The Triplets STORY
Di sebuah kamar yang di desain dengan sangat feminim terdapat anak gadis yang masih dengan tenang menjelajahi mimpi indahnya walaupun sinar matahari sudah masuk kedalam kamar miliknya melalui celah-celah jendela kamarnya.
"Rea, bangun sayang udah pagi!" Teriak Mommy Della dari balik pintu yang membuat sang empu menggeliatkan tubuhnya dengan malas.
Dengan suara seraknya Edrea menjawab, " 5 menit lagi Mom." Ia kembali menenggelamkan wajahnya di balik bantal.
"Gak ada 5 menit 5 menitan lagi. Bangun atau mobil kamu Mom jual lagi," ancam Mommy Della.
Edrea seketika membelalakkan matanya dan segera bangkit dari kasur kemudian membukakan pintu untuk sang Mommy.
"Ck, Mommy mah gak seru ancamannya pakai mobil," gerutu Edrea saat berhadapan dengan Mommy Della.
"Jangan bawel. Mandi sana buruan! Nanti telat kesekolah terus dihukum baru tau rasa kamu." Setelah mengatakan itu Mommy Della segera pergi dari hadapan Edrea tanpa mau mendengarkan ocehan dari anak bontotnya itu. Edrea berdecak sebal dan segera masuk lagi kedalam kamar untuk membersihkan tubuhnya.
*****
Tok tok tok
Kini ketukan pintu dikamar Azlan yang terdengar.
"Azlan, bangun sayang udah pagi!" Azlan yang mendengar teriakan dari sang Mommy pun segera membuka matanya dan bergegas membuka pintu kamar tersebut dan menampilkan kamar yang dominan dengan warna abu-abu, hitam dan putih tak lupa dengan rak buku yang terdapat didalam kamar tersebut.
Azlan mendekatkan dirinya ke Mommy Della dan mengecup pipi sang Mommy sebagai ucapan selamat paginya.
"Morning Mom," ucapnya. Mommy Della tersenyum dan mengacak rambut Azlan walaupun ia harus berjinjit karena tubuh anak pertamanya yang benar-benar sangat jangkung.
"Buruan siap-siap gih." Azlan menganggukkan kepalanya. Setelah itu ia menutup kembali pintu kamarnya saat Mommy Della sudah melenggang pergi menuju kamar Erland.
Seperti biasa Mommy Della akan mengetuk pintu kamar anaknya sebelum berteriak.
"Erland, bangun sayang udah pagi!" Satu detik dua detik sampai satu menit tak ada jawaban dari anak keduanya.
Mommy Della kembali berteriak namun sama saja tak ada jawaban karena sang empu menuruni sifat kebo dari Mommynya itu.
"Erland bangun!!!" Erland mengerjabkan matanya sebentar setelah itu tertutup kembali.
"Erland!!!" Kini teriakan Mommy Della benar-benar menggelegar hingga membuat Erland berdecak sebal.
"Iya. Erland udah bangun Mom. Jangan teriak-teriak!" Ucapnya tanpa membuka pintu.
"Kalau udah bangun buruan siap-siap!"
"Iya," ucap Erland. Kini teriakan dan gedoran dari pintu tak ia dengar kembali dan itu membuat dirinya bernafas lega. Bukanya dia bergegas melaksanakan apa yang Mommynya perintahkan malah justru ia kembali lagi menjelajahi alam mimpi.
...***** ...
Diruang makan sudah ada Daddy Aiden dan juga Mommy Della yang tengah menunggu anak-anaknya untuk sarapan bersama.
"Kamu yakin mereka udah bangun semua?" Tanya Daddy Aiden.
"Udah kok. Tunggu aja sebentar lagi sayang." Daddy Aiden menghela nafas. Perutnya sudah keroncongan sekarang dan harus menunggu triplets yang entah kapan mereka akan turun kebawah.
Tak berselang lama Azlan menghampiri meja makan dengan pakaian yang sudah rapi tak lupa dengan tas yang ia sampirkan dibahu kanannya.
"Morning Mom, Dad," sapa Azlan dan kembali mencium pipi Della tanpa melihat Daddy Aiden yang menatap dia dengan tatapan cemburu.
"Itu istri Dad. Jangan main cium-cium!" Tegur Daddy Aiden sedangkan Azlan hanya mengedikan bahunya acuh.
"Dasar anak laknat," umpat Daddy Aiden.
"Dad udah ih. Sama anak sendiri juga. Astaga," lerai Mommy Della.
Daddy Aiden menghela nafas panjang, "Adik-adik kamu mana?" Tanyanya.
"Masih dikamar kayaknya." Daddy Aiden mengangguk mengerti dan setelah itu teriakan nyaring dari si bontot terdengar menggema hingga membuat siapa saja yang mendengar teriakannya menutup telinga mereka.
"Good morning Mom, Dad, Bang Azlan!" Ucapnya setelah itu ia mendekati ketiga orang yang menatapnya dengan sebal dan mencium pipi mereka satu persatu.
"Tenggorokan kamu gak sakit sayang teriak kayak gitu tadi?" Tanya Daddy Aiden.
Edrea menggeleng, "Enggak."
"Yuk ah sarapan laper nih," sambungnya.
"Tunggu bang Erland dulu sayang." Edrea mengedarkan pandangannya dan ternyata benar Abang keduanya tak ada di meja makan tersebut.
"Haish kebiasaan. Biar Rea samperin." Tanpa menunggu persetujuan dari mereka, Edrea kembali ke lantai atas lebih tepatnya ke kamar Erland.
Setelah dirinya sampai di depan pintu kamar Erland, Edrea tak langsung mengetuk pintu kamar tersebut melainkan mencari sesuatu di dalam guci kecil yang terletak di samping kamar Erland.
"Ketemu," ucapnya. Lalu ia segera membuka pintu kamar Erland dengan menggunakan kunci cadangan yang hanya dirinya yang tau.
Edrea berdecak saat mengetahui tubuh Erland yang masih terbalut selimut. Tanpa ragu-ragu Edrea menghampiri Erland dan segera merebahkan dirinya tepat di atas tubuh Erland. Namun sama saja tak ada pergerakan dari Erland.
"Ck kebo banget sih," gerutu Edrea.
"Bang bangun!" Teriaknya sembari menciumi pipi Kakak keduanya. Tapi lagi-lagi usahanya tak membuahkan hasil.
"Ya Allah bang. Tidur apa mati sih ini orang." Edrea kembali melancarkan aksinya dengan memercikan air dan juga menyeret tubuh Erland namun semua yang ia lakukan tak mempengaruhi Erland untuk segera membuka matanya.
Edrea hampir menyerah sebelum ide jahilnya melintas di dalam otak cemerlangnya. Ia mendekatkan wajahnya ke arah telinga Erland dan... "Bang Erland bangun. Ada orang yang curi motor kesayangan Abang buruan bagun bang!" Dan kali ini aksinya membuahkan hasil.
Erland langsung lari terbirit-birit menuju garasi rumahnya. Sedangkan Edrea ia tertawa puas sembari menuju ruang makan.
Sedangkan yang berada diruang makan menatap heran kearah Erland yang tengah berlari tanpa tengok kanan kiri seperti orang kesetanan.
Tatapan mereka beralih kearah Edrea yang menghampiri mereka dengan cekikikan tak ada hentinya.
"Erland kenapa?" Tanya Daddy Aiden.
"Pasti kamu kerjain lagi kan?" Kini Mommy Della yang angkat bicara.
"Hehehehe suruh siapa dijam segini masih molor," jawab Edrea kemudian duduk di kursi makan yang tadi ia duduki.
Mereka bertiga hanya bisa menggelengkan kepalanya dan tak berselang lama Erland kembali masuk dan segera menghampiri adik perempuannya itu untuk diberi pelajaran karena telah lancang mengerjainya.
Edrea yang terus ditatap oleh Erland dari kejauhan pun berancang-ancang untuk kabur dan sebisa mungkin bersembunyi dimana pun asal tak diketahui oleh Erland namun sayangnya rencana hanya tinggal rencana karena baru juga ia ingin beranjak dari duduknya, tangan Erland lebih dulu melingkar di leher jenjangnya.
"Mau kemana lo hah?" Ucap Erland dengan suara baritonnya. Edrea yang berada di kuncian Erland pun menatap Kakak keduanya dengan cengiran tak berdosanya.
"Berani-beraninya ya lo ngibulin Abang sendiri. Kualat baru tau rasa lo," sambungnya.
"Ish jangan kencang-kencang kali bang. Ngap nih gak bisa nafas gue. Siapa suruh tadi molor kek orang mati aja gak gerak-gerak. Dan btw ya bang kita itu lahirnya cuma beda.... Beda berapa menit Mom?" Mommy Della yang tadinya hanya memperhatikan perkelahian antar kedua anaknya itu pun langsung menjawab, "7 menit," ucapnya.
"Tuh cuma beda 7 menit doang jadi gak ada yang namanya kualat diantara kita," tutur Edrea.
"Tapi gue lebih dulu lahirnya walaupun hanya beda beberapa menit doang. Paham."
"Iya in aja deh biar seneng. Lepasin ih bang. Mau sarapan nih gue."
"Minta maaf dulu."
Edrea menghela nafas panjang, "Abangku yang paling ganteng..."
"Lebih gantengan gue," potong Azlan yang tiba-tiba menimpali ucapan Edrea.
"Ck gantengan Daddy kemana-mana. Kalian berdua masih kalah jauh dibawah Daddy," kini Daddy Aiden yang berucap tak mau kalah.
Edrea maupun Mommy Della saling tatap dan dengan kompak dua perempuan beda usia itu menepuk dahinya masing-masing.
"Ya ampun Mom. Kenapa Mommy dulu nikah sama Daddy yang super duper PD kayak gini sih," ucap Erland dan kini telah melupakan kuncian tangannya dari tubuh Edrea yang membuat si bontot memanfaatkan moment tersebut untuk keluar dari kuncian Erland.
Edrea bernafas lega setelah ia berhasil lepas dari Erland. Lalu ia segera duduk disamping Mommy Della untuk menyaksikan perdebatan yang akan segera dimulai tak lupa dengan roti di tangannya.
"Mom dulu khilaf apa gimana? Sampai mau milih Dad buat pasangan Mom." Kini Azlan yang berucap.
"Heh enak aja ya. Mommy kalian dulu tuh dalam keadaan sadar saat nikah sama Daddy. Ya kali cowok seganteng Daddy ditolak sama Mommy dan kalau Dad dulu gak nikah sama Mom kalian, Dad pastikan kalian gak ada di dunia ini. Jadi berterimakasih lah sama Dad. Sini-sini sungkem dulu sama Dad."
"Ya ampun Dad, yang nentuin kita di dunia tuh Tuhan bukan Daddy," ucap Azlan.
"Ya kan Daddy yang jadi perantara."
"Ck iyain aja lah Az biarin kita yang muda ngalah sama yang tua," final Erland dan diangguki oleh Azlan. Sedangkan Daddy Aiden ia mencebikkan bibirnya. Enak saja dia dikatain tua padahal umurnya masih lumayan muda dan jangan lupa paras rupawannya tak akan pernah lekang oleh usia.
Erland yang tadinya ingin beranjak ke kamar tiba-tiba teringat sesuatu.
Matanya kini beralih menatap Edrea yang tengah asik melahap roti ditangannya tanpa mengetahui tatapan Erland.
Tanpa menunggu lagi Erland menghampiri Edrea dan saat dirinya telah berada di belakang tubuh si bontot, tubuhnya ia bungkuk kan hingga tepat disamping pipi Edrea yang penuh dengan roti didalamnya. Karena gemas dan rasa jengkelnya menyatu, Erland menggigit pipi Edrea yang membuat sang empu menjerit.
"Huwaaaaa Abang ih sakit tau!"
"Itu peringatan buat lo. Kalau lo ngerjain gue lagi, gue pastiin tuh pipi jadi bolong." Edrea bergidik ngeri. Baru juga dia ingin mengumpat, Erland lebih dulu melenggang pergi dari hadapan mereka semua yang berada di meja makan.
Dan akhirnya umpatan yang tadi ia ingin keluarkan kini terpaksa harus dikubur lagi di batinnya. Buat nanti siapa tau kan saat di sekolah ada yang mau diajak adu mulut, lumayan buat pelampiasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 380 Episodes
Comments
susi 2020
😍😍😍😍
2023-01-30
1
susi 2020
🤩🤩😘
2023-01-30
0
Anonymous
.
2022-08-07
0