Saat Azlan tengah berjalan menuju kantin sembari membaca buku ditangannya, tiba-tiba tubuhnya ditabrak dengan seseorang hingga minuman yang di pegang oleh orang tersebut tumpah dan mengenai seragam sekolahnya.
Azlan menurunkan bukunya dan beralih menatap tajam ke seorang wanita di depannya yang terlihat kesal.
"Lo punya mata gak sih?" tanya wanita tersebut tanpa takut.
Azlan terdiam dengan aura dingin yang ia keluarkan. Mungkin bagi orang lain akan sangat menakutkan namun berbeda dengan wanita di depannya saat ini yang malah menantang balik Azlan.
"Heh lo punya mulut gak sih. Atau jangan-jangan lo bisu lagi. Udah nabrak orang dan numpahin minumannya gak minta maaf," cerocos wanita tadi.
Azlan masih terdiam dan dengan cepat matanya menatap name tag yang tertulis Zeaquel Ataura T yang tertempel di seragam wanita tersebut.
Setelah mengetahui nama wanita tersebut kini mata tajam Azlan kembali menatap ke wajah Zea. Ia akan mengingat wajah dan juga nama orang yang akan menjadi salah satu orang yang akan segera masuk di dalam buku hitamnya.
"Hoy nyet. Gak cuma bisu dong ya lo ternyata, tapi lo juga budeg," sambungnya.
Azlan masih saja membisukan ucapannya.
"Ze, udahlah. Jangan cari masalah sama Azlan," bisik salah satu temannya yang sedari tadi cuma mengamati ke wajah Azlan dengan kagum.
"Bodoamat. Mau dia Azlan kek, Erland kek eh tapi kalau Erland gue sih dengan lapang dada memaafkan semua kesalahan dia," ucap Zea.
"Tapi kan dia temannya Erland. Hati-hati aja kalau dia ngomong tingkah lo ke Erland, bisa-bisa lo ditendang duluan sebelum berperang," bisik temannya lagi.
"Gak mungkin ini orang mau ngadu ke Erland. Tenang aja lah," jawabnya.
Kini Zea kembali menatap Azlan yang tengah menatapnya juga.
"Cih," ucap Azlan. Setelah itu ia memilih pergi begitu saja dari hadapan Zea dan beberapa orang yang tadi melihat perkelahian mereka lebih tepatnya hanya melihat Zea berceloteh.
"Sial. Tuh anak sok kecakapan banget, huh. Oke fiks sekarang dia masuk kedalam list musuh gue," tutur Zea dengan geram.
"Cabut guys," sambungnya.
"Cabut kemana?" tanya Ela salah satu temannya.
"Kita nongkrong di basecamp seperti biasa," ucapnya. Para temannya pun bersorak dan dengan senang mereka berempat keluar dari sekolah tersebut. Dan jangan tanya kenapa Zea dan teman-temannya mempunyai basecamp karena mereka adalah tipe cewek bad girl yang suka dengan balap liar di jalan. Cuma suka balapan liar aja ya bukan menjual kesuciannya.
Sedangkan Azlan yang tadi mendapatkan bonus tumpahan jus jeruk di seragamnya, kini ia tengah membersihkan seragam tersebut.
"Huh. Semoga gak masuk angin aja lah," gumam Azlan. Ia terpaksa memakai seragam yang setengah basah. Sebenarnya jika dia mau beli di koperasi sekolah pun pasti ada seragam baru namun ia saat ini tengah malas dan moodnya sudah hancur gara-gara ulah Zea tadi.
Azlan kembali berjalan menuju kelasnya namun baru beberapa langkah saja, panggilan dari seseorang menghentikannya.
"Azlan!" teriak seseorang dari belakangnya. Dengan segera Azlan menoleh kearah orang tersebut.
"Kenapa?" tanyanya dengan datar.
"Dipanggil Pak Surya tuh," jawab Kayla. Yap orang yang memanggil Azlan tadi adalah Kayla, gadis yang tempo hari lalu ditolong oleh Erland.
"Oke. Thanks," ucap Azlan. Setelah itu ia bergegas menuju ke kantor guru untuk menemui Pak Surya.
Dengan sikap sopan Azlan mengetuk pintu ruang guru tersebut. Setelah terdengar suara perintah untuk membuka pintu ruangan itu, Azlan membuka pintu perlahan.
"Permisi," ucap Azlan sembari melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan guru.
"Eh Azlan. Sini!" ucap Pak Surya.
Azlan pun mengangguk dan segera menghampiri Pak Surya di mejanya.
"Duduk Az." Azlan mendudukkan tubuhnya di kursi depan meja Pak Surya.
"Maaf Pak. Bapak ada perlu apa ya dengan saya?" tanya Azlan to the point seperti biasanya.
Pak Surya tersenyum.
"Jadi gini. 1 bulan lagi akan diadakan olimpiade dan saya harap kamu bisa mewakili SMA Balerix disalah satu mapel olimpiade itu. Kamu tinggal pilih saja mau ikut yang olimpiade matematika, IPA atau bahasa Inggris. Tapi bapak harap kamu ikut olimpiade Matematika saja. Yang akan Bapak bimbing nantinya," jelas Pak Surya.
Azlan menghela nafas. Sudah seperti biasanya saat ada olimpiade pasti Azlan akan menjadi salah satu kandidat untuk mengikuti olimpiade tersebut dan yang membuat Azlan pusing adalah ketika ia diberi pilihan untuk ikut mapel olimpiade yang mana karena untuk seorang Azlan, mapel yang ada di olimpiade adalah mapel yang ia sukai semuanya dan ia akan memilih mapel dari guru yang pertama kali memberitahunya masalah olimpiade. Dan sudah dipastikan jika olimpiade bulan depan ia akan mengikuti olimpiade matematika saja.
"Baiklah Pak, saya akan mengikuti olimpiade matematika saja sesuai dengan rekomendasi Bapak tadi," ucap Azlan final.
"Baiklah kalau begitu. Nanti saya akan kabarin kamu lagi. Sekarang kamu boleh keluar dan semangat belajar," tutur Pak Surya dengan senyum yang semakin mengembangkan.
"Terimakasih Pak atas semangatnya, saya permisi dulu." Azlan kini berdiri dari duduknya dan bergegas keluar dari ruang guru tersebut.
...*****...
Disisi lain Erland tengah sibuk dengan ponselnya. Ia terus memainkan game online bersama dengan teman-temannya didalam kelas 11 IPA 3.
"Belakang lo, Sep. Tembak weh. Kenapa malah diam!" Teriak Eza heboh.
"Ahhhh shit. Mati gue," ucap Septian.
"Gobluk sih jadi orang. Musuh malah di kasih kesempatan. Rasain kan sekarang," tutur Eza.
"Siapa yang punya kaca woy. Gue pinjem bentar!" teriak Septian lantang yang membuat semua orang yang berada didalam kelas tersebut menoleh ke arahnya.
"Gue punya nih," ucap salah satu gadis dan segera memberikan kaca kecil kearah Septian. Dengan sigap Septian mengambil kaca tersebut dan segera mengarahkan ke wajah Eza.
"Ck apaan sih lo. Gue tuh tau dan sadar kalau gue tampan, japi lo gak perlu repot-repot segala kali teriak kayak tadi cuma buat pinjam kaca dan nyuruh gue buat lihat wajah tampan ini," ucap Eza dengan level ke narsisannya melebihi batas wajar.
Septian yang merasa muak pun memukul kepala Eza cukup keras.
Plak
"Wanjir," umpat Eza saat tangan Septian mendarat dengan keras di kepalanya.
"Jangan ke PD-an dulu woy. Gue pinjam nih kaca buat lo ngaca kalau ucapan lo sama aja kayak lo lagi ngatain diri lo sendiri. Bahkan ke goblukan gue lumayan lebih mendingan dari pada lo. Gue mati karena ditembak lawan lah lo mati karena nembak diri sendiri. Gobluk teriak gobluk ya gini nih jadinya." Eza mencebikkan bibirnya sembari terus mengelus kepalanya yang masih terasa nyut-nyutan.
Erland yang sedari tadi masih bermain, kini menghentikan permainan dan malah menatap kedua sahabatnya yang tengah bertengkar. Yang real live memang lebih mengasikan, batin Erland. Walaupun ia tau pertengkaran dari kedua sahabatnya itu hanya gurauan semata namun masih saja asik di mata Erland.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 381 Episodes
Comments
susi 2020
😍😘
2023-01-31
0
susi 2020
🥰😲
2023-01-31
0
Yunia Afida
semangat terus💪💪💪💪💪, itu nanti jodoh azlan ya zea
2021-08-31
1