Bayu datang dengan tergesa gesa, ia segera duduk dan meminum minumannya setelah memberikan salep urut kepada Rifki. Rifki segera menerima salep tersebut.
"Kamu ngak alergi kan dengan ini?" Tanya Rifki.
Nadhira mengelengkan kepalanya pertanda ia tidak memiliki alergi dengan salep tersebut karena dari kecil mamanya selalu mengolesnya ketika ia merasa capek. Rifki terus memijat dan sesekali diurut, sedangkan Nadhira mengigit bibirnya menahan sakit tersebut.
Melihat Nadhira kesakitan, Rifki ingin menghentikan pemijatannya justru akan membuat Nadhira semakin sakit karena persendiannya belum kembali normal.
"Rif, pelan pelan kasihan tuh Dhira, sampai bengkak matanya, kamu punya perasaan ngak sih Rif? Kesel aku lihatnya". Omel Susi.
"Mau pelan gimana lagi Sus? Ini cideranya cukup parah, andaikan rasa sakitnya bisa dipindahkan ke aku, udah aku pindah dari tadi". Gerutu Rifki tanpa menoleh kearah Susi.
"Akh,, pelan dong Rif kasihan kan Nadhiranya".
Melihat tangan Nadhira tersentak pelan membuat Susi berteriak kesakitan, padahal yang sakit bukan dia. Justru Rifki mengerutkan dahinya ketika menyadari hal yang aneh terjadi kepada Nadhira.
"Energi apa ini, aku belum pernah merasakannya dialam gaib sekalipun" batin Rifki.
Nadhira hanya diam melihat kedua teman dekatnya saling berdebat, ia mengabaikan rasa sakit tersebut. Tanpa Nadhira sadari ia merasa nyaman karena pijatan dsri Rifki, seolah olah sakit yang ia tahan selama itu mulai menghilang.
Mereka bertiga memperhatikan tangan Nadhira, tanpa menyadari bahwa Nadhira sedang tersenyum menatap ketiganya. Meskipun tangannya masih terasa sakit tetapi ia tidak memperdulikan hal tersebut.
"Mengapa kau tersenyum? Apa sudah mendingan?". Tanya Rifki.
Rifki bertanya kepada Nadhira tanpa menoleh kearahnya, seolah olah Rifki mengetahui bahwa dirinya tengah tersenyum. Selesai mengatakan hal tersebut pandangan ketiganya segera terarah kepada Nadhira.
Nadhira berekting kesakitan ketika ketiganya memandang kearahnya, tetapi ia tidak mengeluarkan suara rintihan seperti sebelumnya.
"Coba lihat!! Apa yang kau katakan Rif, bahkan Nadhira masih kesakitan senyum dari mananya coba". Ucap Bayu.
Rifki tersenyum memandang kearah Nadhira. Senyumannya begitu hangat dan menenangkan, membuat Nadhira terpanah akan hal itu.
*****
"Ku dengar anak dari kelas lain itu membuat Nadhira cidera".
"Benarkah? bukannya mereka berdua adalah sahabat?".
"Ya kali aja, terjadi perselisihan antara keduanya, bagaimana pun sikap dan sifat itu berbeda, bahkan ada yang saling bunuh membunuh walaupun mereka keluarga maupun sahabat lama".
"Emh... Benar juga apa katamu"
Dikelas 7C banyak sekali anak anak yang membicarakan Rifki dan Nadhira tentang kejadian itu dikantin sekolah lebih tepatnya ditempat biasanya Nadhira dan sahabatnya berkumpul.
Theo tidak sengaja mendengarnya, ia mendatangi segerombol anak anak tersebut dan bertanya tentang apa yang terjadi dengan Nadhira. Ketika anak anak itu menceritakannya kepada Theo, tiba tiba ia mengebrak meja yang ada didepannya.
Nadhira disakiti sementara ia tidak tau, ini adalah kesalahan terbesar yang pernah Theo lakukan. Hubungan Theo dan Nadhira bisa dibilang hanya sebatas teman tetapi Theo menganggap Nadhira sebagai wanita yang ada dihatinya.
Tanpa menunggu kelanjutan cerita dari temannya Theo bergegas berlari kearah kantin.
Sementara dikantin Rifki terus memijat tangan kiri Nadhira, keringat seakan akan membasahi tubuhnya. Rifki merasa memijat Nadhira membuatnya sangat kelelahan, tetapi ia terus melakukan hal tersebut tanpa memikirkan kondisinya.
"Giamana Dhir? Apa sudah mendingan?". Tanya Rifki memastikan keadaan Nadhira.
"Sudah kok Rif, hanya tinggal bengkaknya saja".
"Untuk sementara waktu jangan gunakan tangan kirimu untuk hal hal yang berat, atau tidak mungkin akan semakin bertambah par.....".
Bhukk...
Sebelum Rifki melanjutkan kata katanya, Theo datang dan mendorong tubuh Rifki hingga terjatuh. Rifki sama sekali tidak melawannya karena teringat pesan kakeknya untuk menyembunyikan kemampuannya.
Dengan kasar Theo menarik tangan kiri Nadhira agar pegangan tangan Nadhira dan Rifki terlepas. Nadhira berteriak kesakitan, tangan kirinya yang tadinya mulai sembuh sekarang sakit itu terasa kembali.
"Beraninya kau menyakiti Nadhira hah!! Akan ku hajar kau sekarang juga". Bentak Theo kepada Rifki.
Nadhira ingin sekali berteriak karena tangannya semakin sakit karena pegangan tangan Theo begitu kuat Nadhira mencoba melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman tangan Theo tetapi hal itu membuat tangannya semakin sakit.
"Akh.... Lepaskan". Nadhira memukul tangan Theo berkali kali.
"Lepaskan Nadhira". Bentak Rifki ketika melihat Nadhira begitu kesakitan.
Plakkkk
Susi tiba tiba datang didepan Theo dan menamparnya dengan keras, Susi menarik tangan kanan Nadhira dan mencoba melepaskan pegangan tangan Theo.
"Lepaskan sahabatku atau tidak ....."
"Atau tidak apa hah? Kau berani dengan ku, sahabat macam apa kau tega membiarkan dia" .menunjuk kearah Rifki "menyakiti Nadhira ku".
Sebelum Susi menyelesaikan perkataannya. Theo segera memangkasnya dan menatap Susi dengan tatapan tajam, Susi yang ditatap seperti itu membuatnya mundur beberapa langkah.
"Justru kau telah menyakitiku Theo, hiks...hiks...hiks...". Tangis Nadhira.
Mendengar tangisan Nadhira ia segera melepaskan pegangannya dari pergelangan tangan Nadhira. Nadhira memegangi kuat pergelangannya, dan menjatuhkan dirinya dekat dengan Rifki.
"Kamu tidak papa Rif?". Nadhira mencoba membantu Rifki untuk bangkit menggunakan tangan kanannya.
"Aku tidak papa kok Dhir, terima masih".
"Justru aku yang harus berterima kasih kepadamu Rif, karena kamu sudah mengobati cideraku, ya walau sekarang terasa semakin sakit". Sindir Nadhira kepada Theo.
"Cidera? Apa yang terjadi denganmu Dhir?". Theo sungguh bingung tentang apa yang terjadi, dari cerita temannya disini Nadhira disakiti oleh Rifki.
"Kamu ngak berhak tau tentang hidupku Theo, sekali lagi aku bukan Nadhiramu". Nadhira menarik tangan Rifki untuk pergi dari tempat itu.
Rifki hanya diam ketika tangannya ditarik oleh Nadhira, mereka bedua pergi menjauh dari tempat tersebut, entah Nadhira akan membawa Rifki pergi kemana.
Sekarang situ tersisa 3 orang, Theo mematung karena ucapan Nadhira ada sedikit sakit hati yang Theo rasakan. Bayu dan Susi melangkah mendekatinya.
"Ck... Jika aku jadi kamu, aku ngak akan lakukan hal itu, dengan mudahnya kamu percaya dengan cerita orang? Ya begitulah jadinya teman... Hahaha" Bayu berdecak kecewa tentang sikap yang Theo lakukan
"Mau jadi pahlawan kesiangan ha? Bukannya melindunginya kau justru memperparah lukanya". Tambah Susi
Setelah mengucapkan hal tersebut, Bayu dan Susi pergi dari tempat itu dan kembali kekelasnya masing masing meninggalkan Theo yang diam mematung ditempat itu.
"Hah,, brengsekk... ". Theo mengumpat dan mengepalkan kedua tangannya. "Awas saja kau Rif, aku akan rebut Nadhira dari mu".
Nadhira membawa Rifki menuju kearah berbeda dari kelas mereka bedua, yakni kearah UKS, mereka berhenti tepat didepan pintu ruang UKS yang tertutup.
"Dhir, kenapa kita ke UKS? Apa lukamu masih terasa sakit?". Tanya Rifki khawatir kepada Nadhira.
Nadhira menggelengkan kepalanya, ia mengangkat tangan Rifki. "Akibat kejadian tadi, kamu yang terluka Rif, lebih baik segera diobati daripada infeksi".
Ketika Rifki jatuh ia teringat bahwa lengannya tergores oleh paku yang ada ditepi tempat duduk mereka, Rifki baru menyadari hal tersebut. Nadhira yang melihat tangannya terluka segera menjatuhkan tubuhnya kearah Rifki, Nadhira membantunya bangkit dan menariknya menuju UKS.
"Ini hanya luka kecil Dhir, nanti juga sembuh sendiri". Rifki melepaskan tangan Nadhira dan menyembunyikan tangannya.
"Luka kecil? Tidak tidak.. itu luka besar, jangan membantah". Nadhira menarik tangan Rifki untuk masuk keruangan UKS.
Nadhira mengobati Rifki dengan pelan, dan sesekali Nadhira berteriak kesakitan ketika menempelkan obat ke lengan Rifki. Rifki tertawa melihat tingkah Nadhira, sedangkan Nadhira tidak memperdulikan tawa tersebut.
"Uhh... ". Tiba tiba Nadhira memegang pergelangannya
Rifki melebarkan kedua matanya, dengan cemas segera memegang pergelangan tangannya. Rifki sangat khawatir melihat luka yang diterima oleh Nadhira.
"Kenapa disaat aku terluka kau justru merasakannya?". Tanya Nadhira ketika melihat Rifki memijatnya.
Rifki tetap fokus untuk memijat Nadhira, ia mengabaikan tangannya yang mulai mengeluarkan darah. Darah itu menetes kelantai UKS
"Darah? Apa mungkin ini gara gara energi itu? Apa mungkin Nadhira memiliki energi itu" batin Rifki ketika melihat darahnya menetes.
"Darah? ". Nadhira segera melepaskan tangan Rifki yang memijatnya dan melihat luka yang ada di lengan rifki.
Ketika Rifki menoleh kelantai yang terdapat setetes darah, ekspresi Rifki berubah. Nadhira sangat penasaran tentang apa yang dilihat oleh Rifki, ia pun menoleh kearah lantai itu.
Nadhira mengelap darah yang ada ditangan Rifki, dan memberikannya betadin setelahnya ia menutup luka tersebut menggunakan kasa dan plester.
"Apakah itu sakit?". Nadhira sangat khawatir melihat luka Rifki.
"Apakah aku terlihat seperti kesakitan?"
Nadhira mengelengkan kepalanya ketika Rifki bertanya tentang hal tersebut. Memang sejak awal ia mengobati Rifki, Rifki tidak merasakan kesakitan justru ia yang berteriak kesakitan. Nadhira merasa malu karena sikapnya yang seolah olah ia yang merasakan sakit itu.
"Ayo kembali kekelas, kita sudah ketinggalan pelajaran". Ajak Rifki ketika menyadari jam ke6 sudah dimulai.
Nadhira mengangguk mereka berdua bergegas untuk keluar dari UKS, ketika Nadhira ingin mengantar Rifki kekelasnya, Rifki mencegahnya dan menyuruh Nadhira segera kembali kekelasnya. Nadhira hanya menurut apa kata Rifki dan ia bergegas kekelasnya meninggalkan Rifki.
"Energi apa yang Nadhira miliki? Mengapa energi itu seolah olah menyerangku? Energi dari makhluk gaib berbeda dari energi itu, apa mungkin Nadhira dijaga oleh sosok gaib yang berbeda? Aku tidak bisa merasakan kehadiran makhluk gaib itu, apalagi melihatnya". Guman Rifki
"Mungkin energi itu tidak mau kau menyentuh gadis itu". Ucap sosok yang tiba tiba muncul didekat Rifki
"Siapa kau? "
Sosok itu tertawa mendengar pertanyaan dari Rifki yang menurutnya lucu, Rifki kebingungan apa ada yang salah dengan pertanyaannya.
"Aku adalah arwah yang menjelajah seluruh dunia, dan baru menemukan energi yang begitu menarik yang dimiliki gadis itu".
"Apa kau berniat mengincarnya? Aku tidak akan membiarkan hal tersebut apalagi kau ingin menyakitinya". Ancam Rifki kepada sosok tersebut.
"Hahaha... Manusia mana yang bisa mengancam makluk sepertiku". Tawa makluk itu mengelegar ditelinga Rifki.
"Jika kau memaksa aku akan mela...."
"Sytttt... Mengapa kau berfikir aku menginginkan energi itu? Aku hanya sekedar lewat ditempat ini". Makluk itu menempelkan jari telunjuknya dimulutnya menyuruh Rifki menghentikan ucapannya.
"Lalu apa yang kau inginkan?"
"Tidak ada"
Sosok tersebut tiba tiba menghilang dari pandangan Rifki seolah olah lenyap dimakan oleh tanah. Rifki menghela nafasnya dan bergegas kekelasnya.
Beberapa anak yang ada disitu melihat Rifki berbicara sendiri dan sesekali ekspresi Rifki berubah ubah, dan berfikir mungkin ada yang salah dengan isi kepalanya sehingga Rifki berbicara sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
energi yg di terima dhira dapat dari ibunya ya?
makin seruuu
🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-03
0