Untuk beberapa saat keduanya saling pandang dan terdiam. Namun tak lama kemudian Zea mengerjabkan matanya berulangkali dan setelah kesadarannya kembali, Zea memelototkan matanya dan ia langsung memukul dada bidang milik Azlan.
"Modus modus modus dasar," ucapnya.
Azlan yang mendapat pukulan membabi buta dari Zea pun langsung melepaskan pelukannya dan dengan cepat ia menghindari amukan Zea.
"Stop!" geram Azlan sembari memegang tangan Zea yang berhasil ia tangkap dengan kedua tangannya.
"Aaaaaa lepasin!" teriak Zea dengan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman erat Azlan.
"Gue lepasin kalau lo gak main pukul orang seenaknya aja," tutur Azlan. Zea pun terdiam sesaat dan setelah itu ia menganggukkan kepalanya.
Azlan akhirnya melepaskan tangan Zea dari genggamannya. Zea yang sudah bebas pun kembali mendudukan tubuhnya di kursi belakang sembari mengelus pergelangan tangannya yang memerah, tak lupa dengan bibir yang sudah maju satu senti kedepan.
Azlan kini menjalankan mobilnya kembali menuju rumah sakit. Dan tak butuh waktu lama akhirnya mereka sampai di salah satu rumah sakit di kota Jakarta.
Zea yang baru turun dari mobil pun dengan cepat mendekati Azlan yang sudah lebih dulu memasuki lobby rumah sakit tersebut.
"Eh eh eh tunggu!" teriak Zea sembari berjalan sedikit tertatih karena cedera yang ia dapatkan saat tadi di serempet oleh Azlan.
Azlan menghiraukan teriakan Zea karena ia merasa Zea bukan memanggil dirinya.
Zea yang hanya di acuhkan oleh Azlan pun berdecak sebal.
"Hoy elah, Cowok uhuy, tungguin aelah!" teriaknya lagi namun untuk kali ini Azlan menghentikan langkahnya bukan karena ia merasa terpanggil namun ia sudah muak dengan teriakan demi teriakan yang terlontar dari mulut Zea. Terlebih lagi mereka sedang dirumah sakit yang seharusnya tenang bukan ribut seperti tadi.
Azlan tak menghampiri Zea, ia memilih untuk menunggu wanita tersebut di tempatnya berdiri sekarang.
"Ck lo udah nabrak gue, gak mau tanggungjawab bantuin gue jalan malah main nyelonong gitu aja mana dipanggil gak kasih respon pula," gerutu Zea dengan bawelnya.
Azlan memutar bola matanya malas.
"Pertama, gue gak pernah nabrak lo tapi hanya nyerempet motor lo. Kedua, kaki lo itu gak patah jadi gak perlu bantuan. Dan ketiga, gue punya nama," ucap Azlan. Lalu ia pun langsung melanjutkan langkahnya.
Zea yang lagi-lagi ditinggal oleh Azlan pun mencebikkan bibirnya.
"Dasar laki-laki gak punya perasaan, gak peka, menyebalkan huh," kesal Zea.
Zea kini menghampiri Azlan yang sudah masuk kesalah satu ruang periksa tanpa menunggu dirinya terlebih dahulu.
"Sebenarnya siapa yang sakit sih? kenapa dia malah masuk duluan?" gerutu Zea.
Saat dirinya sudah memasuki ruangan yang sama dengan yang Azlan masuki tadi, ia langsung mendudukan tubuhnya di samping Azlan yang tengah sibuk dengan ponselnya.
Zea melirik sebentar kearah Azlan setelah itu ia langsung menghadap ke dokter yang berparas sangatlah tampan bahkan ia pun sempat terpesona dengan ketampanan dokter tersebut.
"Hey, apa yang kamu rasakan?" tanya dokter tersebut dengan senyum manisnya yang membuat hati Zea yang tadinya banyak kobaran api didalamnya langsung terasa dingin dan tentram.
"Eh ah itu dok. Tadi saya diserempet sama orang gila yang bawa mobil dan yang saya rasakan saat ini sedikit pusing dan kaki saya sakit," ucap Zea tanpa memperdulikan tatapan tajam dari Azlan.
"Apa yang lo bilang tadi?" tanya Azlan yang siap memakan orang.
"Kepo," ucap Zea.
"Sudah-sudah jangan bertengkar," pisah dokter tersebut.
"Kita langsung saja periksa keadaan kamu dan kasih obat ke lukanya," sambung dokter tersebut sembari berdiri dari duduknya untuk menyiapkan peralatan dan obat-oban yang ia perlukan.
"Kamu berbaring dulu ya di banker itu, saya ambil antiseptik dulu di ruang obat," ucap dokter tersebut.
Zea pun mengangguk setelah itu dokter tadi pergi dari hadapan mereka berdua namun beberapa saat, dokter tersebut kembali dan hanya memunculkan kepalanya saja.
"Azlan! bantu dia naik ke banker!" teriak Dokter tersebut yang baru Zea ketahui namanya yaitu dokter Adam.
Masih ingat dengan nama Adam? Yap anak yang dulu di bantu oleh Daddy Aiden dan juga Mommy Della saat triplets masih didalam perut Mommy Della waktu itu. Si penjual rujak yang sudah yatim piatu dan sering dimanfaatkan oleh bibinya sendiri, kini dia sudah menjadi seorang dokter, tentunya dengan bantuan kedua orangtua triplets dengan menjadikan Adam sebagai anak angkat dari mereka berdua walaupun tidak tinggal serumah karena Adam tak mau merepotkan orangtua angkatnya dan juga ia sudah memiliki rumah sendiri dengan hasil keringatnya. Namun walaupun begitu ikatan kekeluargaan dari mereka masih sangat erat bahkan triplets sangat dekat dengan dirinya dan Adam akan datang ke rumah keluarga Abhivandya jika dia tengah libur bekerja.
Azlan menolehkan kepalanya kearah Adam yang masih terlihat di pintu tersebut.
"Dia bisa sendiri," ucap Azlan setelah itu ia kembali memainkan ponselnya.
"Azlan!" teriak Adam yang membuat Azlan langsung menaruh ponselnya di atas meja kerja Adam dan dengan malas ia menghampiri Zea.
Saat ia berada dibelakang Zea, tanpa permisi Azlan memutar tubuh Zea supaya menghadap dirinya dan ia pun langsung mengangkat tubuh Zea dan mendudukan tubuh tersebut ke atas banker.
Setelah itu Azlan kembali duduk di tempatnya tadi.
"Puas?" tanya Azlan dengan menatap Adam yang tengah tersenyum kepadanya.
"Good boy," ucap Adam sembari mengacungkan kedua jempolnya. Adam kini sudah berlalu dari ruangannya meninggalkan Azlan dengan Zea, berduaan di ruangan tersebut.
"Lo tadi modus kan?" tanya Zea penuh selidik.
"Gak guna gue modusin lo," jawab Azlan tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel ditangannya.
"Terus lo tadi nagapain ngangkat badan gue kalau gak modus hah?"
Azlan menghela nafas sudah cukup sabar dirinya hari ini menghadapi perempuan yang sangatlah bar-bar bahkan ke bar-baran Edrea masih kalah dengan perempuan yang sekarang ia bawa kerumah sakit itu.
Azlan kini menatap dingin dan tajam kearah Zea yang tak ada takutnya sama sekali dengan tatapan mematikan tersebut.
"Lo bisa diem gak hah? Gue gak pernah ada niatan modusin lo sama sekali. Dan jika telinga lo itu masih berfungsi dengan baik seharusnya tadi lo dengar apa yang dokter Adam tadi katakan!" geram Azlan hingga ia meninggikan suaranya kepada Zea.
Zea melongo dan juga takut dengan murkanya seorang Azlan yang biasanya irit bicara itu. Bahkan matanya kini sudah berkaca-kaca karena bentakan yang ia dapatkan dari Azlan tadi.
Azlan yang baru menyadari sikapnya pun mengusap wajahnya dengan kasar setelah itu ia pergi keluar meninggalkan Zea sendirian di dalam ruangan tersebut.
"Sial, kenapa gue tadi bisa bentak dia sih. Arkh," gumam Azlan menyesal. Bukan karena ia suka sama Zea tapi karena ia tak pernah meninggikan suaranya bahkan membentak seperti yang ia lakukan tadi ke perempuan mana saja yang merasa mereka mengganggu ketenangannya. Dia bisanya hanya berkata penuh dengan penekanan ditambah tatapan yang tajam ia lontarkan kepada mereka dan mereka pun akan pergi dengan sendirinya atau jika tidak Azlan akan mengacuhkan mereka dan memilih pergi. Bukan seperti yang ia lakukan tadi ke Zea dan kini ia hanya bisa menggerutu dalam hatinya atas kesalahan yang sebenarnya juga bukan sepenuhnya kesalahannya itu.
...*****...
Yuk bisa yuk 205 like per-eps/hari😘
Happy reading semuanya. Adakah yang sama dengan Zea yang bawel tapi kalau udah dapat sentakan dari orang lain mesti mewek. Kalau ada kita satu server 😂
Dah ah... Happy reading sayang-sayangku 🤗 See you next eps bye 👋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 381 Episodes
Comments
Yunia Afida
semangat terus, tar apa ada kisah adam kak
2021-08-31
0
Dwi ernawati
Dwiernawati
Adam😎 jelas inget donk Thor.. dari awal udah ngikutin kisah mom fredella sama Dedy aiden.. sampai nangis Bombay pas kehilangan ank pertama mereka..😭
2021-08-30
0
Djuniati 123
sabar zea ntar jg bucin abang ganteng😘
2021-08-13
0