Dengan terkejut mereka mendekati Bayu. Ketika jarak mereka dan Bayu sudah dekat, Bayu memasang senyumannya. Setelah Bayu lari ia tidak menyadari adanya tong sampah yang membuatnya terjatuh.
"Bay! Kamu ngantuk? Jangan tidur disitu dong malu malu in aja"
"Iya nih, kamu kekurangan kasur ya?"
"Hahaha.. kamu itu ada ada aja bay"
"Bay di rumahku masih ada kamar kosong, kamu tidur aja disana, jangan disitu, itu kotor".
"Biarin aja Dhir, Bayu kan suka nemenin teman temannya disitu".
"Hah? Siapa?"
"Ya siapa lagi kalo bukan sitikus".
Bayu yang mendengar ejekan teman temannya membuatnya marah tetapi juga merasa malu, ini semua adalah salahnya sendiri karena tidak memperhatikan jalan sebelumnya.
Bayu langsung bangkit dan berpamitan untuk pulang kepada ketiga sahabatnya. Dengan langkah cepat ia bergegas pergi meninggalkan rumah Nadhira sebelum banyak orang yang datang melihatnya yang terjatuh.
Setelah kepergian Bayu mereka berbincang bincang dan Nadhira mengatakan keputusannya untuk mengikuti beladiri sudah bulat, bukan karena kepergian mamanya, tetapi ia tidak ingin ditindas lagi oleh Clara.
"Dhir kamu tau konsekuensinya?"
"Aku sudah memikirkan hal itu Rif, tiada salahnya untuk mencoba"
"Tapi..."
"Memang hal itu bukan hal mudah, kemungkinan mengalami cidera begitu besar, tetapi tekat ku sudah bulat Rif".
Nadhira menepuk pundak Rifki dan berjalan masuk kedalam rumahnya. Rifki termenung melihat kepergian Nadhira dan menatap punggungnya sampai ia menghilang dibalik pagar rumahnya.
"Keras kepala sekali dia"
Rifki yang termenung mendengar suara Susi tiba tiba tersadar dari lamunannya dan langsung menatap kearah Susi.
"Ini demi kebaikannya, aku sendiri tidak bisa mengubah keputusannya"
"Sudahlah Rif, jika ini jalan yang akan ia ambil".
Rifki hanya mampu tersenyum kecut mendengar ucapan Susi, bagaimana pun mereka tau sikap Nadhira ketika sudah mengambil keputusan. Tiada yang bisa merubah keputusannya.
Mereka akhirnya masuk kedalam rumah Nadhira dan berpamitan untuk pulang karena hari semakin gelap dan mereka harus tidur karena besok sekolah.
*****
"Dhira bangun sudah siang". Teriak Nandhita
Nadhira menggaruk kepalanya dengan mata yang masih terpejam. "Memang sekarang jam berapa kak?"
"Sudah jam 9 siang".
"APA?"
Nadhira langsung membuka lebar lebar matanya dan memperhatikan cahaya yang dipancarkan oleh matahari yang masuk kedalam kamarnya melalui cendela.
"Kenapa kakak tidak membangunkanku lebih awal...." Gerutu Nadhira. sambil membereskan tempat tidurnya dan berjalan kearah kamar mandi.
"Adek aja yang susah bangun, dari tadi mah udah dibangunkan"
Nadhira mengelirik kakaknya seketika itu juga, yang dilirik sebaliknya malah tertawa kecil melihat sikap adiknya yang menggemaskan menurutnya.
"Oh iya dek, besok kakak mau balik kerumah nenek"
Nadhira terkejut karena ucapan kakaknya yang tiba tiba ingin pergi kerumah neneknya, Nandhita menjelaskan kalau ia harus melanjutkan pendidikannya. Karena sudah beberapa minggu izin untuk tidak masuk.
Nadhira hanya bisa pasrah mendengar ucapan kakaknya yang baginya sangat tiba tiba. Ingin sekali ia menjerit dan menghalangi Nandhita untuk pergi, tetapi ia juga sadar bahwa pendidikan itu penting.
Sebenarnya Nandhita juga tidak ingin meninggalkan adiknya, tetapi ia harus demi mencapai cita citanya, apalagi ia sudah masuk kekelas 3 SMA.
Nadhira hanya bisa menjerit dalam hatinya, mengapa mengapa ini terjadi padaku, mengapa. Tetapi tiada suara yang mampu keluar dari mulutnya, hanya bisa menahan air mata yang hendak terjun bebas.
*****
"Dhira, beneran kamu mau ikut beladiri?"
"Iya bay, oh iya kapan mulainya?"
"Habis ini jam 3 sore, kalo gitu nanti aku jemput ya, soalnya kan kamu murid baru"
Sore ini Nadhira bersiap siap untuk mengikuti beladiri, ia menyiapkan mental dan fisiknya. Nadhira menunggu kedatangan bayu diruang tamunya sesekali melihat jam dan masih menunjukkan pukul 2 siang.Nadhira terlalu bersemangat untuk mengikuti beladiri.
Tok tok tok
Terdengar suara pintu diketuk dan Nadhira segera bergegas untuk membukanya. Sosok dibalik pintu tersenyum tipis kepada Nadhira.
"Rifki?"
"Hay dhira". Rifki melambaikan tangannya kepada Nadhira. "Ayo berangkat".
"Kamu mau ikut latihan juga? Kita nunggu bayu dulu"
"Bayu tadi bilang ngak usah ditunggu dhir, biar aku antar".
Nadhira dan Rifki bergegas pergi ketempat latihan, dengan bergoncengan naik sepedah motor. Sesampainya ditempat latihan nampak beberapa murid yang sedang berkumpul.
Nadhira berjalan mendekati mereka dan menemukan sosok bayu yang berada tidak jauh dari tempat Nadhira berdiri. Nadhira segera mendekati bayu.
Mereka berdua saling berbincang bincang, Nadhira memandang kearah Rifki berada dan ternyata ia sudah tidak ada ditempat tersebut.
Nadhira berfikir bahwa Rifki sudah pulang setelah mengantarkannya kelokasi latihan.
"Baik, latihan akan segera dimulai, harap berkumpul dan baris".
*****
Disebuah taman dibawah rimbunnya pohon besar terdapat dua sosok anak laki laki, yang satu tinggi dan yang satunya agak pendek. Angin berhembus lembut menyelimuti mereka.
Senyum tercipta diwajah mereka berdua, lelaki yang memiliki tinggi badan paling tinggi antara keduanya, tersenyum penuh makna mendengar ucapan lelaki satunya.
Siang itu Bayu dan Rifki duduk disebuah bangku yang ada ditaman dekat dengan rumah mereka. Setelah berpisah dengan teman temannya, mereka berkumpul kembali tanpa Susi Dan Nadhira.
"Rif,kamu nanti datang kelatihan?"
Rifki hanya mengangguk pelan mendengar pertanyaan Bayu,ia ingin melihat bagaimana besar tekat Nadhira dalam mengikuti beladiri. Ia teringat semangat Nadhira ketika Bayu mengajaknya untuk latihan nanti sore.
"Rif sampai kapan kamu menyembunyikan ini dari Susi maupun Nadhira?"
"Untuk saat ini, yang aku inginkan adalah melindungi Nadhira, ia harus bisa melindungi dirinya sendiri ketika aku tidak bersamanya"
"Jika mereka tau kau dekat dengan Nadhira maka..."
"Tidak, tidak akan ku biarkan Nadhira kenapa kenapa, cepat atau lambat Susi dan Nadhira pasti akan tau juga akhirnya, untuk sementara ini aku tidak tau harus melakukan apa"
Setelah berbicara hal tersebut, mereka berdua saling bertatapan dalam diam, tidak ada satu katapun yang akan keluar dari dalam mulut mereka. Mereka larut dalam masalahnya masing masing.
Bertambahnya usia bertambah pula masalah yang akan dihadapi. Jika waktu bisa diputar maka sudah lama mereka akan putar dan mengembalikan masa kecil mereka.
Waktu menunjukkan hampir pukul tiga sore, dan Bayu bersiap siap untuk menjemput Nadhira. Langkah Bayu segera dihentikan oleh Rifki yang berada tidak jauh darinya.
Ada perasaan yang aneh yang dirasakan oleh Rifki ketika ada seseorang lawan jenis yang mendekati Nadhira dan ingin menghajar orang tersebut.
Bayu memahami apa maksud Rifki ketika ia menghentikan langkahnya. Bayu mempersilahkan kepada Rifki untuk menjemput Nadhira ketika itu, sedangkan Bayu sendiri langsung menuju kelokasi latihan.
Ketika Rifki sampai didepan rumah Nadhira ia tidak langsung mengetuk pintu tetapi memandangi rumah Nadhira dalam diam.
"Jika kamu tau semuanya, apakah kamu masih mau berteman dengan ku dhir? Masih mau bertemu denganku, ku harap semuanya akan berakhir baik baik saja". Guman Rifki.
Rifki melangkahkan kaki kerumah Nadhira dan mengetuk pintu beberapa kali dan langsung dibukakan oleh Nadhira. Nadhira sangat terkejut ternyata yang datang bukanlah Bayu melainkan Rifki.
Rifki langsung mengajak Nadhira ketempat latihan, diperjalanan Nadhira bertanya tentang beladiri kepada Rifki bagaikan rel kereta api yang tiada ujungnya sampai akhirnya sampai didepan tempat latihan.
Ketika Nadhira sudah masuk kedalam lapangan dan bertemu dengan Bayu, Rifki menyalahkan sepedahnya kesebuah bangunan berlantai dua dekat dengan tempat latihan.
"Ketua kau datang? sudah lama kau tidak pernah kemari". Seorang laki laki yang berusia 18 tahun mendekati Rifki.
"Bagaimana?". Jawab Rifki.
"Untuk sementara ini aman ketua, murid baru yang datang jauh dari perkiraan".
"Baiklah, ambilkan aku sakral siswa pertama"
"Tapi ketua? Bukannya engkau punya sakral yang paling tinggi?". Sela seorang laki laki yang baru tiba ditempat tersebut, sekitar berusia 17 an.
"Aku ingin menguji siswa yang diterima diorganisasi ini secara langsung"
"Baik ketua" jawab mereka serempak.
Rifki terlahir memiliki bakat beladiri yang luar biasa, Almarhum kakek buyutnya adalah seorang yang pandai dalam beladiri, memiliki ilmu gaib, dan juga memiliki pelindung (Khodam)
Rifki mewarisi ilmu yang kakeknya miliki karena ia adalah satu satunya keturunan pertama dari keluarga besarnya. Sejak kecil ia diikutkan dalam latihan, bakatnya yang sering diasah akhirnya ia sangat pandai beladiri ketika usia 14 tahun, ia juga mampu mengalahkan orang yang lebih dewasa darinya. Sehingga ia dipanggil ketua.
Tanpa siapapun sadari Rifki mampu melihat hal hal yang gaib atau disebut hal hal yang tak kasat mata yang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Mir_rim22
oo jd sperti itu si rifki
2022-12-07
1
💮Aroe🌸
rifki hebat😍
2022-03-02
1