Lelaki tersebut terus menyerang menggunakan jurus yang ia pelajari dari beladiri tersebut. Rifki sendiri dengan mudah menangkis serangan tersebut karena ia juga mempelajari gerakan tersebut beberapa tahun yang lalu dan sering ia asah.
Lelaki itu bingung mengapa Rifki selalu bisa menangkis serangannya, padahal Rifki masih berada disiswa dasar 1, ia terus menyerang menggunakan pukulan dan tendangan.
"Gerakanmu terlalu lambat". Ucap Rifki ketika melihat tendangan yang dilontarkan oleh lawannya.
Dengan mudah ia menangkis gerakan tersebut menggunakan tangan kirinya. Yang ditangkis merasa kesakitan tetapi tetap ditahan agar tidak menjerit.
Lalaki tersebut merasa keheranan mengapa tangan lawannya bisa sekeras itu, dan ia berfikir bahwa Rifki adalah murid dari organisasi lain yang pindah keorganisasi yang ia jalankan.
"Kuda kudamu terlalu tegak, dan akan mudah untuk dijatuhkan".
Bhuk
setelah mengatakan hal itu Rifki menendang kearah kuda kuda laki laki tersebut, alhasil laki laki itu terjatuh dengan posisi terduduk sambil memegangi kaki yang ditendang oleh Rifki.
Rifki melakukan hal tersebut seakan akan tidak merasa bersalah, justru ia menikmati hal tersebut. Selama ini ia tidak pernah ikut berlatih dilapangan, melainkan latihan privat dilapangan markas miliknya.
"Seranganmu mudah terbaca"
"Tidak kusangka siswa tingkat menengah selemah ini"
Rifki terus berkomentar setiap kali ia menangkis serangan lawannya dengan mudah, hal tersebut membuat lawannya tidak bisa berfikir lebih jernih untuk menghadapi Rifki
"DIAM KAU". Bentak lelaki tersebut.
Duak..bhukk
Beberapa menit kemudian lelaki tersebut terjatuh ditengah lapangan karena tendangannya lambat dan mudah ditangkap oleh Rifki, bukan hanya itu tetapi Rifki juga melakukan gerakan bantingan.
"HENTIKAN!!!". Sosok pria paruh baya tiba tiba datang dan berada didekat pertarungan menghentikan mereka berdua.
Rifki tersenyum mendengar suara tersebut, dan langsung membalikkan badan dan memberi hormat kepada pria itu "Guru, murid memberi hormat".
Pria paruh baya tersebut tersenyum lembut kepada Rifki, setelah memandangi Rifki, pria itu segera mengalihkan pandangan kepada laki laki yang menjadi lawan Rifki.
"Kau tidak papa nak?siapa namamu?" Ucapnya kepada laki laki itu
Anak laki laki tersebut tidak mengenali sosok yang dipanggil Rifki sebagai guru. Bertahun tahun yang lalu ketika ia pertama kali mengikuti beladiri ia tidak pernah bertemu sosok tersebut ditempat latihan.
Siswa yang ada dilapangan itu tidak ada yang mengenali Rifki dan pria paruh baya tersebut memang mereka berdua tidak pernah menginjakkan kaki dilapangan tersebut, dan ini adalah pertama kali mereka menampakkan diri dilapangan yang luas.
Pada dasarnya Rifki dilatih oleh pria paruh baya itu secara privat, karena mengetahui bakat untuk menyerap ilmu yang dimiliki oleh Rifki. Pria paruh baya tersebut tidak lain adalah adik kandung dari mendiang kakeknya Rifki, Aryabima
Abiyoga memiliki dua anak laki laki yang bernama Chandra dan Aryabima. Abiyoga adalah kakek buyut dari Rifki, Ilmu waris milik Abiyoga menurun pada anak pertamanya yakni Chandra, sedangkan anak keduanya belajar beladiri dari kakaknya.
Chandra memiliki satu anak laki laki yang ia beri nama haris, haris adalah ayah dari Rifki. Chandra mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan haris dikala waktu kecil, karena banyak yang berniat jahat kepada haris.
Pernah diramalkan anak pertama dari haris akan menguasai ilmu dari Abiyoga. Hal tersebut membuat keturunan dari adik kandung Abiyoga tidak terima dan ingin membunuh haris, sedangkan Chandra mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan haris .
Haris dibesarkan dan dididik oleh Aryabima. Sebelum kematian dari Chandra, Chandra berpesan kepada Aryabima untuk menjaga dan melindungi anak serta cucunya kelak dimasa yang akan datang setelah kepergiannya untuk selamanya.
Aryabima merasa terpukul ketika melihat kematian kakak kandungnya didepan mata kepalanya. Setelah beberapa hari kematian Chandra istrinya ikut menyusul karena sakit yang ia rasakan.
Ia bertekat dalam hatinya untuk selalu melingungi dan menjaga anak dan cucu dari kakak kandung yang sangat ia sayangi, melebihi kedua orang tuanya. Bagi Aryabima, Chandra begitu berharga.
Sejak Aryabima lahir, Chandralah yang merawatnya. Sementara kedua orang tuanya, selalu memiliki masalah yang menyebabkan ia tidak pernah merasa dekat dengan kedua orang tuanya.
"Aku tidak papa hanya sedikit terasa sakit dipunggung, namaku adalah Noah".
Setelah memperkenalkan namanya Noah segera bangkit berdiri dan memberi hormat kepada Aryabima. Melihat lawannya bertunduk hormat membuatnya ikut serta untuk memberi hormat.
Aryabima tersenyum kepada laki laki tersenyum, dan berjalan kearah laki laki yang memperkenalkan namanya sebagai Noah. Aryabima menepuk pundaknya beberapa kali.
"Kau cukup berbakat anak muda, tapi ingat belajar beladiri bukan untuk disombongkan, tetapi untuk melindungi satu sama lain".
Noah hanya menunduk mendengar ucapan pria paruh baya tersebut, memang dirinya telah bersikap salah selama ini, tetapi kalah dari seorang anak yang masih berada disiswa dasar 1 adalah pukulan terhebat yang ia terima.
Noah tidak terima bahwa ia dikalahkan oleh Rifki ada rasa kebencian yang tumbuh dihatinya untuk Rifki, ia belum tau bahwa Rifkilah pemilik organisasi tersebut.
Aryabima menyuruh Rifki untuk menemuinya setelah selesai latihan, Rifki mengangguk mengiyakan perintah dari gurunya. setelahnya Aryabima pergi dari tempat tersebut.
Noah berjalan menuju barisannya, ketika melewati tempat Rifki berada ia menghentikan langkahnya. Ia menatap Rifki dari atas sampai bawah, yang ditatap hanya diam sambil tersenyum.
"Masalah kita belum selesai sampai disini". Bisik Noah kepada Rifki
"Jika kamu mau, boleh dilanjut sekarang". Balas Rifki dengan tersenyum penuh makna.
"Kau!!"
Noah mengepalkan tangannya dengan erat hingga memutih seakan akan tiada darah yang mengalir ditangannya.
Noah semakin kesal mendengar hal tersebut, dan ia memilih untuk berjalan melanjutkan pelajaran beladiri. Semua murid yang mengikuti beladiri segera berkumpul di lapangan untuk melanjutkan latihan mereka.
*****
Ditempat Nadhira dan Bayu saat ini, mereka bedua berdiri sambil bersebelahan, pandangan mereka tertuju pada sosok yang ada ditengah tengah lapangan.
"Siapa orang itu bay?"
"Aku juga tidak tau dhir, ku dengar dia adalah kakeknya Rifki, tapi aku tidak tau apa hubungannya dengan tempat beladiri ini"
"Apa pria itu memiliki hubungan dengan lelaki itu?" Tanya salah satu siswa yang mendengar percakapan antara Nadhira dan Bayu.
"Entahlah, itu bukan urusan kita, mending kita lihat saja apa yang akan terjadi". Ucap Bayu santai.
"Sepertinya Rifki bakal berada dalam masalah". Ucap Dhira
"Hahahaha... Masalah? Hahaha... Rifki adalah penyebab masalah, dimanapun ia berada selalu ada masalah Dhir". Bayu tertawa terbahak bahak ketika melihat kekhawatiran Nadhira keapda Rifki.
"Jadi laki laki tersebut yang bernama Rifki, ganteng banget keren lagi, wah calon idaman". Ucap seorang gadis yang ada disitu dengan mata berkaca kaca ketika melihat Rifki.
Entah mengapa ketika gadis tersebut menyebut Rifki sebagai calon idaman membuat hatinya sedikit sakit, dan ingin sekali memukul gadis tersebut.
"Ganteng apanya, dipasaran banyak ", batin Nadhira sambil mendengus kesal.
Nadhira melihat lelaki paruh baya yang sedang berhadapan dengan Rifki dikejauhan. Sementara Rifki menunduk memberi hormat kepada lelaki tersebut.
Jika itu adalah kakeknya Rifki mengapa aku tidak pernah melihatnya ketika bermain dirumah Rifki sebelumnya, apa mungkin rumah kakeknya dan rumah Rifki berjauhan. Pikir Nadhira
Nadhira yang melihat Rifki tersenyum merasa heran, bukankah yang membuat masalah lebih awal adalah Rifki dan membuat kakeknya sendiri yang turun tangan untuk menghentikannya. Tapi mengapa ia malah tersenyum?
Semua orang yang mendengar pria paruh baya itu meminta Rifki untuk menemuinya setelah latihan, berfikir Rifki akan mendapat hukuman karena telah membuat masalah diorganisasi yang mereka jalankan saat ini.
Noah yang menjadi lawan Rifki, ia merasa senang karena sosok tersebut membelanya. Noah juga berfikir bahwa lawannya akan mendapat hukuman karena membuat keributan ditempat latihan. Tetapi nyatanya Rifki hanya menanggapi hal tersebut dengan senyuman.
Ketika kakeknya Rifki meninggalkan lapangan, Nadhira dan Bayu mengawali untuk menuju ketengah lapangan dan diikuti oleh seluruh siswa yang ada.
Nadhira terus memperhatikan Rifki tetapi Rifki sama sekali tidak melihat kearahnya. Rifki hanya fokus menatap kedepannya yang dimana pelatih mereka berada.
Pelatih tersebut berbicara kepada Rifki dengan serius, tetapi Nadhira sama sekali tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Raut wajah Rifki juga berubah menjadi serius ketika pelatih tersebut mengucapkan beberapa kata.
"Apa yang mereka bicarakan". Batin Nadhira
Terlihat mereka bedua berbicara cukup serius, tiba tiba datang seorang laki laki yang berumur sekitar 17 tahun menuju kearah Rifki dan pelatih berada.
Pakaian yang ia pakai sedikit kotor dan sobek, terlihat Rifki memeriksa keadaan laki laki tersebut. Nadhira merasa heran, apa mungkin ini semua ada hubungannya dengan Rifki,pikirnya.
Setelah berbincang cukup lama dengan pelatih, Rifki bergegas pergi dari tempat latihan dengan tergesa gesa seakan ada masalah yang besar sedang ia hadapi.
Nadhira menatap kepergian Rifki hingga sosok Rifki tak lagi dapat ia lihat karena terhalang oleh pepohonan dan juga bangunan yang ada ditempat tersebut.
Melihat hal itu Nadhira hanya menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. Selama ini Rifki tidak pernah menceritakan apapun kepadanya, kecuali uang yang ia punya untuk membelikan buah Susi. Ketika itu Rifki begitu galau Rifki bilang itu adalah uang hasil menabungnya.
Mengingat hal itu membuat Nadhira tertawa sendiri, membayangkan wajah memelas yang Rifki munculkan diwajahnya yang tampan.
1 jam kemudian
Latihan untuk hari ini telah selesai, dan seluruh siswa diizinkan untuk kembali kerumah masing masing. Kini dipinggir lapangan hanya tersisa Bayu dan Nadhira.
"Apa kita harus menunggu Rifki?. Tanya Bayu.
"Entahlah Bay, aku khawatir akan terjadi sesuatu sama Rifki" . Nadhira terus menatap ketengah lapangan, dimana tempat itu menjadi perkelahian antara Rifki dan siswa tersebut.
"Apa yang bisa terjadi kepadaku Dhir?"
Sosok Rifki tiba tiba muncul dibelakang Nadhira, Rifki berjalan kearah mereka berdua dengan santainya sambil tersenyum karena Nadhira menghawatirkannya.
Nadhira yang mendengar suara Rifki dari belakangnya segera menoleh dan menemukan sosok Rifki yang tidak jauh darinya. Nadhira segera berlari kearah Rifki berada.
Ketika jarak mereka hanya berkisar satu langkah, tatapan keduanya bertemu, Rifki tersenyum ketika memandang wajah Nadhira.
"Katakan!! Apa yang bisa terjadi padaku?". Rifki memastikan sekali lagi apa yang ia dengar itu adalah kekhawatiran dari Nadhira.
Nadhira tidak menjawabnya melainkan memalingkan wajahnya, ia tidak lagi menatap mata Rifki seperti sebelumnya. Nadhira membuang pandangannya dari Rifki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Riskejully
lanjut kak, biar makin penasaran 😂
2022-03-03
0
💮Aroe🌸
kenapa kenapa? penasaran...
lanjut dulu🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-02
0