Pelukan gadis itu terasa hangat dan mampu meluluhkan kemarahan Nadhira. Nadhira terduduk dilantai dan menangis sejadi jadinya, gadis itu terus memeluk Nadhira.
"Tenang Dhira, aku tau perasaanmu, kita semua merasa kehilangan, Nadhira harus ikhlas, kita semua berharap mama baik baik saja". Ucap gadis itu.
Gadis yang memeluk Nadhira adalah kakaknya Nandhita, ia mendapat kabar kalau mobil papanya yang dikemudi oleh mamanya masuk kedalam jurang.
Sampai sekarang tim pencari belum juga menemukan keberadaan mamanya. Mendengar hal itu ia buru buru pergi kerumahnya dan memastikan keadaan adiknya baik baik saja.
Nandhita tidak bisa menghentikan airmata yang mengalir dipipinya, tetapi ia harus tegar dihadapan adiknya untuk menjadi penguat Nadhira.
"Kak, mama dimana? Mama baik baik saja kan? Mama pasti pulang kan?......" Pertanyaan Nadhira sambil berlutut dilantai.
"Mama pasti pulang! Mama harus pulang, kita semua butuh mama".
"Kak, tadi Dhira bermimpi mama hanyut dalam air, dan tenggelam, Nadhira takut kak, Nadhira takut mama kenapa kenapa".
Bagai disambar petir, mendengar ucapan Nadhira barusan, membuat nafas Nandhita semakin berat, detak jantungnya semakin cepat, ia berharap bahwa hal itu tidak akan terjadi, ia berharap mamanya akan baik baik saja.
Kedua mata Nadhira memerah dan bengkak karena menangis , rambut yang biasanya rapi sekarang menjadi acak acakan. Semua orang yang ada dirumah tersebut hanya bisa menatap keduanya dalam diam, begitu juga teman temannya.
"Aku tau ini berat bagi dhira, kita harus melakukan sesuatu". Bisik Susi kepada Rifki dan Bayu.
"Kita akan melakukan sesuatu, tapi bukan saat ini". Ucap Bayu
"Bayu benar, untuk saat ini, biarkan kak Dhita yang mengurus Nadhira"
Mereka bertiga pun kembali diam dan pandangan mereka kembali kepada sosok Nadhira yang terduduk dilantai rumahnya. Ketika Nadhira mulai tenang, Susi menyodorkan sebuah gelas yang berisi air putih pada Nandhita.
Nandhita segera menerima gelas tersebut.
"Dek diminum dulu, biar tenang".
Nadhira meminum air tersebut dengan dibantu oleh Nandhita.
****
"Gimana pak?"
"Maaf pak, kami belum juga menemukannya"
"Cari lagi, mungkin masih ada disekitar sini"
"Baik pak"
Terlihat puluhan orang sedang menyusuri sungai yang menjadi lokasi kecelakaan tersebut, sudah 2 hari mereka mencari tanpa henti, tapi mereka belum menemukan keberadaan Lia.
Mereka mulai memperluas wilayah yang akan mereka telusuri, tetapi belum juga menemukan tanda tanda tanda bagian tubuh Lia. Mereka menduga bahwa tubuh Lia hancur karena ledakan dari mobil tersebut.
Terlihat banyak berkas darah dikursi mobil yang ia naiki, kemungkinan besar Lia sudah tidak terselamatkan, tubuhnya juga terbawa oleh arus sungai.
"Pak!! Pak!!"
Nampak salah satu mencari berteriak kepada pemimpin mereka, pemimpin mereka yang mendengarkan teriakan tersebut segera mendayung prahu yang ia pakai menuju kearah salah satu anak buahnya.
"Ada apa?"
Beberapa saat kemudian, pemimpin tersebut berjalan kearah dimana suami korban berada, dan menunjukkan sesuatu kepada Rendi.
"Pak! Apakah istri anda memakai jaket ini, tim kami menemukannya disungai yang berjarak sekitar 500 meter dari sini".
Pemimpin tersebut memberikan jaket yang ia temukan kepada Rendi untuk diperiksanya.Rendi mengingat jelas jaket tersebut, jaket tersebut adalah pemberiannya pada waktu kelahiran anak kedua mereka.
"Benar pak, ini jaket milik istri saya"
"Kalau begitu kemungkinan istri bapak hanyut beratus ratus meter dari sini".
Mendengar ucapan dari pemimpin tersebut membuat Rendi terdiam, jikalau ia tidak mempertemukan Sena dan Lia saat itu, Lia tidak akan mengalami hal ini. Mungkin saat ini Lia akan baik baik saja.
Melihat Rendi yang hanya diam dan seperti sedang melamun, pemimpin tim itu pun mulai melanjutkan tugas mereka untuk mencari jasad korban tersebut.
Beberapa jam berlalu, Rendi masih tetap duduk ditempat yang sama tetapi fikirannya entah kemana,ia baru tersadar ketika ada seseorang memanggilnya.
"Ada apa pak?" Tanya Rendi.
"Maaf pak, kami tidak bisa melanjutkan pencarian".
"KENAPA?". Bentak Rendi.
Orang yang dibentak mendadak bingung harus berbicara apa pada Rendi saat ini, mengingat cuaca buruk yang akan datang, sedangkan Rendi tidak menyadari akan hal itu.
"Maaf pak, tapi kondisinya tidak mendukung, sebentar lagi akan ada badai".
Ucapan pria itu langsung menyadarkan Rendi akan suasana yang ada disekitarnya saat ini, mendung mulai menggumpal di langit.
Akhirnya mereka pun membubarkan diri dari lokasi dan akan melanjutkan pencarian besok pagi, beberapa saat memandangi sungai tersebut, Rendi akhirnya pasrah dan kembali kerumahnya dengan diantar oleh petugas timsar.
Sesampainya Rendi dirumah ia langsung disambut oleh Nandhita, sedangkan Nadhira sudah lama tertidur karena kelelahan menangis.
"Gimana pa?"
Rendi yang mendengar pertanyaan itu hanya bisa menggelengkan kepalanya dan berjalan masuk kedalam kamarnya.
Melihat gelengan kepala papanya air matanya mulai menetes bagaikan bendungan yang sudah tidak bisa menahan arus air didalamnya.
Ia terjatuh dilantai dan memegang i kedua lututnya sambil menenggelamkan wajahnya pada kedua tangannya. Dua hari mamanya belum ditemukan juga, harapan mamanya baik baik saja hanya tinggal sepuluh persen kemungkinan.
Tak lama kemudian sosok laki laki muncul didepannya dan memegang tangan Nandhita yang sedang tertunduk lesu. Nandhita yang merasakan itu segera menoleh kepada sosok itu.
"Nandhita kamu kuat, meski ini berat kamu harus tetap tegar demi adikmu, kamu tidak boleh lemah seperti ini, aku tau ini sangat sulit, dan aku yakin kamu dan Nadhira pasti mampu melewatinya". Ucap laki laki itu lalu meninggalkan Nandhita.
Sosok itu keluar dari rumahnya, ia hanya mampu menatap punggungnya yang perlahan menghilang dari kejauhan.
"Benar, aku tidak boleh lemah, aku pasti bisa! Pasti!".
Nandhita pun bangkit dari duduknya menuju kamar dimana adiknya berada saat ini. Ia hanya tersenyum tipis menatap kearah adiknya terbaring.
Keesokan harinya Nadhira terbangun dari tidurnya, ia mendapati kakaknya tidur disampingnya. Ia tidak membangunkan kakaknya melainkan bangkit dan berjalan menuju kekamar mandi.ia berdiri tepat didepan cermin dan menemukan kelopak matanya agak membengkak.
"Apakah yang terjadi memang benar terjadi, berarti kemarin itu bukan mimpi?". Tanya Nadhira pada bayangannya dicermin kamar mandi.
Sungguh ia tidak pernah menyangka bahwa hal ini akan terjadi pada keluarganya. Nadhira berfikir ini hanyalah mimpi yang sangat buruk baginya, tak terasa air matanya menetes dan berteriak histeris.
Nandhita yang mendengar teriakan tersebut segera membuka mata dan mencari sosok Nadhira yang sudah tidak ada disebelahnya, ia segera bergegas ke sumber suara tersebut.
Sesampai ia dikamar mandi ia menemukan Nadhira yang sedang berlutut didekat kaca kamar mandi, ia bergegas untuk mendatangi Nadhira.
"Ada apa dek? Apa yang terjadi?" Tanya Nandhita.
"Apakah hiks... Ini benar benar terjadi hiks hiks..."
"Maksud kamu apa dek?"
"Mama... Hiks hiks hiks"
"Kamu tenang dulu dek, berdoa saja bahwa mama baik baik saja"
"Tapi kak hiks.. mimpi itu benar benar seperti nyata hiks.. mama tenggelam didepan mata kepalaku sendiri hiks.. hiks.."
Nandhita memeluk adiknya dengan erat seolah olah takut kehilangan adiknya tersebut, jika Nadhira terus terusan seperti ini, ia takut mental Nadhira akan tidak kuat menahan ini semua, dan berakhir kehilangan semangat hidupnya.
Nandhita mencoba untuk menghibur Nadhira, meskipun semua usahanya gagal untuk menciptakan senyum diwajah Nadhira, wajah yang semula selalu menampakkan senyum, sekarang wajah tersebut seakan akan hilang berganti dengan derasnya air mata yang mengalir.
Nadhira terus memaksa meminta diantar kelokasi mamanya kecelakaan, ia ingin mencari mamanya. Nandhita yang tidak punya pilihan lain terpaksa harus mengantarnya kelokasi tersebut.
Nandhita dan Nadhira berangkat bersama papanya kelokasi tersebut. Setelah beberapa jam perjalanan mereka akhirnya sampai dipost tim pencari.
Nadhira segera turun dari mobil dan berlari ketepi sungai, Nandhita yang mengetahui hal tersebut langsung mengejarnya takut adiknya akan nekat, nyatanya Nadhira berlutut ditepi sungai tersebut.
"Mama,, maafkan aku hiks.. hiks.. hiks... Mama... Kita akan bertemu lagi hiks.. hiks..."
Mendengar ucapan Nadhira, Nandhita segera memeluk adiknya, Nandhita berfikir Nadhira akan meloncat ke sungai ketika mendengar kata kata terakhir yang Nadhira ucapkan.
Nadhira bangkit dari duduknya dan mencoba melepaskan pegangan tangan Nandhita. Tetapi Nandhita tidak mau melepaskannya.
"lepaskan kak, lepaskan". Berontak Nadhira
"Tidak dek, jangan lakukan hal yang bodoh, tenang lah dek".
"Aku bilang LEPASKAN". bentak Nadhira
"Tenangkan dirimu dek, kendalikan dirimu, jangan sampai terbawa oleh suasana dek, tenang... Kamu masih punya kakak, papa, dan juga teman teman kamu, tolong dek tenangkan dirimu, kakak ngak akan lepaskan Nadhira kalau Nadhira terus memberontak seperti ini, Nadhira tenang dulu".
Nadhira pun mencoba menenangkan diri, agar kakaknya mau melepaskannya, nafas Nadhira mulai kembali normal dan airmatanya tak lagi mengalir seperti tadi.
"Lepaskan kak"
Nandhita pun melepaskan pelukannya kepada Nadhira, sedangkan Nadhira menatap arus sungai tersebut, ia terduduk ditepi sungai. Pandangannya seolah olah telah kosong.
"Jika mama masih hidup, kembalikan mama kepadaku hiks.. hiks.. hiks... Dan jika mama sudah tiada, tolong pertemukanlah aku dengan jasadnya". Ucap Nadhira sambil menatap arus tersebut.
Beberapa saat timsar datang, mereka akan melanjutkan pencarian dihari ketiga ini, Nadhira yang melihat hal itu segera berlari kearah mereka. Ia ingin ikut mencari mamanya yang hilang, hal tersebut segera ditolak mentah mentah oleh petugas tersebut, karena mereka takut membahayakan Nadhira.
Nadhira terus memaksa ingin ikut mencari mamanya, sampai sampai ia nekat berjalan kearah tepi sungai.
"Jika kalian tidak memperbolehkan aku untuk ikut, biar aku pergi sendiri". Ucapnya yang hendak melompat kesungai.
Belum sempat Nadhira meloncat, seseorang menghentikan langkahnya dan mengizinkannya untuk ikut, tapi dengan satu syarat, Nadhira harus menurut perintahnya dan tidak boleh bertindak gegabah diatas prahu.
Nadhira segera mengangguk mendengar hal itu, lelaki tersebut langsung memakaikan pelampung dan pengaman untuk Nadhira.
Nadhira berjalan menuju prahu yang akan ia pakai untuk mencari mamanya yang hilang terbawa oleh arus sungai yang deras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
penasaran ama laki misterius, siapa ya???
🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-02
0