Kini mereka bertiga telah sampai di sekolah masing-masing. Yap mereka tak satu sekolahan lebih tepatnya hanya Edrea yang beda sekolah dari kedua saudara laki-lakinya itu. Awalnya Erland juga disekolah yang berbeda dari Azlan namun sayang disekolahnya yang dulu ia kena DO karena perkelahian yang sebenarnya bukan salahnya. Walaupun ada saksi yang melihat keributannya dulu namun ia yang kalah dan tetap menerima hukuman untuk keluar dari sekolah tersebut. Sedangkan lawannya malah masih berjaya disekolahnya. Ya maklum semua bisa ditutup dengan uang, uang dan uang yang membuat Erland muak dengan tingkah para orang kaya yang selalu berbuat semena-mena bahkan salah pun harus tetap benar dengan cara menjijikkan seperti itu.
Azlan keluar dari mobil Ferrari GTC4Lusso T miliknya setelah berhasil memarkirkan mobil tersebut di area parkir khusus siswa.
Tak berselang lama Erland baru memasuki area sekolah tersebut dengan menggunakan motor sportnya.
Kedatangan kedua cogan kembar tak identik itu pun mampu menyihir semua siswi disana.
"Ya ampun pangeran gue," ucap salah satu siswi yang tengah menatap kagum kearah Azlan dan Erland yang tengah jalan beriringan.
"Woyilah sabilah satu buat gue."
"Hidung gue mimisan astaga."
"Aduh bang adek gak kuat."
Kira-kira seperti itu ocehan para kaum hawa saat melihat ketampanan dari dua jagoan Daddy Aiden yang tak pernah diragukan lagi.
"Menjijikan," batin Azlan maupun Erland saat ini.
Sedangkan disekolah Edrea, gadis cantik tersebut sudah di kerumuni para laki-laki dengan membawa bingkisan kecil untuknya.
"Woy woy woy harap tenang!" Teriak Edrea yang sudah risi dengan situasi yang selalu ia hadapi dipagi hari.
"Antri woy antri jangan kek gini kasian temen gue," kini Resti teman Edrea yang angkat bicara.
"Iya ih, gue yang ikut dikerumuni jadi sesak nafas gini," ucap Yesi dengan mengibaskan tangannya.
Begitulah kegiatan pagi Edrea yang entah harus senang atau sedih menghadapi para lelaki yang seakan-akan tengah berlomba-lomba memperebutkan dirinya padahal sudah sering Edrea terangkan ke mereka semua untuk tidak memberi apapun kepadanya. Namun memegang dasar mereka semua keras kepala mau pakai apapun untuk menasehati para lelaki yang tengah terpesona dengan kecantikan Edrea tak akan pernah mempan mempengaruhi usaha mereka.
Saat Edrea dan teman-temannya tengah berusaha menenangkan keributan yang terjadi. Segerombolan perempuan yang dipimpin oleh primadona sekolah tersebut, katanya sih tapi jika dilihat dengan mata kepala sendiri pun orang-orang akan tau siapa yang jadi primadona sebenarnya.
Segerombolan perempuan tersebut berhenti tepat disamping Edrea dan juga kedua sahabatnya jangan lupakan dengan para laki-laki yang sudah mulai tenang.
"Pagi-pagi udah jual diri aja. Laku berapa tuh," ujar Puri si primadona gadungan.
Edrea memutar bola matanya malas. Urusan dengan para laki-laki saja belum tuntas nah sekarang malah datang para kuman lainnya. Edrea memilih untuk diam tak menanggapi ucapan dari Puri yang membuat si empu semakin geram dan menghampiri Edrea.
Edrea menatap Puri yang sudah berhadapan dengan dirinya.
"Eh Lo kalau mau jual diri jangan disini, di hotel sana. Dasar malu-maluin nama sekolah aja," tutur Puri.
"Lo lagi ngatain siapa sih? Diri lo sendiri? Owh pantesan gak tau malu banget. Ckckck miris gue dengernya. Semoga gak terjangkit virus HIV aja deh, tapi kalau terjangkit ya gak papa sih gak ada yang rugi malah untung karena popularitas manusia yang banyak bacotan doang kayak lo gini berkurang," ucap Edrea santai dengan menunjukan senyum smriknya.
Puri yang mendengar perkataan dari Edrea pun memelototkan matanya dan ketika ia ingin menampar pipi mulus lawannya. Edrea lebih dulu menghindar.
"Ck payah. Nampar orang aja gak bisa. Sini gue contohin."
Plak
Satu tamparan keras mendarat di pipi Puri yang membuat semua orang disana melongo menatap Puri dan juga Edrea secara bergantian.
"Ini baru yang namanya nampar. Udah ya buat pelajar pagi ini. Gue rugi tau ngajarin lo kayak gini tapi gak dibayar. Huh untung gue anak baik cantik pula jadi gratis aja deh buat lo."
"Dan untuk kalian para kaum Adam. Maaf ya gue gak bisa nerima hadiah kalian. Bukan karena gue gak hargai perjuangan kalian tapi lebih baik uangnya di tabung aja. Siapa tau kan dari hasil nabung kalian bisa buat beli rumah sendiri atau buka usaha untuk masa depan. Kan lebih cakep dari pada kalian beli barang-barang ini yang malah buat kalian rugi. Udah ya gue sama sahabat gue ke kelas dulu. Bye," sambung Edrea kemudian ia dan kedua sahabatnya beranjak dari hadapan para kaum Adam yang menatap kepergiannya dengan tak rela dan juga Puri yang tengah menatap punggung Edrea dengan emosi yang memuncak.
"Astaga!" Teriak Yesi kala mereka bertiga telah berada di dalam kelas. Sedangkan Edrea ia tengah memijit pelipisnya.
"Ya ampun ini kado lebih banyak dari kemarin anjim," ucap Resti sembari mendekati meja yang biasa di tempati oleh dirinya dan juga Edrea selama pelajaran.
"Iya ih kalau kayak gini lo lama-lama jadi makin kaya," tutur Yesi.
"Bacot lo bisa di kecilin gak. Gue gampar nih lama-lama." Yesi nyengir kuda saat mendengar ancaman dari Edrea.
"Ya maaf keceplosan toh disini juga masih sepi cuma kita bertiga yang baru di kelas, jadi gak papa lah toh lo juga kaya beneran gak cuma gosip aja."
Edrea berdecak dan segera membersihkan kekacauan yang berada di atas kursi dan mejanya. Menyingkirkan kado tersebut di pojok belakang kelas supaya tak menganggu siapapun nantinya.
"Yang kaya tuh orang tua gue. Gue cuma kecipratan aja. Paham."
"Ya paham tapi gue heran sama lo Rea. Kenapa lo harus sembunyiin identitas asli Lo? Nama Abhivandya juga gak lo pakai di sekolah ini? Padahal itu nama marga keluarga lo dan juga kalau lo pakai nama itu, gue jamin gak ada yang berani sama lo lagi," ucap Yesi dan diangguki oleh Resti. Edrea menghela nafas panjang dan mendudukkan dirinya tanpa menjawab pertanyaan tak penting yang keluar dari mulut Yesi.
"Ck jawab Rea!"
"Ya pokoknya ada alasan yang gak bisa gue sampaikan ke lo berdua. Dah ah kalain diem jangan ganggu gue. Gue mau mantengin pacar virtual gue," ucap Edrea sembari membuka media sosialnya.
"Anjim. Yang nyata banyak cogan yang nungguin eh Lo malah milih yang virtual mana cuma halu lagi. Astagfirullah," geram Resti yang sudah tak mengerti lagi jalan pikiran dari Edrea. Padahal di real banyak yang ngantri sedangkan yang tengah diperebutkan malah sedang halu dengan para oppa oppa Korea. Dasar.
Sedikit info mengenai para triplets yang di luar rumah lebih tepatnya dilingkungan luar, mereka sengaja tak memberi embel-embel nama Abhivandya di diri mereka bertiga. Awalnya ide konyol itu ditolak mentah-mentah oleh Daddy Aiden dan juga Mommy Della namun setelah mereka memberi alasan yang cukup membuat kedua orangtuanya paham akhirnya dengan berat hati Daddy Aiden dan juga Mommy Della mesetujui ide tersebut. Dan alasan yang mereka berikan kepada orangtuanya adalah supaya mereka bisa bebas bersosialisasi dan juga mencari teman yang tidak munafik karena hanya mereka dari keluarga kaya jadi banyak orang yang mendekati mereka dengan berkedok pertemanan padahal tengah memanfaatkan diri mereka. Selain itu mereka tak ingin membuat orang yang dari keluarga berkecukupan ketika ingin berteman dengan mereka harus minder terlebih dahulu karena takut jika direndahkan dan lain-lain yang membuat mereka tak ingin melihat hal itu. Karena semua orang mau itu kaya atau berkecukupan dimata triplets mereka semua sama rata tak ada bedanya. Ya walaupun begitu, semua orang menganggap mereka masih dalam golongan kaya karena mereka melihat barang yang mereka pakai tapi setidaknya cuma di anggap kaya biasa bukan yang sebenarnya terjadi di kehidupan mereka saat ini. Anak sultan dari dua keluarga pengusaha ternama di seluruh dunia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 381 Episodes
Comments
susi 2020
😘😍😘
2023-01-30
1
susi 2020
😱🤩
2023-01-30
0
Gita Tresia
putri bunn wkwkw
2022-07-05
0