"Rea!" panggil Yesi dan Resti kompak. Mereka berlari menghampiri Edrea yang sudah lebih dulu menuju lapangan olahraga.
Edrea memutar tubuhnya sehingga ia bisa melihat kedua sahabatnya tengah menuju kearahnya.
"Hah lari sedikit aja gue udah ngap," ucap Yesi sembari mengatur nafasnya saat sudah berada di depan Edrea.
"Gak ada yang nyuruh lo buat lari-lari juga kali," tutur Edrea.
"Ya gak ada sih." Edrea memutar bola matanya malas.
"Ck dasar. Kita lanjut ke lapangan aja sekarang keburu Pak Ferdian nyampe disana duluan," ajak Edrea.
Mereka bertiga pun berjalan bersama dengan Edrea ditengah-tengah antara Yesi dan Resti.
Saat mereka sudah sampai di lapangan, mata Edrea tiba-tiba menjadi lebih segar kala ia melihat cogan yang beberapa hari ini telah membangkitkan mood dia untuk pergi ke sekolah. Siapa lagi kalau bukan si pria misterius yang pernah Edrea tabrak waktu itu. Sampai 1 minggu belakangan ini Edrea belum juga berhasil mengetahui nama pria tersebut.
"Bentar guys." Edrea mencekal lengan kedua sahabatnya.
"Apaan?" tanya Resti kepo.
"Kalian tau gak nama cowok disana?" Edrea menunjuk pria misterius tersebut dengan dagunya.
Yesi dan juga Resti mengikuti arah pandang Edrea.
"Lah lo kan udah tau nama orang itu. Masak lo lupa sih." ucap Yesi.
"Masak?" tanya Edrea bingung.
"Gimana sih? Itu kan si Joni. Yang sering lo panggil dengan nyanyian Joni, Joni! yes Papa. Gitu lho," jawab Resti.
Edrea menghela nafas panjang.
"Astagfirullah, bukan si Joni tapi cowok di sampingnya."
Mereka berdua pun membeo. Setelahnya kembali melihat kearah samping Joni dan benar saja mata mereka melotot kala melihat wajah pria tersebut.
"Jaga pandangan kalian weh. Itu inceran gue," tutur Edrea dengan meraup wajah kedua sahabatnya.
"Ck. Lo tuh udah punya banyak cogan lho Rea. Kasih satu lah," ucap Yesi.
"Hah? Cogan? banyak?"
"Iya. Itu lho para suami virtual lo. Oppa-oppa Korea," jawab Yesi.
"Heh. Itu mah beda lagi. Kalau ini kan yang real life, siapa tau dia akan jadi jodoh gue. Secara, dia kalau nikah sama gue, gue pastiin keturunan gue another level," ucap Edrea penuh percaya diri.
"Serah lo deh. Orang cantik mah menghayalnya bebas."
"Jadi kalian jangan macam-macam apalagi nikung gue dari belakang ya," tutur Edrea.
"Tenang kita gak akan nikung lo dari belakang kok palingan juga nikung dari depan," ceplos Yesi yang mendapat pukulan pelan dari Edrea.
"Awas aja kalau kalian berani begitu. Lo, gue end," ucap Edrea sembari mengarahkan tangannya untuk membuat gerakan dilehernya.
"Canda elah." Edrea tersenyum setelah itu ia merangkul leher kedua sahabatnya.
"Nah gitu dong," tutur Edrea.
"Iya-iya. Tapi ya selama gue sekolah disini, hari ini adalah pertama kalinya gue lihat wajah dia," ujar Yesi.
"Gue pun juga baru pertama kali. Anak baru kali ya," kini Resti yang berbicara.
"Kalau gue sih udah beberapa kali lihat wajah doi tapi gue gak tau namanya."
Yesi dan juga Resti pun saling pandang. Seakan-akan mereka berdua tengah berkomunikasi melalui tatapan mata mereka. Setelah itu mereka secara kompak tersenyum. Saat rencana telah mereka susun untuk mendapatkan nama dari pria idaman sang sahabat.
"Ngapain kalian berdua senyum-senyum gak jelas gitu?" tanya Edrea penasaran.
"Kepo," jawab mereka berdua serempak sembari melepaskan tangan Edrea dari leher mereka.
Edrea mencebikkan bibirnya lalu ia mengejar kedua sahabatnya yang sudah berbaris di tengah lapangan basket.
Tak berselang lama Pak Ferdian telah datang dan menghampiri kelas Edrea di ikuti dengan kelas yang ditempati oleh pria misterius.
"Selamat pagi semuanya. Dikarenakan Pak Heri hari ini tak bisa hadir. Maka olahraga kalian akan digabung menjadi satu dengan kelas 11 IPA 1," ucap Pak Ferdian selaku guru olahraga kelas 11 IPA 2, kelas dimana Edrea berada.
"Baik Pak," ucap anak-anak kelas 11 IPA 2.
Dan kini anak-anak kelas 11 IPA 1 tengah membuat formasi berbaris di samping anak-anak kelas 11 IPA 2.
"Siapa yang mau memimpin pemanasan pagi ini?" tanya Pak Ferdian.
Semua siswa di depan Pak Ferdian hanya terdiam terlebih lagi Edrea yang terus menatap wajah pria misterius tadi dari belakang.
"Ya Allah kenapa ada cowok kayak dia sih. Dari belakang aja gantengnya masyaallah sekali. Mubasir banget kalau dia gak jadi milik gue," batin Edrea.
"Edrea!" panggil Pak Ferdian. Edrea yang dipanggil pun tak langsung memalingkan wajahnya.
"Edrea!" panggil Pak Ferdian lebih keras lagi. Hingga membuat seluruh siswa menatap kearah dirinya tak terkecuali dengan pria misterius tersebut.
Edrea yang merasa dirinya ditatap balik oleh pria pujaannya tersenyum manis namun pria tadi tampak acuh dan memalingkan kembali mukanya ke depan. Edrea berdecak sebal. Ingin sekali ia menghampiri pria tersebut dan menculiknya untuk Edrea jadikan suami.
Bayangan akan pikiran liciknya harus sirna saat senggolan tangan ia dapatkan.
"Hoy Rea. Sadar!" bisik Yesi.
"Ck diam dulu lah. Gue lagi menikmati makhluk Tuhan yang paling tampan," jawab Edrea dengan bisikkan juga.
"Nanti lagi mandanginnya. Lo dari tadi dipanggil tuh sama Pak Ferdian." Edrea kini mengalihkan pandangannya kearah Yesi.
"Apa yang lo bilang tadi?" tanyanya seperti orang bodoh.
"Lo dipanggil Pak Ferdian, bolot," ulang Yesi.
"Edrea!" panggil Pak Ferdian untuk yang kesekian kalinya.
"Ah iya Pak. Edrea in here," ucap Edrea dengan lantang sembari melambaikan tangannya keatas.
"Kamu maju kesini!" perintah Pak Ferdian.
Edrea mengigit bibir bawahnya, ia takut jika dirinya akan dihukum gara-gara dia tadi menghiraukan panggilan dari Pak Ferdian.
"Maju gih sana!" Yesi mendorong pelan tubuh Edrea yang belum juga bergegas kedepan.
Dengan terpaksa dan pasrah, Edrea akhirnya maju kedepan sembari tersenyum dengan teman-teman sekelasnya dan juga siswa kelas sebelah yang tengah menatapnya.
"Hmmm ada apa ya Pak?" tanya Edrea saat sudah di depan Pak Ferdian.
"Kamu hari ini pimpin pemanasan buat kelas kamu," ucap Pak Ferdian.
Edrea melongo dan dengan muka tak percayanya ia menunjuk dirinya sendiri.
"Saya Pak?" tanya Edrea memastikan.
"Iya lah kan kamu yang saya panggil tadi," jawab Pak Ferdian.
"Tapi Pak, saya kan belum pernah memimpin pemanasan selama sekolah disini," ucap Edrea jujur.
"Makanya hari ini kamu belajar."
"Tapi Pak."
"Sudah gak ada tapi-tapian lagi."
Edrea menghela nafas pasrah dan ia segera menghadap kearah teman-teman sekelasnya dengan wajah kusut. Sudahlah mau bagaimana lagi. Ia nanti akan memimpin pemanasan dengan teknik yang ia tau saja.
"Dan untuk kelas 11 IPA 1, pemanasan hari ini akan dipimpin oleh Zico," ucap Pak Ferdian dengan lantang.
Dengan sigap orang yang dipanggil pun segera menuju kedepan.
"Silahkan kalian mulai pemanasannya. Dan untuk pelajar hari ini adalah bola basket, tapi Bapak tak bisa mengawasi kalian dikarenakan ada rapat dadakan dari kepala sekolah." ucapnya. Mereka semua pun dengan serepak menjawab ucapan Pak Ferdian tersebut.
Pak Ferdian pun tersenyum setelah itu ia meninggalkan area lapangan.
"Huh, semangat Rea, lo pasti bisa," batin Edrea menyemangati dirinya sendiri sembari menegakkan kepalanya yang sedari tadi ia tundukkan.
"Oke sebelum pelajaran pagi ini dimulai, mari kita berdoa terlebih dahulu sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai," ucap Edrea dengan lantang. Semua siswa yang berada di lapangan tersebut mengikuti arahan dari Edrea.
"Selesai," ucap Edrea lagi.
Saat dirinya ingin memutar tubuhnya menghadap belakang. Mata indahnya bertemu dengan mata tajam pria misterius yang kini juga berada di posisi depan. Yap pria yang dipanggil dengan nama Zico adalah pria yang sama dengan yang Edrea incar.
Edrea tersenyum saat tatapan mata mereka masih saling bertemu sebelum Zico memutuskan kontak mata dengannya.
"Alamak. Kalau gini kan gue jadi tambah semangat. Dan ah terimakasih untuk Pak Ferdian udah kasih tau gue nama dia. Ahhhh betapa senangnya diriku ini. Yuhu Mommy, Daddy bentar lagi menantumu otw Rea bawa pulang," batin Edrea kesenangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 381 Episodes
Comments
susi 2020
😲😍
2023-01-31
0
susi 2020
😂🥰
2023-01-31
0
Rahmini
🤭😁
maraton aku
2022-07-15
0