apa salahku

Matahari mulai menampakkan sinarnya, setetes embun menetes didedaunan yang hijau dan segar, kicauan burung menghiasi indahnya pagi itu. Disebuah halaman terlihat sosok seorang gadis yang sedang menikmati pagi itu.

Dia berjalan diatas rerumputan yang basah karena embun pagi, senyum yang tak pernah luntur dari bibirnya tetapi mampu terlihat butiran kristal keluar dari mata indahnya, seakan akan menanggung luka yang begitu dalamnya.

"Nak,kau masih memikirkan hal itu?". Tanya seorang wanita yang mendekatinya

Sosok wanita yang berusia 30 an berjalan mendekatinya, dia memeluk gadis itu dengan sayang. Air matanya pun ikut meleleh dan keluar tanpa mampu terbendung lagi.

"Ma, apa Papa udah ngak sayang sama kita lagi? Kenapa Papa sangat kasar dengan kita sekarang?". Tanya gadis itu yang tidak lain adalah Nadhira.

"Nak, mungkin Papamu lagi banyak fikiran, dan tugas mendesak dari kantornya, jadi karena itu Papamu marah". Jelas Lia

"Apakah setiap orang yang dewasa selalu seperti itu?".

Lia diam mendengarkan pertanyaan anaknya, belum saatnya Nadhira tau tentang kehidupan orang dewasa, Lia takut nantinya Nadhira akan terjerumus dalam hal yang tak diinginkan.

"Kalau seperti itu, Dhira ngak mau dewasa Ma".

Lia tidak menanggapi ucapan anaknya dan langsung memeluk Nadhira dengan kuat seakan akan ia tidak mau kehilangan sosok Nadhira.

Kejadian malam ini membuat Nadhira tertekan,bukan hanya bentakan dari Papanya, perdebatan itu berakhir dengan Papanya tega menampar Lia yang berusaha membela Nadhira.

Dan semalam mereka berdua tidak bisa tertidur dengan nyaman, Semalam Lia menemani Nadhira dikamar Nadhira, dan semalam itu juga Nadhira tidak bisa tidur hingga pagi menjelang.

Kedua mata Nadhira membengkak karena terlalu banyak menangis dimalam harinya, hari ini dia libur sekolah sehingga ia tidak khawatir akan terlambat sekolah karena tidak tidur semalaman.

"Ngak usah nangis, cengeng banget sih jadi anak". Ucap Papanya dari kejauhan karena melihat anak dan istrinya meneteskan air mata

"Mas, apa yang terjadi denganmu, mengapa kamu berubah seperti ini, apa salah kami berdua". Tanya Lia

"Kalian itu hanya bisa nyusahin aja,habis habisi uang, emang gampang cari uang".

"Tapi kan mas itu sudah kewajiban mas jadi kepala keluarga Mas".

"Kamu sih gampang tinggal ngomong doang, anak bayi juga bisa kali".

Perdebatan kembali dimulai, semakin lama semakin mengeras suara mereka berdua, Nadhira hanya mampu mendengarkan dengan diam melihat hal itu.

"HENTIKAN". Teriak Nadhira sambil menutup kedua telinganya

Tangis Nadhira pecah seketika, dan membuatnya berlari kedalam kamarnya, melihat Nadhira berlari Lia mencoba memanggil Nadhira tapi tak dihiraukan olehnya.

Hati Nadhira seakan akan hancur melihat orang tuanya bertengkar, ia berlari kekamarnya dan menutup pintu rapat rapat dari dalam. Orang tuanya berhenti berdebat, Lia segera berlari menyusul Nadhira kekamarnya.

Tok tok tok

"Dhira!! Nak!! Tolong buka pintunya Nak!!maafin Mama, Mama salah Nak!! Tolong buka pintunya". Ucap Lia dibalik pintu, setelah lama pintu tidak dibuka buka oleh Nadhira, ia terduduk dilantai depan kamar Nadhira.

Suaminya benar benar berubah drastis, kenangan kenangan waktu bersama terlintas dalam fikirannya. Suaminya sangat penyayang, baik, dan lembut terhadapnya.

"Mas aku merindukan mu yang dulu, dimana Rendi yang ku kenal dulu". Gumannya.

Setelah mengucapkan itu, airmata mengalir makin deras dipipinya dan sesekali mencoba membujuk Nadhira agar keluar dari kamarnya. Dia menatap langit langit rumahnya, dan teringat akan sesuatu bersama suaminya, ini adalah rumah yang di bangun setelah mereka menikah.

Satu persatu kenangan bermunculan, ketika itu mereka hidup penuh dengan kekurangan.tidak seperti saat ini, tetapi mereka tidak pernah kekurangan kasih sayang seperti ini.

"Dimana janjimu Mas? Dimana janji yang kau ucapkan dulu, katanya kau akan membahagiakan kami berdua".

Tak lama kemudian pandangan Lia sedikit buram,dan menjadi gelap, Ia terjatuh pingsan dilantai depan pintu kamar Nadhira.

Sedangkan Nadhira duduk dibalik sisi pintu lainnya, Nadhira membenamkan wajahnya pada kedua tangannya, isak tangis dapat terdengar lirih dari arahnya, semakin Mamanya berbicara membuatnya semakin sesak didada.

"Maafin aku Ma, aku ingin sendiri". Ucapnya dengan lirih tentu saja Mamanya tidak bisa mendengarnya.

Tak lama kemudian suara Mamanya tak lagi terdengar dari balik pintu, Nadhira berfikir mungkin Mamanya sudah pergi dari depan pintu kamar Nadhira. Nadhira pun tertidur didepan pintu itu.

Nadhira terbangun ketika waktu menunjukkan sore hari dan berniat membuka pintunya, setelah pintunya dibuka terlihat sosok Lia tidur dilantai. Nadhira mengerutkan keningnya sejak kapan mama tidur dilantai depan pintu kamarnya.

"Ma! Mama kenapa! Auhh... Panas banget badannya Mama". Panggil Nadhira sambil memegang kening mamanya yang ternyata suhunya naik.

Nadhira lalu bergegas keluar mencari keberadaan Papanya, tapi tak kunjung ditemukan. Nadhira berteriak teriak tapi tak ada yang menyahutinya. Akhirnya dia bergegas kerumah tetangganya untuk meminta bantuan.

Tetangganya segera bergegas menuju kerumah Nadhira dan memeriksa suhu badannya, dan ternyata suhunya sangat tinggi. Mereka segera membawanya kerumah sakit terdekat, untuk mendapatkan pertolongan.

*****

Setelah pertengkaran itu mereka berdua diam dan terlihat Lia berlari dalam rumah. Rendi hanya menatapnya sekilas dan mengalihkan pandangan.

Ia lelah berdebat dengan Lia, entah mengapa perasaannya kepada Lia seakan akan telah berubah. Menurutnya Lia tak lagi sama seperti dulu, dulu Lia selalu terlihat cantik dan menarik tetapi sekarang ia terlihat jelek dan membosankan.

Ia pun bergegas menuju rumah wanita itu, baginya hanya rumah wanita itu satu satunya rumah tertenang dalam hidupnya, wanita itu sangat cantik daripada Lia.

Tanpa memeriksa keadaan Lia ia langsung menuju kearah mobilnya dan melajukannya menjauh dari rumahnya. Tak beberapa lama kemudian ia sampai dirumah wanita itu, dan disambut olehnya dengan hangat

"Hay sayang tumben kesini pagi pagi begini, emang istri kamu ngizinin?". Tanya wanita itu

"Aku bosen dirumah sayang, enak an disini bisa berduaan sama kamu". Ucap Rendi dengan manjanya.

"Ceraikan istimu sayang, dan kita resmikan hubungan ini secara status negara".

"Ngak semudah itu juga kali sayang, kalo itu mudah sudah ku lakukan dari dulu"

"Em.. ya udah yuk masuk kerumah, tadi aku udah order makanan untuk kita".ajak wanita itu.

Mereka berdua pun masuk kedalam rumah itu, tanpa mereka sadari ada sosok laki laki yang berdiri tidak jauh dari rumah itu yang sedang memperhatikan apa yang mereka lakukan.

Didalam rumah mereka berdua berencana untuk menyingkirkan Lia dan menikah secara resmi. Lia tidak akan terima jika dia ceraikan begitu saja, sehingga mereka berencana untuk menyingkirkan Lia dengan seolah olah terjadi kecelakaan.

Dengan begitu tidak akan ada yang curiga atas hubungan mereka berdua dan tidak akan ada yang menghalangi akan pernikahan mereka berdua

Tiba tiba hp Rendi bergetar dan berbunyi tanda ada telfon masuk, ia melihat layar hpnya terdapat nomer yang tidak ia kenali. Ia bergegas mengangkatnya

"Halo"

"Iya ada apa ya"

"Kenapa?"

"Oh iya terima kasih, tapi maaf aku masih sibuk untuk saat ini"

Tut tut tut

Rendi langsung mematikan telfonya sepihak dan membuat wanita itu mengerutkan keningnya. Rendi menjelaskan tentang telfon itu, dan wanita itu hanya mengangguk angguk mendengarnya.

"Bagus lah, kita juga tidak perlu repot repot lagi untuk melakukannya"

"Kamu benar sayang"

"Semoga saja"

Terlihat wajah bahagia dari kedua orang itu, dan bayangan bayangan masa depan mereka sesekali melintas difikiran keduanya. Mereka berbincang bincang cukup lama dan sesekali tertawa bersama.

*****

Dirumah sakit Lia terbaring lemas dengan selang infus dan oksigen terpasang pada tubuhnya. Nadhira yang melihat itu dari cendela kaca hanya bisa menangis dan menatapnya.dari kejauhan

"Pak, Mama kenapa?". Tanya Nadhira kepada seseorang yang ada disebelahnya.

"Mama kamu hanya kecapek an saja Dhir, jangan nangis ya"

"Hiks.. tapi.. hiks.. menga hiks pa hiks.. Mama..hiks.. ngak ... Bangu hiks n.. bangun"

"Sebentar lagi pasti bangun kok, sebentar ya, bapak mau telfon papa Nadhira dulu"

Lelaki itu segera bergegas menjauh dari Nadhira dan memencet nomer telfon Rendi dan segera menelfonnya

"Halo pak, ini saya Arman"

"Istri bapak masuk kerumah sakit, darma medika"

"Tadi anak anda meminta bantuan kekami, karena istri anda sudah tidak sadarkan diri dilantai"

Tut tut tut

"Kok malah dimati in sih, udah tau istrinya masuk UGD, bukannya mentingin istrinya malah ngurusin pekerjaan mulu, apa menurutnya pekerjaan lebih penting daripada istinya" gerutu Arman karena telfonnya dimatiin sepihak

"Ada apa Pak?". Tanya Nadhira yang sudah mulai sedikit tenang.

"Ngak apa apa, kata Papanya Nadhira nanti setelah kerja akan kesini" . bohong Arman.

Mereka berdua menunggu diluar UGD sampai perawat memindahkan mereka kekamar rawat. Setelahnya Arman segera pamit kepada Nadhira, untuk menjemput kakak dari Nadhira yaitu Nandhita

Nandhita yang mendapatkan kabar kalau Mamanya masuk kerumah sakit segera bergegas menuju kota yang Mamanya tempati, tapi kebetulan dijalan sangat macet kalau menggunakan bus, akhirnya ia meminta Arman untuk menjemputnya diterminal terdekat dari rumah sakit itu.

Nandhita adalah anak pertama dari orang tua Nadhira, ia tidak pernah pulang kerumah karena menemani Nenek dan Kakeknya yang tinggal di Ibukota. Ia masih duduk dikelas 2 SMA dan melanjutkan sekolah disana sekalian menjaga nenek dan kakeknya.

Ia sudah tinggal bersama nenek dan kakeknya sejak usia 4 tahun dan memasuki sekolah TK. kini usianya 17 tahun, selama 13 tahun ia tinggal disana dan hanya pulang kerumah setahun sekali.

Beberapa jam kemudian Arman dan Nandhita sampai dirumah sakit dan langsung menuju keruangan dimana Lia dirawat. Sesampainya disana ia bertemu dengan sosok anak kecil yang berusia sekitar 9 tahunan duduk termenung ditepi tempat tidur.

"Apakah mungkin itu Nadhira?ternyata sudah besar adiknya kakak". batin Nandhita ketika melihat sosok anak kecil itu.

"Dek?". Panggil Nandhita.

Nadhira menoleh kearah sumber suara dan menemukan sosok gadis

"Ah.. kak Dhita, apa kakak adalah kak Dhita ku?". Tanya Nadhira yang pangling akan kedatangan kakaknya

Tanpa menjawab pertanyaan Nadhira, Nandhita segera mendekat dan memeluk adiknya dengan sayang. Berulang ulang kali ia mencium kening Nadhira, perasaan rindu menyelimuti hatinya kepada adik kecilnya.

"Ma! Dhira sudah besar ya, ngak terasa ia akan sebesar ini, apa yang terjadi dengan Mama? Nandhita datang untuk menjenguk Mama, kenapa Mama tidur terus". Ucap Nandhita kepada Mamanya yang terbaring lemas, tanpa sadar ia meneteskan air matanya.

Malam pun tiba, Rendi tak kunjung datang juga. Entah apa yang membuatnya sibuk sampai sampai tidak memikirkan istri dan anaknya.

Terpopuler

Comments

Bintang Samudra

Bintang Samudra

rendi tak kunjung datang

2023-01-17

0

Bintang Samudra

Bintang Samudra

panggil nandhita

2023-01-14

0

Bintang Samudra

Bintang Samudra

"hallo"

2023-01-12

0

lihat semua
Episodes
1 Nadhira
2 Awal Perubahan
3 apa salahku
4 Kembali Akur
5 Teman Baru dan Musuh baru
6 Ada Yang Terbakar
7 Sang Putri dan Dua Pelayan
8 Kesalahan apa yang aku lakukan?
9 Masa lalu Rendi
10 Kabar Buruk
11 Pencarian
12 Ikhlas
13 Belajar Beladiri
14 Belajar Beladiri 2
15 Belajar Beladiri 3
16 Kenapa aku tidak boleh ikut beladiri
17 Aku merindukanmu Ma
18 Pahlawan Kesiangan
19 Raka
20 Dendam
21 Murid baru
22 Murid Baru 2
23 Kekuatan Doa
24 kau tak pantas untuk menamparku
25 Nadhira bukanlah anakku
26 Sebuah gelang tangan
27 Yang buruk belum tentu jahat
28 Penculikan
29 penculikan 2
30 Penculikan 3
31 penculikan 4
32 penculikan 5
33 penculikan 6
34 penculikan 7
35 penculikan 8
36 Masa Yang Kelam
37 Tak tertolong
38 Kembali
39 Luka tak berdarah
40 Izinkan memanggilmu Ibu
41 Siap jadi lawanmu
42 Penikmat Rasa Takut
43 Ujian Nasional
44 Ujian Nasional 2
45 Ujian Nasional 3
46 Maafkan aku
47 Pulang
48 Papa pulang
49 Kepasar
50 Kepasar 2
51 Kepasar 3
52 Kepanti asuhan
53 Mimpi yang menyeramkan
54 Ini bukan mimpi
55 Desa Mawar Merah
56 Desa Mawar Merah 2
57 Desa Mawar Merah 3
58 Desa Mawar Merah 4
59 Desa Mawar Merah 5
60 Apakah alam gaib itu ada
61 Tugasmu sudah selesai, sekarang giliranku
62 Kabar kematian
63 Dia milikku
64 Senyumanmu
65 Bagaimana hatiku?
66 Rindu
67 Janji
68 Racun untukku
69 Sebuah Surat
70 Gagal
71 Makan Bersama
72 Camping
73 Camping 2
74 Camping 3
75 Camping 4
76 Camping 5
77 Camping 6
78 Camping 7
79 Camping 8
80 Camping 9
81 Camping 10
82 Pulang Camping
83 Tuduhan
84 Apa salah dinding?
85 Adik dan Kakak
86 Penyerangan
87 Penyerangan 2
88 Penyerangan 3
89 Taruhan
90 Taruhan 2
91 Mengantar Nadhira pulang
92 Tamatlah riwayatmu
93 Permata iblis
94 Tuan Muda
95 Abriyanta Groub
96 Kepergian Aryabima
97 Pusat perhatian
98 Belanja
99 Terlalu bersemangat untuk belanja
100 Setelah makan jangan lupa bayar
101 Nyawaku sudah tidak berarti
102 pelukan yang dirindukan
103 Perhatian
104 Tatap menatap
105 Bukan ide yang bagus
106 Mimpi yang begitu nyata
107 Mimpi yang begitu nyata 2
108 Bisa mendengar
109 Keputusan tanpa persetujuan
110 Iri tanda tak mampu
111 Kerasukan
112 Sadar
113 Harga dirimu begitu rendah
114 Kekuatan membuka mata
115 Dia adalah sahabatku
116 Nadhira memiliki kakak?
117 Urus saja urusanmu sendiri
118 perampok yang dirampok
119 Kecurigaan yang muncul tiba tiba
120 Mencari pembantu
121 Berlatih bersama
122 Jalan jalan
123 Jalan jalan 2
124 Jalan jalan 3
125 Apa yang disembunyikan dariku
126 Malam yang panjang
127 Mengungkap misteri
128 Mengungkap misteri 2
129 Mengungkap misteri 3
130 Mengungkap misteri 4
131 Mengungkap misteri 5
132 Mengungkap misteri 6
133 Mengungkap misteri 7
134 Mengungkap misteri 8
135 Mengungkap misteri 9
136 Trauma
137 Sekolah Baru
138 Pembulian
139 Kembali camping
140 Menangkap seseorang
141 Mandi pagi
142 Kesurupan masal
143 Orang misterius dan Ratu iblis
144 Rifki marah?
145 Cemburu
146 Siapa atasanmu?
147 Bahayanya Pacaran
148 Bahayanya pacaran 2
149 Bahayanya pacaran 3
150 Ikan panggang
151 Acara perpisahan
152 Jangan sampai Nadhira mendengarnya
153 Pelatihan Gengcobra
154 Pelatihan Gengcobra 2
155 Pelatihan Gengcobra 3
156 Kenapa dihutan?
157 Aku menginginkan nyawa Papa
158 Kisah Pangeran Kian
159 Kisah Pangeran Kian 2
160 Kisah Pangeran Kian 3
161 Kisah Pangeran Kian 4
162 Kisah Pangeran Kian 5
163 Kisah Pangeran Kian 6
164 Kisah Pangeran Kian 7
165 Kisah Pangeran Kian 8
166 Kisah Pangeran Kian 9
167 Kisah Pangeran Kian 10
168 Kisah Pangeran Kian 11
169 Kisah Pangeran Kian 12
170 Kisah Pangeran Kian 13
171 Kisah Pangeran Kian 14
172 Kisah Pangeran Kian 15
173 Kisah Pangeran Kian 16
174 Kisah Pangeran Kian 17
175 Kisah Pangeran Kian 18
176 Kisah Pangeran Kian 19
177 Kisah Pangeran Kian 20
178 Kisah Pangeran Kian 21
179 Kisah Pangeran Kian 22
180 Kisah Pangeran Kian 23
181 Kisah Pangeran Kian 24
182 Kisah Pangeran Kian 25
183 Kisah Pangeran Kian 26
184 Kisah Pangeran Kian 27
185 Kisah Pangeran Kian 28
186 Kisah Pangeran Kian 29
187 Akhir kisah Pangeran Kian
188 Perselisihan
189 Mengenang sosok Lia
190 Kepantai
191 Jangan bertindak gegabah
192 Sebuah gaun
193 Berlibur bersama
194 Berlibur bersama 2
195 Berlibur bersama 3
196 Perpisahan
197 Perpisahan 2
198 Perpisahan 3
199 Tidak terpengaruh
200 Gerhana bulan merah
201 Memperebutkan permata
202 Memperebutkan permata 2
203 Memperebutkan permata 3
204 Memperebutkan permata 4
205 Memperebutkan permata 5
206 Menyelamatkan nyawa Nadhira
207 Makanan untuk Nadhira
208 Melakukan tugas
209 Tentang Haris
210 Nadhira kembali dan hilang ingatan
211 Hasutan
212 Nadhira melupakan segalanya
213 Senjata makan tuan
214 Aku tidak bisa beladiri
215 Tunduk dihadapan manusia?
216 Club malam
217 Nadhira mabuk?
218 Mabuknya Nadhira
219 Mabuknya Nadhira 2
220 Teman SMP
221 Maafkan Nadhira
222 Sosok misterius
223 Hanya luka kecil
224 Tukang kebun baru
225 Ulang tahun Amanda
226 Pesta berujung malapetaka
227 Pengorbanan Nadhira
228 Merebut Nadhira kembali
229 Kebenaran
230 Jangan pergi Dhira
231 Apakah aku sudah diakhirat?
232 Sisi lain Nadhira
233 Hati yang terluka
234 Rumah baru bagi Nadhira
235 Berita kecelakaan
236 Rendi kecelakaan
237 Pengorbanan yang tak dianggap
238 Sebuah foto
239 Bicara sendiri
240 Mencari tau
241 Rumah Dwija
242 Komplotan begal
243 Kasus pembegalan
244 Rumah sakit jiwa
245 Sebuah surat
246 Bercandanya ngak lucu
247 Desa Flamboyan
248 Hilangnya seorang anak
249 Malam yang sunyi
250 Semangkuk Nasehat
251 Pak Mun hilang
252 Serangan
253 Keributan dimakam keramat
254 Misteri makam keramat terbongkar
255 Terjebak
256 Kenyataan pahit
257 Kebahagiaan seluruh warga
258 Ledakan bom
259 Perayaan warga desa
260 Pulang
261 Merasa diawasi
262 Rendi datang
263 Siapa yang benar dan salah
264 Sudut pandang Rendi
265 Rencana keluar rumah diam diam
266 Lebih baik kau mati saja Dhira!
267 Aku bukan anak kandung Papa
268 Bertemu sahabat lama
269 Akhir kisah Apa Salahku Pa ( The end )
270 Informasi
Episodes

Updated 270 Episodes

1
Nadhira
2
Awal Perubahan
3
apa salahku
4
Kembali Akur
5
Teman Baru dan Musuh baru
6
Ada Yang Terbakar
7
Sang Putri dan Dua Pelayan
8
Kesalahan apa yang aku lakukan?
9
Masa lalu Rendi
10
Kabar Buruk
11
Pencarian
12
Ikhlas
13
Belajar Beladiri
14
Belajar Beladiri 2
15
Belajar Beladiri 3
16
Kenapa aku tidak boleh ikut beladiri
17
Aku merindukanmu Ma
18
Pahlawan Kesiangan
19
Raka
20
Dendam
21
Murid baru
22
Murid Baru 2
23
Kekuatan Doa
24
kau tak pantas untuk menamparku
25
Nadhira bukanlah anakku
26
Sebuah gelang tangan
27
Yang buruk belum tentu jahat
28
Penculikan
29
penculikan 2
30
Penculikan 3
31
penculikan 4
32
penculikan 5
33
penculikan 6
34
penculikan 7
35
penculikan 8
36
Masa Yang Kelam
37
Tak tertolong
38
Kembali
39
Luka tak berdarah
40
Izinkan memanggilmu Ibu
41
Siap jadi lawanmu
42
Penikmat Rasa Takut
43
Ujian Nasional
44
Ujian Nasional 2
45
Ujian Nasional 3
46
Maafkan aku
47
Pulang
48
Papa pulang
49
Kepasar
50
Kepasar 2
51
Kepasar 3
52
Kepanti asuhan
53
Mimpi yang menyeramkan
54
Ini bukan mimpi
55
Desa Mawar Merah
56
Desa Mawar Merah 2
57
Desa Mawar Merah 3
58
Desa Mawar Merah 4
59
Desa Mawar Merah 5
60
Apakah alam gaib itu ada
61
Tugasmu sudah selesai, sekarang giliranku
62
Kabar kematian
63
Dia milikku
64
Senyumanmu
65
Bagaimana hatiku?
66
Rindu
67
Janji
68
Racun untukku
69
Sebuah Surat
70
Gagal
71
Makan Bersama
72
Camping
73
Camping 2
74
Camping 3
75
Camping 4
76
Camping 5
77
Camping 6
78
Camping 7
79
Camping 8
80
Camping 9
81
Camping 10
82
Pulang Camping
83
Tuduhan
84
Apa salah dinding?
85
Adik dan Kakak
86
Penyerangan
87
Penyerangan 2
88
Penyerangan 3
89
Taruhan
90
Taruhan 2
91
Mengantar Nadhira pulang
92
Tamatlah riwayatmu
93
Permata iblis
94
Tuan Muda
95
Abriyanta Groub
96
Kepergian Aryabima
97
Pusat perhatian
98
Belanja
99
Terlalu bersemangat untuk belanja
100
Setelah makan jangan lupa bayar
101
Nyawaku sudah tidak berarti
102
pelukan yang dirindukan
103
Perhatian
104
Tatap menatap
105
Bukan ide yang bagus
106
Mimpi yang begitu nyata
107
Mimpi yang begitu nyata 2
108
Bisa mendengar
109
Keputusan tanpa persetujuan
110
Iri tanda tak mampu
111
Kerasukan
112
Sadar
113
Harga dirimu begitu rendah
114
Kekuatan membuka mata
115
Dia adalah sahabatku
116
Nadhira memiliki kakak?
117
Urus saja urusanmu sendiri
118
perampok yang dirampok
119
Kecurigaan yang muncul tiba tiba
120
Mencari pembantu
121
Berlatih bersama
122
Jalan jalan
123
Jalan jalan 2
124
Jalan jalan 3
125
Apa yang disembunyikan dariku
126
Malam yang panjang
127
Mengungkap misteri
128
Mengungkap misteri 2
129
Mengungkap misteri 3
130
Mengungkap misteri 4
131
Mengungkap misteri 5
132
Mengungkap misteri 6
133
Mengungkap misteri 7
134
Mengungkap misteri 8
135
Mengungkap misteri 9
136
Trauma
137
Sekolah Baru
138
Pembulian
139
Kembali camping
140
Menangkap seseorang
141
Mandi pagi
142
Kesurupan masal
143
Orang misterius dan Ratu iblis
144
Rifki marah?
145
Cemburu
146
Siapa atasanmu?
147
Bahayanya Pacaran
148
Bahayanya pacaran 2
149
Bahayanya pacaran 3
150
Ikan panggang
151
Acara perpisahan
152
Jangan sampai Nadhira mendengarnya
153
Pelatihan Gengcobra
154
Pelatihan Gengcobra 2
155
Pelatihan Gengcobra 3
156
Kenapa dihutan?
157
Aku menginginkan nyawa Papa
158
Kisah Pangeran Kian
159
Kisah Pangeran Kian 2
160
Kisah Pangeran Kian 3
161
Kisah Pangeran Kian 4
162
Kisah Pangeran Kian 5
163
Kisah Pangeran Kian 6
164
Kisah Pangeran Kian 7
165
Kisah Pangeran Kian 8
166
Kisah Pangeran Kian 9
167
Kisah Pangeran Kian 10
168
Kisah Pangeran Kian 11
169
Kisah Pangeran Kian 12
170
Kisah Pangeran Kian 13
171
Kisah Pangeran Kian 14
172
Kisah Pangeran Kian 15
173
Kisah Pangeran Kian 16
174
Kisah Pangeran Kian 17
175
Kisah Pangeran Kian 18
176
Kisah Pangeran Kian 19
177
Kisah Pangeran Kian 20
178
Kisah Pangeran Kian 21
179
Kisah Pangeran Kian 22
180
Kisah Pangeran Kian 23
181
Kisah Pangeran Kian 24
182
Kisah Pangeran Kian 25
183
Kisah Pangeran Kian 26
184
Kisah Pangeran Kian 27
185
Kisah Pangeran Kian 28
186
Kisah Pangeran Kian 29
187
Akhir kisah Pangeran Kian
188
Perselisihan
189
Mengenang sosok Lia
190
Kepantai
191
Jangan bertindak gegabah
192
Sebuah gaun
193
Berlibur bersama
194
Berlibur bersama 2
195
Berlibur bersama 3
196
Perpisahan
197
Perpisahan 2
198
Perpisahan 3
199
Tidak terpengaruh
200
Gerhana bulan merah
201
Memperebutkan permata
202
Memperebutkan permata 2
203
Memperebutkan permata 3
204
Memperebutkan permata 4
205
Memperebutkan permata 5
206
Menyelamatkan nyawa Nadhira
207
Makanan untuk Nadhira
208
Melakukan tugas
209
Tentang Haris
210
Nadhira kembali dan hilang ingatan
211
Hasutan
212
Nadhira melupakan segalanya
213
Senjata makan tuan
214
Aku tidak bisa beladiri
215
Tunduk dihadapan manusia?
216
Club malam
217
Nadhira mabuk?
218
Mabuknya Nadhira
219
Mabuknya Nadhira 2
220
Teman SMP
221
Maafkan Nadhira
222
Sosok misterius
223
Hanya luka kecil
224
Tukang kebun baru
225
Ulang tahun Amanda
226
Pesta berujung malapetaka
227
Pengorbanan Nadhira
228
Merebut Nadhira kembali
229
Kebenaran
230
Jangan pergi Dhira
231
Apakah aku sudah diakhirat?
232
Sisi lain Nadhira
233
Hati yang terluka
234
Rumah baru bagi Nadhira
235
Berita kecelakaan
236
Rendi kecelakaan
237
Pengorbanan yang tak dianggap
238
Sebuah foto
239
Bicara sendiri
240
Mencari tau
241
Rumah Dwija
242
Komplotan begal
243
Kasus pembegalan
244
Rumah sakit jiwa
245
Sebuah surat
246
Bercandanya ngak lucu
247
Desa Flamboyan
248
Hilangnya seorang anak
249
Malam yang sunyi
250
Semangkuk Nasehat
251
Pak Mun hilang
252
Serangan
253
Keributan dimakam keramat
254
Misteri makam keramat terbongkar
255
Terjebak
256
Kenyataan pahit
257
Kebahagiaan seluruh warga
258
Ledakan bom
259
Perayaan warga desa
260
Pulang
261
Merasa diawasi
262
Rendi datang
263
Siapa yang benar dan salah
264
Sudut pandang Rendi
265
Rencana keluar rumah diam diam
266
Lebih baik kau mati saja Dhira!
267
Aku bukan anak kandung Papa
268
Bertemu sahabat lama
269
Akhir kisah Apa Salahku Pa ( The end )
270
Informasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!