Perasaan Nadhira terasa campur aduk, ia ingin marah kepada Rifki mengenai para gadis yang membicarakannya. Tetapi disatu sisi ia merasa malu tentang apa yang ia lakukan sebelumnya.
"Kau lihat kan? Apa yang bisa terjadi padanya?". Bayu dengan santainya pergi meninggalkan mereka berdua.
Kini tinggal mereka bedua yang ada dilapangan itu, keduanya saling diam tanpa ada suara. Sesekali Rifki tersenyum melihat tingkah Nadhira.
Nadhira hanya membisu dan menunduk malu, Nadhira ingin cepat pulang karena hari mulai gelap. Tetapi ia bingung harus bilang apa ke Rifki, jarak antara tempat dan latihan lumayan jauh, sekitar 7 kilometer.
"Kenapa diam saja Dhir? Ayo pulang"
Rifki seperti mengetahui apa yang difikirkan oleh Nadhira, sehingga mengajak Nadhira untuk pulang lebih dulu. Nadhira hanya mengangguk mengiyakan ajakan Rifki.
Diperjalanan Nadhira banyak berbicara kepada Rifki tentang para gadis yang tadi sore sedang membicarakannya. Rifki yang mendengar bahwa para gadis membicarakan tentang dirinya hanya bisa tertawa menanggapi ucapan Nadhira.
"Bagus lah, jadi aku tidak perlu berjuang untuk mendapatkan gadis yang cantik diorganisasi itu, tinggal milih saja udah dapat hahaha...". Tawa Rifki
"Huh.. tau gini aku ngak usah cerita tadi". Dengus Nadhira
"Kamu tau ngak? Ceritamu tadi membuatku bersemangat untuk latihan tau, kali aja ada yang cantik diorganisasi". Rifki tersenyum penuh makna tetapi Nadhira tidak bisa melihatnya karena mereka naik sepeda motor.
"Terserah dah, bodoamat".
Setelah mengatakan hal tersebut, Nadhira mendadak diam ketika diajak Rifki berbicara. Rifki mengetahui Nadhira sedang kesal dengannya sehingga ia terus berbicara untuk menambah kekesalan Nadhira.
"Jangan latihan lagi". Pangkas Nadhira
"Kenapa? Bukankah semua orang boleh latihan disitu? Mengapa aku tidak boleh? Aku kan harus belajar beladiri untuk bisa melindungi seseorang yang sangat berharga bagiku dimasa depan ......" Rifki terus bercerita
"Lupakan yang aku ucapkan tadi!! Mengapa kau begitu cerewet kali ini".
"Baiklah baiklah, tapi aku masih boleh latihan kan?"
"Ya... Terserah".
Rifki melajukan sepedah motor yang ia tumpangi menuju rumah Nadhira. Sesampainya didepan rumah Nadhira, Nadhira tidak langsung turun dari sepedah, Rifki sendiri tidak menyuruh Nadhira untuk turun.
"Ada apa? Apa masih ada yang ingin kau tanyakan?". Tanya Rifki melihat Nadhira tak kunjung turun juga.
"Em.... Itu... Soal pria paruh baya tadi meng....."
Belum sempat Nadhira meneruskan kalimatnya Rifki sudah memotongnya lebih dulu.
"Oh kakek tadi? Namanya Aryabima, dia adik kandung dari kakekku, ya bisa dibilang, dia datang karena merindukan cucu kesayangan.. hahaha". Tawa Rifki menanggapi ucapan Nadhira.
"Dia tadi tidak memarahimu kan? Karena tindakan yang kau lakukan?"
Hening sesaat, mendengar pertanyaan dari Nadhira, Rifki seolah olah kehabisan kata kata.
"Apa mungkin Nadhira mengetahui apa yang aku bicarakan dengan pak siswono? Jika dia tau maka...." Batin Rifki
Melihat Rifki melamun Nadhira merasa Rifki menyembunyikan sesuatu darinya, Nadhira turun dari sepedah Rifki tanpa sepengetahuan Rifki. Ia melipat tangan didepan dadanya dan menghadap kearah Rifki.
"Rifki!!" Teriak Nadhira
Seketika Rifki tersadar dari lamunannya, dan langsung menoleh kearah Nadhira yang sudah turun dari sepedahnya, Rifki memasang senyumannya kearah Nadhira.
"Tidak" Rifki menggelengkan kepalanya. "Justru ia memujiku, karena bisa mengalahkan lawan yang jauh lebih kuat dariku, kamu tau Dhir? Pelatih itu merasa bangga ketika aku ikut latihan". Tambahnya
"Sudahlah Rif, jangan berbohong lagi"
Rifki menghela nafas, apa yang ia fikiran memang benar, Nadhira mengetahui apa yang ia bicarakan dengan pelatih tersebut. "Sebenarnya tadi pelatih terse....".
"Tuh kan bener kau tadi dimarahi kan" sela Nadhira sebelum Rifki sempat menjelaskannya.
"Kamu tadi dengar apa yang dibicarakan oleh pelatih tadi?" Dengan penasaran Rifki menanyakan hal itu kepada Nadhira.
"Tidak sih, tapi dari raut wajahmu aku yakin kamu dimarahi olehnya".
Mendengar jawaban dari Nadhira, dihati Rifki merasa senang itu tandanya Nadhira tidak mendengar apa yang mereka bicarakan tadi, tapi apa yang harus ia jelaskan kepada wanita yang ada didepannya.
"Sebenarnya tadi ..... pelatih itu ...... Menghawatirkan ku Dhir, karena aku melawan laki laki tadi yang kedudukannya jauh dariku tadi, ya... Dia terus mengomel seperti lebah yang kehilangan sarangnya". Rifki tersenyum ketika mendapatkan alasan yang tepat untuk menjelaskan kepada Nadhira.
"Lain kali jangan diulang lagi Rif, kalo kamu kenapa kenapa gimana?"
"Kamu khawatir dengan ku?"
"Tidak!!! Aku khawatir ngak bisa pulang"
Nadhira berlari dan segera masuk kedalam rumahnya, setelah mengucapkan hal tersebut. Rifki tertawa melihat tingkah Nadhira, Rifki terus menatap kearah pintu rumah Nadhira dan langsung melanjutkan perjalanannya. Nadhira mengintip Rifki dari balik gorden rumahnya.
"Siapa tadi Dhira?". Tanya papanya.
"Rifki pa"
"Kamu dari mana?"
"Aku tadi belajar beladiri". Jawabnya sambil menundukkan kepalanya.
"APA!!! KAMU MAU JADI ANAK YANG BAKAL HA!! PAPA NGAK SUKA KAMU IKUT IKUTAN HAL TERSEBUT". Bentak Rendi kepada Nadhira.
"Kenapa aku tidak boleh ikut beladiri pa? Apa salahnya aku belajar untuk melindungi diriku sendiri". Nadhira menjawab dengan berlinang air mata.
"KAMU MAU NGELAWAN HA". bentak Rendi sambil menarik tangan Nadhira.
"Akh.... Sakit pa, tolong lepaskan pa sakit, akh" Nadhira merintih kesakitan karena Rendi memegang tangannya dengan kasar dan erat.
Rendi mendorong Nadhira kelantai gudang rumahnya, Nadhira terjatuh dengan kerasnya sehingga ia mengalami cidera ditangan kirinya karena menahan tubuhnya agar tidak menatap kelantai.
Rendi segera menutup pintu tersebut, dan menguncinya dari luar. Nadhira berlari kearah pintu dan mengetuknya berharap papanya mau membukakannya.
"Pa!! Nadhira takut didalam pa!! Hiks hiks hiks, pa toloooooong". Nadhira menangis dan memegangi tangan kirinya yang membengkak.
Nadhira terjatuh dilantai dan bersandar dibalik pintu tersebut. Ia terus memegangi tangannya yang terasa sangat sakit, untuk digerakkan saja terasa ngilu dan perih.
Nadhira tidak bisa berhenti menangis, pergelangan tangan kirinya terus bergetar karena keseleo. Akhir akhir ini papanya selalu kasar kepadanya, Nadhira hampir tidak mengenalinya karena sikapnya kepada Nadhira.
Citt.. Citt.. bhuk... Klontang
"Aaaaaaaa....." Teriak Nadhira
Suara digudang tersebut sangat menakutkan bagi Nadhira, kegelapan gudang menambahkan ketakutan yang dimiliki oleh Nadhira, cahaya redup dari lampu membuat bayangan benda benda yang ada didalam sangat menakutkan.
"Mama!! Nadhira takut". Nadhira menutup kedua matanya menggunakan tangan kanannya.
Sangking takutnya, membuat Nadhira jatuh pingsan dalam gudang tersebut. Papanya yang tidak lagi mendengar teriak Nadhira, ia segera pergi ke kamarnya untuk istirahat.
*****
Disebuah tempat yang cukup indah dihiasi oleh air terjun yang mengalir begitu deras, airnya sangat jernih, bahkan ikan yang didalamnya terlihat begitu jelas.
Pepohonan yang rindang menambah suasana ditempat itu begitu sejuk dan menenangkan. Kicauan burung dapat terdengar dengan nyaring.
Terlihat sosok wanita berlarian disekitar bunga bunga yang indah dan bermekaran, wangi bunga tersebut dapat tercium begitu halus dan lembut. Wanita tersebut menari nari dibalik kupu kupu yang berterbangan.
Wanita itu membentangkan kedua tangannya dan menatap kearah langit sambil memutar tubuhnya. Terlihat senyum yang dipancarkan dari bibirnya, gelak tawanya dapat terdengar disekitar bunga bunga tersebut.
Wanita tersebut terlihat sangat bahagia, pakaian yang putih bersih, hiasan diatas kepalanya membuatnya begitu cantik, kulitnya halus tanpa noda bagaikan sutra yang lembut.
Dari kejauhan terlihat ada sosok anak kecil yang bersandar dibalik pohon yang cukup besar, anak itu memejamkan matanya. Ketika mendengar tawa dari wanita tersebut, gadis kecil itu membuka matanya dan mencari sumber suara itu.
Ia mengedipkan beberapa kali matanya, ia menoleh kearah kanan dan kiri melihat pemandangan yang ia temukan pertama kali ketika membuka matanya.
"Dimana aku?" Tanyanya entah kepada siapa.
Terdengar tawa dari arah bunga bunga sehingga membuat gadis kecil itu langsung berdiri dan mendatangi arah suara tersebut. Ia melihat sosok wanita dengan riasan yang sungguh cantik.
Gadis tersebut berjalan disekitar bunga bunga tersebut. Ia terus melangkah dan mendekati wanita itu, senyumannya terpancar ketika jarak mereka hampir dekat.
"Mama!!". Teriak gadis tersebut yang tidak lain adalah Nadhira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
kasihan nadhira😭 bapaknya jahat banget siiiiii😭
2022-03-02
0