Azlan menginjakan kakinya di perpustakaan sekolah saat jam istirahat beberapa menit yang lalu berbunyi.
Para siswi yang melihat Azlan pun memekik tertahan. Sedangkan Azlan yang sudah biasa ditatap seperti itu langsung melenggang masuk, mengacuhkan semua pasang mata yang tengah menatapnya. Lebih baik ia segera mencari buku yang ia butuhkan secepat mungkin.
Azlan terus menelusuri setiap rak buku di depannya namun buku yang ia cari tak kunjung ia temukan.
"Ck dimana sih?" Gumam Azlan lirih. Saat dirinya ingin membalikan badannya, ia hampir saja menubruk tubuh gadis yang saat ini tengah menatapnya dengan mata berbinar. Gadis dengan kacamata tebal dan rambutnya terkepang dua ditambah lagi gigi yang tengah dipagar rapi menggunakan kawat gigi membuat Azlan semakin mendatarkan ekspresinya.
"Minggir!" Perintah Azlan dingin. Bukannya menuruti ucapan Azlan, gadis tersebut malah semakin tersenyum lebar.
"Minggir gak lo!" Gadis tersebut menggelengkan kepalanya.
"Ck menyusahkan," ucap Azlan sembari mendorong tubuh gadis tersebut sedikit keras hingga tubuh gadis itu tergeser kesamping.
Azlan tak peduli dengan ekspresi wajah sedih yang ditampilkan oleh gadis tersebut. Ia memilih untuk keluar dari perpustakaan dan menuju kantin sekolah.
Setelah sampai dikantin, lagi-lagi dirinya menjadi pusat perhatian para cewek-cewek yang menginginkan dirinya.
"Azlan!" Teriak Odi salah satu teman Azlan dan juga Erland. Azlan yang merasa dirinya dipanggil pun mengalihkan pandangannya dan segera menghampiri meja Odi yang sudah terdapat beberapa temannya disana.
"Erland kemana?" Tanya Azlan saat sudah duduk di kursi kantin, bergabung dengan Odi, Brian dan Hito.
"Gak tau. Belum kesini dia. Mungkin masih dikelasnya kali," jawab Brian.
Azlan dan Erland sama sekolah namun beda kelas. Jika Azlan berada di kelas IPA 1 maka Erland berada di kelas IPA 3. Namun saat jam istirahat tiba mereka akan berkumpul menjadi satu. Banyak orang di dalam maupun luar sekolah yang tak tau jika mereka adalah saudara kembar karena perbedaan wajah mereka yang benar-benar tak ada mirip-miripnya sama sekali dan hanya teman dekat mereka lah yang mengetahui hal tersebut itu pun mereka masih kadang-kadang tak percaya dan berfikir jika salah satu dari mereka dulu ditukar oleh pihak yang tak bertanggungjawab. Saking tak percayanya mereka.
Azlan pun menganggukkan kepalanya dan baru juga ia ingin memesan makanan, ada salah satu siswi yang mendatangi dirinya.
"Ehem Kak Azlan mau pesan ya? Sebutin aja Kak mau pesan apa biar aku yang pesanin, dan Kakak cukup diam duduk disini." Azlan tak mengindahkan ucapan dari siswi tersebut bahkan melirik pun ia tak mau.
Ketiga temanya tersebut saling tatap dan akhirnya Odi memberanikan diri untuk menyenggol lengan Azlan yang tengah mengalihkan pandangannya sedari tadi di ponsel miliknya.
"Az."
"Hmmm," jawab Azlan cuek.
"Ditanyain tuh. Jawab kek, kasihan dia," tegur Odi. Azlan hanya mengedikan bahunya dan setelah itu ia tak bersuara kembali membuat ketiga temannya merasa tak enak dengan perempuan yang masih setia berdiri di depan meja mereka.
"Ehem gini Dek. Azlannya lagi diet sekarang jadi maaf ya untuk sekarang Azlan gak pesan makanan dulu," ucap Hito. Perempuan tersebut nampak kecewa.
"Yah, ya udah deh. Maaf ya Kak tadi sempat ganggu kalau gitu aku permisi dulu." Ketiga teman Azlan mengangguk dan perempuan tersebut langsung melangkah menjauh dari mereka.
Setelah merasa aman dengan perempuan tadi, Azlan berdiri untuk memesan makanan.
"Ck tadi aja saat ada orang yang dengan sukarela jadi kacung dia. Dianya gak mau giliran sekarang malah ikut ngantri buat pesan makanan. Emang ya orang yang ganteng diatas rata-rata itu aneh," gerutu Odi.
Setelah mengantri lumayan lama akhirnya Azlan kembali dengan membawa semangkuk bakso dan juga segelas es teh. Ia kembali mendudukkan tubuhnya di kursi yang ia tempati tadi namun baru saja ia memakan satu bakso tadi, suara gebrakan meja membuat bakso yang ada di mulutnya ingin meloncat keluar.
Brak
"Wanjir," kaget Odi kelepasan.
"As...tagfirullah," ucap Brian.
"Setan!" Umpat Hito. Mereka bertiga juga ikut kaget dengan dobrakan dari Erland yang begitu keras hingga para siswa yang berada di kantin tersebut melihat ke arah geng most wanted SMA Balerix, itulah julukan yang diberikan untuk Azlan, Erland dan para sahabatnya dari para warga SMA Balerix tersebut.
Erland hanya mengacuhkan setiap umpat dari sahabat sang Kakak. Ia memilih untuk duduk disebelah Azlan.
Tanpa tanya ini itu, Erland menyambar bakso milik Azlan yang membuat sang empu memelototkan matanya.
"Punya gue itu. Kalau lo mau, pesan aja sana sendiri," ucap Azlan sembari merebut kembali satu mangkuk bakso miliknya.
"Ck. Gue lagi males antri. Bagi dua lah, jangan pelit jadi Abang tuh. Sama Adik sendiri juga," tutur Erland.
"Gak." Erland mendengus sebal dan akhirnya mau tak mau ia beranjak dari duduknya dan menyusul kedua sahabatnya yang lebih dulu memesan makanan.
Tak berselang lama, Erland kembali ke meja tadi dengan membawa semangkuk bakso dan juga es teh.
Ia mendudukkan kembali tubuhnya disamping Azlan yang sudah menghabiskan makanannya.
"Erland!" Teriak seseorang dari kejauhan sembari berlari kencang kearah Erland.
Erland mendongakkan kepalanya. "Kenapa?" Tanyanya saat orang tersebut tiba di depan Erland dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Gu...Guntur, Land." Erland memincingkan alisnya.
"Yang jelas!"
"Itu Guntur sekarang masuk RS gara-gara diserang sama anak-anak Drexda." Erland mencekram kuat sendok yang berada ditangannya sebelum akhirnya sendok tersebut ia taruh dengan kasar di atas meja.
"Shit," umpatnya.
Saat dirinya ingin pergi dari tempat duduknya, lengannya dicekal oleh Azlan.
"Makanannya bayar dulu baru pergi," ucap Azlan. Erland mendengus dan ia segera mengeluarkan satu lembar uang 50 ribu dari dompetnya.
"Nih uangnya. Lo yang bayarin. Gue mau pergi dulu." Azlan menerima uang tadi.
"Balik sebelum jam pelajaran selanjutnya dimulai!"
"Gue usahain," ucap Erland yang sudah mulai menjauh dari kantin.
Erland saat ini sudah berada di parkiran sekolah dengan beberapa temannya yang sudah terlebih dulu berkumpul karena ada pemberitahuan dari sang ketua geng Regaza, siapa lagi kalau bukan si tampannya Daddy Aiden nomor 2 yaitu Erland.
"Kita ke rumah sakit dulu. Masalah Drexda kita bahas nanti di markas setelah pulang dari sekolah," ucap Erland dan diangguki para anggotanya yang lain.
Beberapa motor sport kini beriringan menuju rumah sakit namun saat ditengah jalan, Erland dan juga anggota Regaza tadi dicegat oleh segerombolan pemuda dengan seragam sekolah berbeda dan itu merupakan rival mereka yang telah menghabisi Guntur tadi.
Erland mematikan mesin motornya dan melepaskan helm full facenya. Matanya kini tak lepas dari satu orang yang menjadi ketua geng Drexda yaitu Eric. Dengan senyum smriknya Erland turun dari motornya dan menghampiri Eric yang sudah mengibarkan peperangan diantara kedua geng tersebut.
Dan tak berselang lama tawuran diantar dua kubu tersebut berlangsung dengan sangat membabi buta lebih tepatnya geng Regaza yang menguasai pertempuran tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 381 Episodes
Comments
susi 2020
🥰🥰🥰
2023-01-31
1
susi 2020
🤩😍
2023-01-31
0
•𝑪𝒐𝒖𝒑𝒍𝒆 𝑮𝒐𝒍𝒔•
wanjayyy erland ketua geng motor 🤩 suka lah sama bad nya erland aww 🤧
2022-06-03
0