia lalu bergegas keluar dari kamar.
Tak lama kemudian Rendi ikut menyusul keluar dari dalam kamar, setelah berpamitan ia bergegas keluar rumar. Hati Lia seakan akan merasa bahwa suaminya bukan lagi seperti dahulu tetapi fikiran itu segera ditepis olehnya.
Perasaannya mengatakan ada yang aneh dari suaminya, sehingga ia memutuskan untuk tidak berdebat dengannya. Agar masalah mereka tidak membesar.
Sementara pagi itu Nadhira sedang ada ditaman samping rumahnya yang sedang menyiram bunga yang ia tanam dengan mamanya beberapa hari yang lalu. Wajahnya seakan akan bercahaya melihat keindahan bunga tersebut.
Tak lama kemudian ia melihat papanya keluar dari dalam rumah hendak keluar dari rumah, ia bergegas menuju ke arah papanya dan salim pada papanya.
"Papa mau kemana? Hari ini kan hari minggu". Tanya Nadhira yang bingung dengan papanya
"Ini, Papa ada urusan dengan temen kerja". Jawabnya sambil melihat jam tangan yang menunjukkan pukul delapan.
"Ohh.. hati hati di jalan Pa". Jawabnya sambil mengangguk-angguk kepalanya.
Melihat mobil papanya yang melaju keluar gerbang, ia melambaikan tangan padanya dengan wajah berseri. Setelahnya ia pergi mencuci kaki dan langsung masuk kedalam
Ketika hendak masuk kedalam, sosok gadis kecil berambut pendek dengan tahilalat dipipi menghentikan langkahnya, dan mengajaknya duduk ditaman samping rumah Nadhira. Gadis itu adalah Susi
"Gimana Dhira? Nanti jadi kan?". Tanya Susi setelah mereka sampai dan duduk disalah satu bangku taman.
"Maaf ya Si, mama ku ngak ngizinin, kalo aku memaksa nanti Mama marah kayak waktu dulu". Jawab Nadhira dengan wajah yang sedih.
"Yah.. ngak jadi deh, yaudahlah aku mau pulang dulu, sekalian memberi tahu teman teman yang lainnya", Balas Susi yang hendak berdiri dari tempat duduknya.
"Eh.. tunggu dulu, ngak mau main dulu disini?"
"Lain kali aja ya Dhir, nanti aku ajak teman teman yang lainnya juga"
"Yaudah deh terserah mu saja"
*****
Setelah mobil Rendi melaju keluar gerbang, beberapa meter kemudian mobilnya berbelok kearah yang berbeda dari arah kantor seperti biasanya.
Tak lama kemudian berhenti tepat didepan sebuah rumah yang sederhana, sosok wanita tinggi langsing, dengan bibir merah merona keluar dari dalam rumah dan menuju ke mobil Rendi.
"Maaf ya sayang, kamu pasti sudah lama menunggu". Sapa Rendi kepada wanita tersebut.
"Emm.. lain kali jangan di ulang i lagi, bosen tau nunggu lama". Jawab wanita tersebut dengan cemberut.
"Iya iya, lain kali aku akan tepat waktu"
Mereka pun memasuki mobil tersebut dan bergegas melajukan mobilnya. sejak wanita itu masuk ke perusahaan, ia berhasil mengambil dua puluh persen perasaan Rendi dari istrinya.
Bukan hanya penghasilan Rendi yang jauh lebih banyak darinya, tetapi juga sosok Rendi yang menawan dan tampan membuatnya tergila gila kepada Rendi.
Sedangkan suaminya sendiri tidak berpenghasilan, suaminya setiap hari selalu membersihkan rumah, cuci baju, setlika,masak dan lain lain.
*****
Rendi malam ini pulang sangat larut, sehingga Nadhira tertidur sebelum Rendi pulang. Nadhira tidur begitu nyenyak dikamarnya dengan wajah yang begitu tenang dan damai.
"Mas, kenapa kamu baru pulang? Ngak ngehubungin aku lagi? Kamu dari mana?". Tanya Lia secara beruntun ketika melihat suaminya masuk kedalam rumah.
"BERISIK, NGAK TAU APA AKU CAPEK". Bentak Rendi, yang sukses membangunkan Nadhira dari tidurnya.
"Mas, kenapa kamu makin kasar, ada apa dengan mu? ngak biasa kamu begitu". Tanya Lia dengan air mata berlinang karena bentak an suaminya.
"NGAK USAH LEBAY". Emosinya makin memuncak.
Plak..Duak...
Rendi memukul Lia hingga terbentur tembok dan darah mengalir dari plipis Lia, dan membuat Lia terduduk dilantai sambil memegangi plipisnya.
"Akh.. sakit akh Ma akh s". Ucap lemah Lia, yang memegangi plipisnya yang berdarah.
Rendi hanya melihat sekilas tubuh Lia, dan melanjutkan masuk kedalam kamarnya tanpa memperdulikan Lia yang lemas dilantai.
"Mama!!". Teriak Nadhira melihat mamanya dilantai dan plipis mamanya bersarah.
Ia langsung berlari kearah mamanya dan melihat luka diplipis mamanya
"Apa yang terjadi dengan Mama?".
Nadhira bingung harus melakukan apa, dia memutuskan untuk menemui papanya dan meminta tolong papanya karena kepala Mamanya berdarah, tetapi niat itu dihentikan oleh mamanya.
"Mama ngak papa kok Nak, mama bisa sendiri, kamu kembali lah tidur ini udah larut malam, besok kamu bangun kesiangan lo, yaudah Mama masuk dulu". Setelah mengucapkan itu, Lia bergegas masuk kekamarnya dan menuju kamar mandi.
"Apa yang terjadi dengan Mama? kok bisa sampai berdarah seperti itu". Ucap Nadhira yang pandangannya tertuju pada lantai yang terdapat setetes darah.
Suasana rumah itu kembali sunyi seperti sebelumnya, Nadhira hanya memutuskan untuk kembali kekamarnya, meskipun perasaannya masih merasa penasaran tentang apa yang terjadi.
*****
Pagi harinya suasana masih sunyi seperti semalam hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang saling bertemu dimeja makan, tanpa ada yang berbicara diantara mereka bertiga.
"Ma? Pa?". Ucap Nadhira dengan pelan
"Hm.." hanya deheman saja
"Ayo berangkat Dhir" ajak papanya
"Baik Pa, Dhira mau ambil tas dulu".
Setelah buru buru mengambil tasnya Nadhira segera bergegas menuju bagasi rumahnya dan menaiki mobil Papanya setelah pamit dengan Mamanya.
Sampainya disekolah Nadhira diturunkan didepan gerbang sekolahnya, tetapi setelah mobil berhenti Nadhira tidak segera turun.
"Ada apa?". Tanya papanya.
"Ngak ada apa apa Pa" Ucap Nadhira
Ia tersadar dalam lamunannya, dan segera bergegas keluar dari mobil. Setelah Nadhira keluar dari mobil ia langsung berlari masuk kedalam sekolah tanpa berpamitan kepada Papanya.
Kejadian semalam masih membekas didalam fikirannya, apalagi tentang teriakan Papanya yang sempat membangunkannya dengan tiba tiba, ia dikejutkan dengan Mamanya yang duduk dilantai dengan memegangi kepalanya.
"Dhira? Kamu ngak papa". Tanya Rifki yang melihat Nadhira termenung, dan menepuk pundak Nadhira.
"Ah... Aku ngak papa kok Rif". Jawab Nadhira sambil mengeleng gelengkan kepalanya.
"Dari tadi dipanggilin ngak merespon, kamu kenapa? Apa ada masalah? Kalau ada masalah cerita kekita dong Dhira, atau apa kamu sakit? Mana yang sakit?". Tanya Susi beruntun sampai membuat Nadhira kebingungan.
Melihat teman temannya kebingungan, Nadhira hanya menyahutinya dengan senyum canggung, dan tanpa bisa berkata kata, tubuhnya memang ada disini tapi jiwanya entah pergi kemana.
Sikap Nadhira perlahan lahan menjadi sedikit pendiam, entah apa yang ia rasakan saat ini, entah apa yang ia fikirkan, ia hanya mampu menanggapinya dengan senyum yang menipu.
Waktu istirahat pun tiba, anak anak saling berebut untuk membeli makanan, bahkan ada yang membawa bekal kesekolah. teman teman Nadhira juga ikut kekantin, sedangkan Nadhira memilih untuk pergi keperpustakaan.
Suasana yang sunyi dalam perpustakaan membawa kenyamanan untuk membaca sebuah buku,dia harus belajar dengan giat karena akan menghadapi ujian kenaikan kelas beberapa minggu lagi.
Tetapi fokusnya untuk belajar teralihkan kepada hal yang terjadi dikeluarganya.
"Dhira!" Panggil seseorang
Nadhira menoleh kearah suara yang baru saja memanggilnya, sosok wanita dewasa dengan jilbab berwarna hitam yang panjang sedang berjalan kearahnya.
"Ada apa Bu?" Tanya Nadhira kepadanya
"Kamu kok melamun sendiri disini sih? Ada masalah apa?". Tanya orang itu
"Apakah setiap suami istri itu saling bertengkar Bu? Kenapa Papa dan Mama tadi malam bertengkar?". Tanya Nadhira dengan polosnya
Mereka berdua diam dan saling berpandangan, wanita itu bingung harus menjelaskan bagaimana kepada Nadhira, sedangkan Nadhira setia menunggu jawaban dari wanita tersebut.
"Apa Nadhira punya adik? Atau adik keponakan?"
"Punya bu"
"Apa Nadhira pernah bertengkar dengan adik Nadhira?"
"Pernah bu,tapi habis bertengkar selalu maaf maafan"
"Nah begitu juga Papa dan Mama Nadhira, pasti cepat atau lambat mereka akan maaf maafan lagi, Nadhira ngak boleh sedih ya, habis ini kan mau naik kelas 4"
Nadhira tersenyum begitu mendengar penjelasan dari wanita tersebut, berarti Papa dan Mamanya nanti akan maaf maafan lagi pikirnya.
*****
Berhati hari kemudian apa yang diucapkan oleh wanita tersebut terjadi, papa dan mama Nadhira kembali saling bermaaf maafan jadi mereka berteman lagi.
Ujian kenaikan kelas pun mampu dilalui oleh Nadhira dengan lancar dan berhasil menduduki pringkat 2, karena kejadian waktu itu membuat sedikit kemunduran dalam prestasi Nadhira.
Sekarang Nadhira telah resmi menduduki bangku kelas 4 Sekolah Dasar dan teman temannya.
Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka berempat, mereka adalah sahabat Nadhira sejak kecil. Untuk merayakan keberhasilan mereka, mereka belajar memasak dihalaman rumah Nadhira.
Mama Nadhira juga ikut membantu untuk memasak, dan menjelaskan nama nama bumbu yang akan dipakai sesuai masakan yang akan mereka buat.
Setelah selesai makan mereka saling bercanda, suasana ramai dirumah Nadhira membuat Nadhira sangat bahagia. Bahkan ia ingin terus merasakan momen seperti ini.
Disatu sisi Papa Nadhira yang mendengarkan gelak tawa mereka merasa darahnya naik dan ingin sekali memarahi mereka, namun masih mampu untuk ditahannya.
Setelah acara itu selesai, Nadhira dan mamanya bekerja sama untuk membersihkan bekas acara itu, setelahnya Nadhira bergegas menuju kamarnya. Diperjalanan papa Nadhira menghentikan langkahnya.
"Dhira, papa ngak suka ya kamu bawa bawa temen kamu main kesini". Ucapnya sambil menatap Nadhira dengan tajam.
"Memang ada apa Pa? biasanya juga begitu ketika aku naik kelas". Jawab Nadhira yang kebingungan.
"POKOKNYA PAPA NGAK SUKA YA NGAK SUKA, NGAK USAH BAWA BAWA MEREKA KEMARI". Bentak Papanya.
"Ada apa Mas"
Kebetulan Lia sedang berada tidak jauh dari Nadhira, melihat anaknya dibentak oleh suaminya, ada sedikit rasa sakit hati dihatinya. Nadhira yang melihat Mamanya segera berlari kearahnya dan memeluk Mamanya.
Terdengar isak tangis dari Nadhira ditelinga mamanya, Nadhira sangat ketakutan karena baru pertama kali papanya tega membentaknya hanya karena temannya main kerumahnya.
"Nadhira masih kecil Mas jangan bentak dia seperti itu".
Tanpa memperdulikan perkataan yang dilontarkan oleh Lia, Rendi segera pergi kekamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Bintang Samudra
ada apa mas
2023-01-09
0
💮Aroe🌸
dasar pelakor😤 bikin anak istri yg gk tau apa apa jadi korban KDrt
🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-02
1
Camut gemoy
memang ya pria. kalau udah punya yang lain kerjaan nya marah terus😡
2022-01-09
1