Berhari hari kemudian Nadhira menjalankan tugasnya sebagai sekertaris dikelas itu, kali ini dia dipanggil kekantor guru untuk menerima tugas dari gurunya karena gurunya tidak dapat masuk kedalam kelas.
"Mohon perhatiannya teman teman, Bu Rita tidak bisa masuk kekelas saat ini, tapi ia memberikan tugas kepada kita". Ucap Nadhira didepan kelas
"Tugas apa itu dhir?"
"Kita disuruh merangkum 1 bab ini" sambil menunjuk buku yang sangat tebal.
"Busyettt.. banyak banget dhir". Ucap Vina
"Sudahlah Vin tulis aja lah, aku pun nanti nulisnya dua kali".
"Kasihannya".
"Mau ku lempar penghapus?". Tanya Nadhira dengan menatap tajam Vina.
"Ngak ngak, ngak jangan, yaudah aku nulis nih". Jawab Vina dengan cepat
Bu Rita adalah guru sejarah, ia tidak bisa hadir karena ada keperluan pribadi, jadi dia memberi tugas untuk merangkum
Nadhira mulai menulis dipapan dan tidak ada yang memperdulikannya, separuh dari mereka sangat ramai sedangkan Vina dengan separuh lainnya sibuk mencatat apa yang ditulis oleh Nadhira dipapan tulis.
Kelasnya yang sangat ramai, membuat penghuni kelas lainnya merasa terganggu ketika sedang mendengarkan penjelasan dari gurunya.
"KALIAN BISA DIAM NGAK? MENGANGGU PELAJARAN KELAS LAIN SAJA". Bentak Theo kepada semua orang
Mendengar itu, mereka semua diam tidak berani membantah apa yang diucapkan oleh Theo. Mendengar suara Theo, Nadhira segera menoleh kebelakang dan menemukan teman temannya diam ditempat tanpa berani mengeluarkan suara.
"*Siapa sebenernya Theo ini, kenapa yang lainnya segera diam ketika ia bertindak*", batin Nadhira
Nadhira sendiri pun langsung melanjutkan tugasnya sebagai sekertaris. Setelah selesai mencatat dipapan ia meminjam buku Vina untuk menyalin catatan yang baru saja ia catat.
"Dhir, fokus amat nulisnya". Tegur Vina
"Mau bagaimana lagi, harus nulis dua kali itu bukan hal mudah tau". Keluh Nadhira.
"Lalu kenapa kamu mau menerima jabatan itu, ku lihat lihat kamu ngak tertarik sama sekali untuk menjadi sekertaris".
"Hmm.. kamu benar sih, tapi ngak enak aja sama guru itu kalau aku nolak".
"Iya juga sih, mau aku bantuin nulisnya?"
"Ah ngak usah, aku masih sanggup kok"
"Baiklah, terserah kamu aja Dhir"
Halaman demi halaman mulai dipenuhi dengan tulisan tangan Nadhira, dan lama kelamaan tulisannya berubah menjadi lebih acak acakan pertanda bahwa Nadhira mulai kelelahan.
Melihat itu Vina hanya mengeleng gelengkan kepala melihat tingkah Nadhira yang menurutnya sungguh lucu.
Bel istirahat pun berbunyi dan Nadhira bersiap siap untuk bertemu dengan sahabat sahabatnya dikantin seperti biasanya mereka selalu berkumpul bersama dan berbagi cerita bersama.
Ketika hendak berdiri dari bangkunya tiba tiba Theo menghampirinya.
"Namamu Nadhira bukan? Mau kekantin bersama ku?". Tanya Theo
"Maaf, teman temanku pasti sudah menunggu ku"
"Boleh aku ikut denganmu?"
"Em... Baiklah"
Mereka berdua bergegas kekantin dan mendatangi sebuah bangku tempat Nadhira bersama sahabatnya berkumpul selama disekolah itu
"Hay, kalian sudah pesan makanan?.
"Belum, kalo Bayu sih udah dari tadi sama susi". Jawab Rifki ketus ketika melihat seseorang sedang bersama Nadhira
"Ow.. baiklah mau dipesankan juga?.
"Terserahmu saja".
Nadhira bergegas menuju meja kasir dan diikuti oleh Theo dibelakangnya. Nadhira memesan makanan kesukaannya dan juga kesukaan Rifki, sedangkan Theo memesan makanannya sendiri.
Melihat Nadhira berjalan bersama dengan orang lain membuat perasaannya sedikit sakit, ada rasa tidak rela ketika melihat hal itu, meskipun begitu Rifki tetap memasang senyumannya jika dihadapan Nadhira.
Tak lama kemudian Nadhira dan Theo berjalan kembali kemeja mereka dan mendapati Bayu dan Susi yang sudah duduk bersama dengan Rifki.
"Wih dhira, sudah mengandeng seseorang aja, padahal baru beberapa hari disini". Seru Susi
"Apaan sih kamu si". Ucap Nadhira yang merasa risih ditatap teman teman yang lain juga
"Eh kalian berdua itu cocok banget lo Dhir". Kompor Bayu
Sebenarnya Bayu sudah mengetahui kalau Sahabatnya, Rifki telah lama menaruh hati pada Nadhira, akan tetap Rifki engan untuk mengucapkannya pada Nadhira.
"Kita hanya temen saja kok ngak lebih". Jawab Theo
"Yayaya.. hanya teman, tapi mesra". Tambah Susi
Mereka memakan makanan pesanan mereka dan saling bercanda satu sama lain, Theo pun sudah mulai akrab dengan mereka semua, sementara Rifki hanya mendengar dalam diam tanpa menyahuti ucapan mereka. Semakin lama semakin panas pula suasananya.
"Sabar Rifki Sabar, masih banyak jalan menuju roma". Ucap Rifki dalam hati, sambil berusaha tampak tenang.
"Guys, aku kembali kekelas dulu ya". Ucap Nadhira.
"Loh kenapa terburu buru?". Tanya Rifki.
"Iya nih Dhir, ngak biasanya kembali lebih awal, apa kamu ingin berduaan dengan Theo?". Ucap Susi sambil menahan tawanya.
"Apaan sih kalian, dari tadi mbahasnya itu itu doang, lagian aku kembali kekelas itu mau ngelanjutin tugas ku jadi sekertaris kelas tau, banyak cahatan yang belum aku catat termasuk jurnal hari ini". Keluh Nadhira
"Ya ampun Nadhira, kamu parah banget". Ucap Bayu sambil menepuk jidatnya.
"Hehehe.. tadi kan belum sempet nulisnya". Tersenyum canggung sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Jangan terlalu memaksa Dhir, bisa bisa pelajaranmu terganggu". Kali ini Rifki yang menyahutinya.
"Apa perlu aku mencarikan wakil sekertaris?" Ucap theo.
Semua memandang Theo sambil menyipitkan matanya, kenapa ngak dari kemarin saja melakukan hal itu, batin mereka semua yang mendengar ucapan Theo, rasanya ingin mencakar cakar wajah Theo dengan tangannya masing masing. Theo yang dipandang seperti itu segera bergidik ngeri melihat tatapan mereka seakan akan tidak bersahabat dan bisa sewaktu waktu melahap tanpa ampun.
Hening beberapa saat dan kemudian Nadhira pamit kepada teman temannya dan langsung disusul oleh Theo dibelakangnya. Melihat Theo berjalan bersama Nadhira tidak ada yang berusaha menganggu Nadhira seperti biasanya ketika ia sedang berjalan sendirian.
Ketika Nadhira berjalan sendirian, banyak anak yang akan menabraknya dengan sengaja bahkan menyindirnya begitu ia lewat, dan membuatnya sedikit tidak nyaman. Tapi entah mengapa ketika ia berjalan bersama Theo mereka semua diam tidak ada yang berani menganggu Nadhira, siapa sebenernya sosok Theo ini, Bahkan kakak kelas pun tidak ada yang mau berurusan dengannya.
"Boleh aku bertanya sesuatu?" Ucap Nadhira dengan pelan.
"Em.... Mau bertanya tentang apa?bukannya kamu murid yang pandai, pasti sudah tau jawabannya". Jawab Theo
"Bukan masalah pelajaran, tapi..."
Mendengar kalau Nadhira ingin berbicara serius kepadanya, membuatnya menghentikan langkah kakinya dan segera menoleh menghadap Nadhira. Nadhira yang ditatap seperti itu membuatnya gugup dan sulit untuk mencari kata kata.
"Tapi apa?"
"Em... Itu... Em.... Aa....".
"Bicara yang jelas Nadhira, aku ngak pandai dalam mengartikan bahasa wanita". Keluhnya
"Ke.. kenapa semua orang takut kepadamu?"
Mendengar pertanyaan Nadhira membuatnya bingung apa yang harus ia jawab dan jawaban apa yang diinginkan oleh Nadhira.
"Eh.. maksud kamu apa Nadhira?".
"Dari tadi ngak ada yang ngangguin aku ketika kau bersama ku".
"Hemm.., jadi maksud mu, ketika kau ngak bersama ku, banyak yang menganggu mu? Begitu? Mungkin mereka iri kali lihat kecantikanmu". Jawab dengan entengnya dan berjalan kekelas meninggalkan Nadhira yang mematung.
"Apa benar yang dikatakan Theo itu kebenaran". Gumannya
Nadhira pun bergegas menyusul Theo yang ada didepannya. Theo berjalan dengan santainya tetapi Nadhira tidak berhasil mengejarnya seolah olah langkah Theo terlalu cepat untuk disaingi.
*****
Rifki yang menatap punggung Nadhira yang berjalan menjauh darinya hanya mampu melihat dalam diam, dan menghela nafas panjang.
"Pasangan yang serasi ya". Ucap Susi terkagum kagum melihat Nadhira dan Theo.
Ctakk
"Auhh..." Mengelus kepalanya
Sebuah jitakan mendarat dikeningnya dengan mulus tanpa hambatan. Rifki yang selesai menjitak Susi segera meniup jarinya seolah olah itu senjata yang berharga yang dimilikinya.
"Fiuhhh.. ternyata ampuh juga senjataku". Ucap Rifki tanpa rasa bersalah
Susi yang melihatnya segera melototkan matanya kepada Rifki. Dengan tatapan yang siap untuk menelan siapa saja yang ada didepannya
Glek
Tanpa sengaja Rifki menelan ludahnya sendiri dengan keras, perasaannya mulai terasa tidak enak melihat tatapan itu yang mengarah kepadanya.
"Hey kalian berdua". Susi menjewer telinga kedua manusia itu.
"Awh awh" keluh keduanya.
"Berani menjitak lagi, kupastikan telinga ini akan lepas".
"Auhh... Ta.. tapi ka.. kan aku tidak tidak menjitak mu". Ucap Bayu.
Bayu yang dari tadi menikmati makanan yang ia pesan tidak tau apa yang terjadi, tiba tiba telinganya ditarik oleh Susi tanpa perasaan.
"Iya benar, tidak saat ini,tapi kamu sering melakukannya padaku"
"Ampun! Tolong lepaskan kami". Bayu dan Rifki berlagak kesakitan dan meminta ampun kepada Susi.
"Baiklah dengan satu syarat".
"Apa itu?". Tanya Rifki
Dikelas Nadhira, sosok Vina tengah menghampirinya. Dan mengajaknya untuk duduk dibangku mereka, beberapa hari ini Vina menjadi teman baik Nadhira.
"Dhir, gimana?".
"Apanya?"
"Itu, sama Theo, kalian berdua kelihatannya deket banget".
"Apa an sih kamu Vin, aku aja ngak kepikiran untuk hal itu"
"Em.. kamu harus hati hati dengan dia". Ucap Vina dengan serius
"Emang ada apa?"
"Ehem"
Tiba tiba sosok Theo ada didekat mereka dan berdehem, membuat kedua anak itu terkejut dengan kedatangannya yang tiba tiba seperti itu.
Vina sendiri tidak berani melanjutkan ucapannya karena pandangan Theo yang tidak mengenakkan,tak beberapa lama kemudian bel masuk berbunyi dan Theo kembali kebangkunya sedangkan Nadhira mengeluarkan buku bukunya.
"Baik anak anak, kita memasuki bab selanjutnya tolong dibuka bukunya halaman 26". Ucap seorang guru yang datang kekelas mereka
Beberapa jam kemudian, bel tanda pulang sekolah pun berbunyi, Nadhira bergegas menemui sahabat Sahabatnya dan berniat untuk pulang bersama seperti sebelumnya, sejak kelas mereka berpencar. Mereka menetapkan area disekitar gerbang utama adalah titik kumpul mereka.
Nadhira berjalan seorang diri untuk menyusuri area sekolahan yang mengarah pada gerbang utama, perlahan lahan ia akhirnya sampai digerbang utama dengan sahabatnya yang tengah menunggu Nadhira keluar dari kelasnya.
"Tumben dhir lama sekali?" Tanya Susi
"Maaf ya, soalnya jam terakhir banyak sekali tugas, jadi aku harus ngerjain dulu".
"Yaudah ngak papa, ayo pulang".
Mereka akhirnya berjalan pulang bersama sama, jarak antara perumahan yang mereka tempati tidak jauh dari sekolah mereka, sehingga hanya dengan berjalan kaki mereka akan sampai.diperjalanan Rifki dan Bayu tidak ada yang mengeluarkan suara seperti sebelumnya.
Nadhira merasa aneh dengan mereka bertiga sejak terakhir kali mereka bertemu, akhirnya mereka membuang fikiran itu jauh jauh dan terus berjalan.
Sampai akhirnya mereka berempat berpisah dan pergi kerumahnya masing masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 270 Episodes
Comments
Bintang Samudra
terus berjalan 👍
2023-02-23
1
💮Aroe🌸
ada yg suka, banyak ygiri...😁 hatihati
2022-03-02
1