Matahari mulai menampakkan sinarnya, setetes embun menetes didedaunan yang hijau dan segar, kicauan burung menghiasi indahnya pagi itu. Disebuah halaman terlihat sosok seorang gadis yang sedang menikmati pagi itu.
Dia berjalan diatas rerumputan yang basah karena embun pagi, senyum yang tak pernah luntur dari bibirnya tetapi mampu terlihat butiran kristal keluar dari mata indahnya, seakan akan menanggung luka yang begitu dalamnya.
"Nak,kau masih memikirkan hal itu?". Tanya seorang wanita yang mendekatinya
Sosok wanita yang berusia 30 an berjalan mendekatinya, dia memeluk gadis itu dengan sayang. Air matanya pun ikut meleleh dan keluar tanpa mampu terbendung lagi.
"Ma, apa Papa udah ngak sayang sama kita lagi? Kenapa Papa sangat kasar dengan kita sekarang?". Tanya gadis itu yang tidak lain adalah Nadhira.
"Nak, mungkin Papamu lagi banyak fikiran, dan tugas mendesak dari kantornya, jadi karena itu Papamu marah". Jelas Lia
"Apakah setiap orang yang dewasa selalu seperti itu?".
Lia diam mendengarkan pertanyaan anaknya, belum saatnya Nadhira tau tentang kehidupan orang dewasa, Lia takut nantinya Nadhira akan terjerumus dalam hal yang tak diinginkan.
"Kalau seperti itu, Dhira ngak mau dewasa Ma".
Lia tidak menanggapi ucapan anaknya dan langsung memeluk Nadhira dengan kuat seakan akan ia tidak mau kehilangan sosok Nadhira.
Kejadian malam ini membuat Nadhira tertekan,bukan hanya bentakan dari Papanya, perdebatan itu berakhir dengan Papanya tega menampar Lia yang berusaha membela Nadhira.
Dan semalam mereka berdua tidak bisa tertidur dengan nyaman, Semalam Lia menemani Nadhira dikamar Nadhira, dan semalam itu juga Nadhira tidak bisa tidur hingga pagi menjelang.
Kedua mata Nadhira membengkak karena terlalu banyak menangis dimalam harinya, hari ini dia libur sekolah sehingga ia tidak khawatir akan terlambat sekolah karena tidak tidur semalaman.
"Ngak usah nangis, cengeng banget sih jadi anak". Ucap Papanya dari kejauhan karena melihat anak dan istrinya meneteskan air mata
"Mas, apa yang terjadi denganmu, mengapa kamu berubah seperti ini, apa salah kami berdua". Tanya Lia
"Kalian itu hanya bisa nyusahin aja,habis habisi uang, emang gampang cari uang".
"Tapi kan mas itu sudah kewajiban mas jadi kepala keluarga Mas".
"Kamu sih gampang tinggal ngomong doang, anak bayi juga bisa kali".
Perdebatan kembali dimulai, semakin lama semakin mengeras suara mereka berdua, Nadhira hanya mampu mendengarkan dengan diam melihat hal itu.
"HENTIKAN". Teriak Nadhira sambil menutup kedua telinganya
Tangis Nadhira pecah seketika, dan membuatnya berlari kedalam kamarnya, melihat Nadhira berlari Lia mencoba memanggil Nadhira tapi tak dihiraukan olehnya.
Hati Nadhira seakan akan hancur melihat orang tuanya bertengkar, ia berlari kekamarnya dan menutup pintu rapat rapat dari dalam. Orang tuanya berhenti berdebat, Lia segera berlari menyusul Nadhira kekamarnya.
Tok tok tok
"Dhira!! Nak!! Tolong buka pintunya Nak!!maafin Mama, Mama salah Nak!! Tolong buka pintunya". Ucap Lia dibalik pintu, setelah lama pintu tidak dibuka buka oleh Nadhira, ia terduduk dilantai depan kamar Nadhira.
Suaminya benar benar berubah drastis, kenangan kenangan waktu bersama terlintas dalam fikirannya. Suaminya sangat penyayang, baik, dan lembut terhadapnya.
"Mas aku merindukan mu yang dulu, dimana Rendi yang ku kenal dulu". Gumannya.
Setelah mengucapkan itu, airmata mengalir makin deras dipipinya dan sesekali mencoba membujuk Nadhira agar keluar dari kamarnya. Dia menatap langit langit rumahnya, dan teringat akan sesuatu bersama suaminya, ini adalah rumah yang di bangun setelah mereka menikah.
Satu persatu kenangan bermunculan, ketika itu mereka hidup penuh dengan kekurangan.tidak seperti saat ini, tetapi mereka tidak pernah kekurangan kasih sayang seperti ini.
"Dimana janjimu Mas? Dimana janji yang kau ucapkan dulu, katanya kau akan membahagiakan kami berdua".
Tak lama kemudian pandangan Lia sedikit buram,dan menjadi gelap, Ia terjatuh pingsan dilantai depan pintu kamar Nadhira.
Sedangkan Nadhira duduk dibalik sisi pintu lainnya, Nadhira membenamkan wajahnya pada kedua tangannya, isak tangis dapat terdengar lirih dari arahnya, semakin Mamanya berbicara membuatnya semakin sesak didada.
"Maafin aku Ma, aku ingin sendiri". Ucapnya dengan lirih tentu saja Mamanya tidak bisa mendengarnya.
Tak lama kemudian suara Mamanya tak lagi terdengar dari balik pintu, Nadhira berfikir mungkin Mamanya sudah pergi dari depan pintu kamar Nadhira. Nadhira pun tertidur didepan pintu itu.
Nadhira terbangun ketika waktu menunjukkan sore hari dan berniat membuka pintunya, setelah pintunya dibuka terlihat sosok Lia tidur dilantai. Nadhira mengerutkan keningnya sejak kapan mama tidur dilantai depan pintu kamarnya.
"Ma! Mama kenapa! Auhh... Panas banget badannya Mama". Panggil Nadhira sambil memegang kening mamanya yang ternyata suhunya naik.
Nadhira lalu bergegas keluar mencari keberadaan Papanya, tapi tak kunjung ditemukan. Nadhira berteriak teriak tapi tak ada yang menyahutinya. Akhirnya dia bergegas kerumah tetangganya untuk meminta bantuan.
Tetangganya segera bergegas menuju kerumah Nadhira dan memeriksa suhu badannya, dan ternyata suhunya sangat tinggi. Mereka segera membawanya kerumah sakit terdekat, untuk mendapatkan pertolongan.
*****
Setelah pertengkaran itu mereka berdua diam dan terlihat Lia berlari dalam rumah. Rendi hanya menatapnya sekilas dan mengalihkan pandangan.
Ia lelah berdebat dengan Lia, entah mengapa perasaannya kepada Lia seakan akan telah berubah. Menurutnya Lia tak lagi sama seperti dulu, dulu Lia selalu terlihat cantik dan menarik tetapi sekarang ia terlihat jelek dan membosankan.
Ia pun bergegas menuju rumah wanita itu, baginya hanya rumah wanita itu satu satunya rumah tertenang dalam hidupnya, wanita itu sangat cantik daripada Lia.
Tanpa memeriksa keadaan Lia ia langsung menuju kearah mobilnya dan melajukannya menjauh dari rumahnya. Tak beberapa lama kemudian ia sampai dirumah wanita itu, dan disambut olehnya dengan hangat
"Hay sayang tumben kesini pagi pagi begini, emang istri kamu ngizinin?". Tanya wanita itu
"Aku bosen dirumah sayang, enak an disini bisa berduaan sama kamu". Ucap Rendi dengan manjanya.
"Ceraikan istimu sayang, dan kita resmikan hubungan ini secara status negara".
"Ngak semudah itu juga kali sayang, kalo itu mudah sudah ku lakukan dari dulu"
"Em.. ya udah yuk masuk kerumah, tadi aku udah order makanan untuk kita".ajak wanita itu.
Mereka berdua pun masuk kedalam rumah itu, tanpa mereka sadari ada sosok laki laki yang berdiri tidak jauh dari rumah itu yang sedang memperhatikan apa yang mereka lakukan.
Didalam rumah mereka berdua berencana untuk menyingkirkan Lia dan menikah secara resmi. Lia tidak akan terima jika dia ceraikan begitu saja, sehingga mereka berencana untuk menyingkirkan Lia dengan seolah olah terjadi kecelakaan.
Dengan begitu tidak akan ada yang curiga atas hubungan mereka berdua dan tidak akan ada yang menghalangi akan pernikahan mereka berdua
Tiba tiba hp Rendi bergetar dan berbunyi tanda ada telfon masuk, ia melihat layar hpnya terdapat nomer yang tidak ia kenali. Ia bergegas mengangkatnya
"Halo"
"Iya ada apa ya"
"Kenapa?"
"Oh iya terima kasih, tapi maaf aku masih sibuk untuk saat ini"
Tut tut tut
Rendi langsung mematikan telfonya sepihak dan membuat wanita itu mengerutkan keningnya. Rendi menjelaskan tentang telfon itu, dan wanita itu hanya mengangguk angguk mendengarnya.
"Bagus lah, kita juga tidak perlu repot repot lagi untuk melakukannya"
"Kamu benar sayang"
"Semoga saja"
Terlihat wajah bahagia dari kedua orang itu, dan bayangan bayangan masa depan mereka sesekali melintas difikiran keduanya. Mereka berbincang bincang cukup lama dan sesekali tertawa bersama.
*****
Dirumah sakit Lia terbaring lemas dengan selang infus dan oksigen terpasang pada tubuhnya. Nadhira yang melihat itu dari cendela kaca hanya bisa menangis dan menatapnya.dari kejauhan
"Pak, Mama kenapa?". Tanya Nadhira kepada seseorang yang ada disebelahnya.
"Mama kamu hanya kecapek an saja Dhir, jangan nangis ya"
"Hiks.. tapi.. hiks.. menga hiks pa hiks.. Mama..hiks.. ngak ... Bangu hiks n.. bangun"
"Sebentar lagi pasti bangun kok, sebentar ya, bapak mau telfon papa Nadhira dulu"
Lelaki itu segera bergegas menjauh dari Nadhira dan memencet nomer telfon Rendi dan segera menelfonnya
"Halo pak, ini saya Arman"
"Istri bapak masuk kerumah sakit, darma medika"
"Tadi anak anda meminta bantuan kekami, karena istri anda sudah tidak sadarkan diri dilantai"
Tut tut tut
"Kok malah dimati in sih, udah tau istrinya masuk UGD, bukannya mentingin istrinya malah ngurusin pekerjaan mulu, apa menurutnya pekerjaan lebih penting daripada istinya" gerutu Arman karena telfonnya dimatiin sepihak
"Ada apa Pak?". Tanya Nadhira yang sudah mulai sedikit tenang.
"Ngak apa apa, kata Papanya Nadhira nanti setelah kerja akan kesini" . bohong Arman.
Mereka berdua menunggu diluar UGD sampai perawat memindahkan mereka kekamar rawat. Setelahnya Arman segera pamit kepada Nadhira, untuk menjemput kakak dari Nadhira yaitu Nandhita
Nandhita yang mendapatkan kabar kalau Mamanya masuk kerumah sakit segera bergegas menuju kota yang Mamanya tempati, tapi kebetulan dijalan sangat macet kalau menggunakan bus, akhirnya ia meminta Arman untuk menjemputnya diterminal terdekat dari rumah sakit itu.
Nandhita adalah anak pertama dari orang tua Nadhira, ia tidak pernah pulang kerumah karena menemani Nenek dan Kakeknya yang tinggal di Ibukota. Ia masih duduk dikelas 2 SMA dan melanjutkan sekolah disana sekalian menjaga nenek dan kakeknya.
Ia sudah tinggal bersama nenek dan kakeknya sejak usia 4 tahun dan memasuki sekolah TK. kini usianya 17 tahun, selama 13 tahun ia tinggal disana dan hanya pulang kerumah setahun sekali.
Beberapa jam kemudian Arman dan Nandhita sampai dirumah sakit dan langsung menuju keruangan dimana Lia dirawat. Sesampainya disana ia bertemu dengan sosok anak kecil yang berusia sekitar 9 tahunan duduk termenung ditepi tempat tidur.
"Apakah mungkin itu Nadhira?ternyata sudah besar adiknya kakak". batin Nandhita ketika melihat sosok anak kecil itu.
"Dek?". Panggil Nandhita.
Nadhira menoleh kearah sumber suara dan menemukan sosok gadis
"Ah.. kak Dhita, apa kakak adalah kak Dhita ku?". Tanya Nadhira yang pangling akan kedatangan kakaknya
Tanpa menjawab pertanyaan Nadhira, Nandhita segera mendekat dan memeluk adiknya dengan sayang. Berulang ulang kali ia mencium kening Nadhira, perasaan rindu menyelimuti hatinya kepada adik kecilnya.
"Ma! Dhira sudah besar ya, ngak terasa ia akan sebesar ini, apa yang terjadi dengan Mama? Nandhita datang untuk menjenguk Mama, kenapa Mama tidur terus". Ucap Nandhita kepada Mamanya yang terbaring lemas, tanpa sadar ia meneteskan air matanya.
Malam pun tiba, Rendi tak kunjung datang juga. Entah apa yang membuatnya sibuk sampai sampai tidak memikirkan istri dan anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Bintang Samudra
rendi tak kunjung datang
2023-01-17
0
Bintang Samudra
panggil nandhita
2023-01-14
0
Bintang Samudra
"hallo"
2023-01-12
0