Ketika Nadhira membuka pintu kelasnya, terlihat guru wanita tengah menerangkan pelajaran kepada para murid yang ada disitu, setelah pintu terbuka Nadhira masuk dan menghadap kepada guru tersebut. Nadhira menjelaskan bahwa dia habis ke UKS sehingga ia telat mengikuti materi yang diberikan.
Setelah selesai menjelaskan, Nadhira akhirnya diizinkan untuk mengikuti pelajaran lanjutan, Theo memperhatikan Nadhira dengan diam. Vina yang melihat Nadhira berjalan kearahnya segera merubah posisi duduknya dan mengizinkan Nadhira untuk duduk.
"Apa kamu sakit Dhir?". Tanya Vina penasaran.
"Ngak kok, cuma cidera saja, tapi udah ngak papa berkat bantuan dari Rifki". Nadhira tersenyum kepada Vina.
Vina mengangguk angukkan kepalanya mendengar jawaban dari Nadhira. Memang sebelumnya kabar tentang kejadian dikantin menyebar diseluruh kelas, tetapi setelah mengetahui bahwa Rifki hanya menolong Nadhira membuat kabar itu tidak lagi dibicarakan.
Waktu menunjukkan sudah waktunya pulang Sekolah, seluruh murid keluar dari kelasnya masing masing. Nadhira bergegas untuk menemui teman temannya ditempat biasanya.
Kali itu hanya ada Rifki yang ada digerbang, sedangkan Bayu dan Susi tidak terlihat. Nadhira menanyakan kemana mereka berdua, Rifki bilang kalau Susi sudah dijemput ibunya. Sedangkan Bayu ada urusan dengan teman sekelasnya.
Nadhira dan Rifki pulang dengan berjalan kaki berdua, sesekali mereka bercanda disepanjang jalan yang mereka lewati.
"Rif, papa ku melarang untuk ikut beladiri, padahal aku ingin sekali ikut". Keluh Nadhira.
Mendengar ucapan Nadhira. Rifki menghentikan langkahnya dsn menoleh kearah Nadhira, Rifki melipat tangannya didepan sambil memandang Nadhira.
"Kenapa?".
"Aku juga ngak tau Rif, dia marah ketika tau aku ikut beladiri, akh....".
Tiba tiba Nadhira merasa sangat sakit dibagian jantungnya setelah menyelesaikan kata katanya. Detak jantungnya semakin kencang, dan terasa sangat nyeri.
"Dhira!! Kamu kenapa!!". Rifki sangat panik melihat Nadhira memegang dadanya.
Rifki memapah Nadhira untuk duduk, ketika menyentuh kulit Nadhira ia merasakan energi yang asing baginya itu sedang tidak stabil dan membuat Nadhira merasa kesakitan.
"Entah Rif, akh... Seakan akan akh... Jantung ku serasa diremas".
"Apa mungkin energi itu bukan melindungi Nadhira melainkan......, Tidak tidak.. aku harus melakukan sesuatu". Batin Rifki.
Rifki memberi Nadhira minum, ia berpindah posisi jadi dibelakang Nadhira. Rifki memijat punggung Nadhira, setelah dipijat rasa sakit itu menghilang. Justru berpindah kepada Rifki.
"Sudah mendingan Dhir?". Tanya Rifki sambil menahan sakit.
"Sudah Rif, ayo lanjutkan perjalanan". Ajak Nadhira tampa melihat ekspresi Rifki.
"Maaf Dhir, aku baru teringat kalau aku ada janji dengan seseorang, maaf aku tidak bisa mengantar, aku pergi dulu".
Rifki membalikkan badan dan menjauh dari Nadhira, tanpa mendengar ucapan Nadhira, Rifki berlari menjauh dari posisi Nadhira. Nadhira yang melihat Rifki pergi tiba tiba merasa sedih, dan ingin memarahi Rifki.
Nadhira akhirnya berjalan pulang sendirian, dengan wajah lesunya karena ditinggalkan oleh Rifki begitu saja. Sedangkan ketika Rifki sudah berada jauh dari Nadhira, ia terjatuh ketanah dan kesakitan.
"Sepertinya energi itu begitu kuat.. uhuk uhuk, ia menyerang roh ku, dugaan ku benar energi itu bukan melindunginya melainkan mengincar sesuatu dari Nadhira". Rifki terbatuk batuk, dan terbaring lemas ditanah dengan keringat bercucuran.
Sosok seorang pria tua tiba tiba muncul didepannya, dan membantu Rifki untuk meringankan rasa sakit yang ia rasakan.
"Mengapa kau membantunya? Apa kau fikir dirimu begitu kuat ha?" Teriak pria itu, tetapi hanya Rifki yang bisa mendengarnya.
"Kakek, maafkan aku kek, ketika melihat dia kesakitan aku merasa khawatir". Rifki benar benar merasa bersalah kepada sosok yang ada didepannya.
"Energi itu tidak akan membunuhnya, seharusnya kau jangan gegabah dalam mengambil langkah".
"Maksud kakek apa? Tadi benar benar aku lihat dia begitu kesakitan bahagimana itu disebut tidak membunuh?"
Sosok pria tua itu tiba tiba lenyap begitu saja dari hadapan Rifki tanpa menjawab pertanyaannya. Rifki merasa bingung mengenai ucapan dari pria tua tersebut.
Rifki bangkit dan membersihkan tanah dan daun yang menempel pada pakaian yang ia gunakan. Rifki berjalan pulang kerumahnya ketika hendak masuk kegerbang rumahnya ia menemukan sosok anak kecil yang berusia sekitar 10 tahunan yang sedang menangis.
Rifki mendatangi sosok anak kecil tersebut yang sudah menarik perhatiannya. Setelah jarak mereka berdekatan Rifki mencoba bertanya kepada sosok tersebut.
"Mengapa kau menangis disini?". Tanya Rifki
Sosok anak kecil tersebut segera menoleh kearah Rifki yang berada tepat didepannya dan sambil memandangi dirinya.
"Kau bisa melihatku?". Tanya sosok tersebut kepada Rifki.
Rifki hanya diam ketika mendengar sosok tersebut bertanya kepadanya, Rifki mencoba menoleh kearah kanan dan kiri memastikan tiada orang lain yang ada disitu.
"Kenapa kau ada disini?".
"Apa kau bicara kepadaku? Ataukah kau bicara sendiri? Apa kah kau bisa melihatku?.tanya sosok tersebut kepada Rifki
Rifki menghela nafasnya dalam dalam ketika memandang sosok anak kecil yang berkelamin laki laki yang ada dihadapannya.
"Apakah mungkin aku berbicara sendiri? Sudah jelas aku bisa melihatmu, mengapa kau menangis disini?".
" Kau indigo? Sebenarnya aku arwah bergentayangan, aku dibunuh begitu saja dan kematian ku tidak wajar, aku merasa kesepian disini, mau kah kau menemaniku?". Sosok tersebut tersenyum kepada Rifki.
"Iya aku indigo, mengapa kau bisa mengalami kematian yang tidak wajar?". Tanya Rifki penasaran.
" Nama ku adalah Raka, usia ku 10 tahun, kejadian itu beberapa tahun yang lalu, mungkin ketika dirimu belum lahir didunia.............. Sosok tersebut menceritakan kisah hidupnya ketika ia masih menjadi manusia
Pada malam hari itu suasana sangat sunyi dan sepi. Raka dan kedua orang tuanya sedang berkumpul bersama diruang keluarga. Waktu itu Raka sedang bermain dengan orang tuanya.
Brakkk
Tiba tiba pintu rumahnya digebrak oleh sosok yang tidak ia kenali dan mereka yakini sebagai rampok. Raka sangat ketakutan dan berlari dibalik dialmari terdekat dengannya
"Serahkan harta kalian".
Para rampok tersebut masing masing membawa senjata tajam dan sangat menakutkan. Salah satu rampok tersebut mendekati mereka dan mengikat tangan, kaki, dan mulut mereka.
Para rampok tersebut mengeledah rumahnya dan memporak-porandakan seluruh barang yang ada dirumah tersebut. Raka sungguh ketakutan didalam almari tersebut.
Setelah suara bising tersebut lenyap, Raka memberanikan dirinya untuk keluar dari persembunyiannya. Tak disangka ia justru dihadang oleh salah satu rampok terkuat dari yang lainnya.
Raka berlari sekuat yang ia bisa, dan berteriak memanggil para warga, tetapi teriakan itu tidak didengar oleh warga karena jarak rumahnya dan warga yang lain cukup jauh.
Jrepp
Salah satu rampok melemparinya dengan pisau yang ia bawa dan mengenai tepat dipunggungnya. Ia terjatuh dilantai, kedua orang tuanya menangis histeris tetapi tidak bisa berbuat apa apa, berteriak pun ia tidak mampu.
Raka mencoba bangkit dari rasa sakit yang menjalar pada punggungnya meskipun darah bercucuran begitu derasnya. Melihat anak kecil itu mampu bangkit salah satu dari mereka merangkul Raka.
Tak disangka orang tersebut menusukkan pisau yang ia bawa kepada dada Raka sehingga membuatnya termuntah darah. Raka memegangi dadanya yang tertancap oleh pisau tiada suara lagi yang dapat diucapkan.
"Apa kau berniat membunuhnya ha?" Bentak pemimpin rampok tersebut.
"Maaf ketua, anak ini sudah melihat wajah kita, bagaimana kalau dia melaporkan kepada pihak kepolisian". Jawab orang yang telah menusuk Raka.
Uhuk uhuk
Raka terbatuk batuk merasakan sakit yang ada didadanya, lelaki tersebut melepaskan pelukannya. Tetapi Raka masih mampu untuk berdiri tegak. Meskipun darah bercucuran keluar dari tubuhnya.
Rampok tersebut beberapa kali menusuk tubuh Raka tetapi Raka masih mampu bernafas meskipun ia sudah tidak mampu untuk bangkit lagi.
Ibu Raka tidak sadarkan diri ketika melihat anak satu satunya disiksa seperti itu. Ayahnya raka berusaha untuk membuka penutup mulutnya dan akhirnya berhasil.
Perampok tersebut terus memukuli tubuh Raka dan sesekali menggores tubuh Raka. Darah mengalir dari beberapa luka tusukkan, mulutnya, dan juga keningnya. Raka terbaring lemah dilantai dengan bersimbah darah, ia sudah tidak bisa berkata kata karena mulutnya dipenuh i oleh darahnya.
"Tolong jangan siksa anakku, cukup... Jangan tambahkan rasa sakitnya, tolong bunuh saja dia jangan terus kalian siksa seperti itu". Tangis ayahnya pecah seketika. "Maafkan aku nak, karena ayah tidak bisa melindungimu membuatmu tersiksa seperti ini".
Dengan satu ayunan pisau, pisau tersebut menancap dijantung Raka dan membuatnya tewas seketika itu juga. Wajah Raka seolab olah tidak terima ketika nyawanya begitu saja direnggut dari tubuhnya.
Setelah membunuh Raka, mereka semua menghilangkan barang buktinya dialiran sungai. Ayahnya dibuat buta untuk selamanya sedangkan ibunya dibawa pergi dan dipe***sa, dan menghembuskan nafas terakhirnya.
"Arwahku tidak tenang, aku harus membalaskan dendam kepada mereka yang melakukan itu kepada keluargaku". Ucap Raka.
"Lalu apa yang terjadi? Apa kau berhasil membalaskan dendammu pada mereka?". Rifki sangat antusias mendengarkan cerita sosok tersebut.
"Tidak". Wajah Raka nampak lesu dan kecewa. "Dan bahkan aku tidak bisa menyentuhnya, berbeda dengan makhluk gaib lainnya mereka bisa menghantui, sedangkan aku.....".
"Lebih baik kau lupakan saja dendammu, biar arwahmu tenang dialam sana, daripada dirimu menyimpan dendam yang membuatmu menderita disini". Rifki duduk didekatnya dan menatapnya.
"Kau benar! Tapi hatiku merasa sakit, aku harus terpisah dari keluargaku sebelum waktunya". Sosok itu berdiri dan memegang dadanya menggunakan kedua tangannya.
"Apakah hantu juga memiliki hati?". Tanya Rifki dengan polosnya.
"Kau pikir manusia saja yang memiliki hati hah?" Teriak sosok itu,"emm... Memang kami tidak punya hati, tapi kami punya kesedihan". Tambahnya dengan wajah sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
ngenes banget 😱 sedih bacanya... dasar peranpok lucknut😤
🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-03
1