"Cut!" teriak Sam.
Pria itu segera memiringkan kepala dan menghela napas sembari menggaruk kepala yang sama sekali tidak gatal, namun emosi yang begitu dalam membuatnya seperti ini.
Dimana Kei sebagai biang alasan mengapa dia emosi.
Sudah dua puluh lima kali melakukan reka ulang adegan yang sama.
Bahkan jam makan diundur dan sekarang sudah pukul dua siang.
Mengingat hal itu setelah melihat jam melingkar di pergelangan tangannya, Sam berdiri.
Wajahnya berubah sangar dan tampak begitu kesal dengan apa yang kini didapatnya dari Kei si penulis yang ditariknya menjadi aktor itu.
"Haduh… Gimana sih kamu, Kei. Udah lebih dari dua setengah jam kita ulang adegan ini, ini, dan ini… Terus! Apa sih yang jadi kendala kamu?" tanya Sam frustrasi.
Melupakan bagaimana se-formalnya dia berbicara pada Kei yang disebutnya sebagai nyonya itu, sembari memikirkan juga pemain dan kru lain yang menunggu giliran serta mengisi perut yang pastinya sudah kosong.
Sebab pada perintah saja pemain dan kru boleh makan dan melakukan pekerjaannya selain menyoroti tokoh, dan melakukan perannya sebagai tokoh.
"M-maaf, sutradara Sam."
Sam menyugar rambutnya. Tak lupa, pria itu menggigit giginya sendiri untuk melampiaskan rasa kesalnya yang sudah memuncak benar.
Haduh, Kei! Gimana sih dia! Aku udah bosan liat dia terus minta maaf dan minta maaf. Apa ngak ada lagi selain meminta maaf? Sam menatap Kei dengan geram kesalnya.
"Apa coba yang jadi masalah kamu? Walau saya tau kamu masih baru, tapi sedikit konsisten juga harus dipertahankan!"
"Masa iya awal-awal kamu sangat baik dan membuat saya puas dengan peranan kamu, sekarang… Argh, kamu tau, saya rasa sangat kecewa!"
"Hanya bersentuhan dengan kakak saya!?" Sam menggeleng. "Kamu waras, tidak! Jika dihitung dari bagaimana perempuan kebanyakan, akan berlomba-lomba untuk sekedar menyentuh se-millimeter kulitnya! Kamu sudah termasuk perempuan yang beruntung! Bisa menyentuh kakak saya!"
"Saya senang mendewakan aktor yang berbakat. Bahkan beberapa detik sebelum kamu melakukan kesalahan yang sama hingga dua puluh lima kali, saya ingin dunia segera mengenal kamu sebagai aktor baru paling top sebab saya yakin jika diperlombakan, kamu mampu mengimbangi, bahkan mengalahkan aktor lama yang sudah top di zamannya!"
"Katakan, nyonya Keina Nathania yang terhormat! Saya menunggu anda!"
Setelah berbicara panjang lebar, akhirnya Sam membuat kesimpulan dari keinginan hati yang bergerak untuk menyadarkan Kei jika sekarang dia bukan tengah bermain-main walau hal yang mereka lakukan termasuk akting alias hanya sandiwara belaka.
Namun Kei, yang memang sudah sejak dahulu paling trauma dengan yang namanya suara teriakan yang berlangsung termasuk lama, dimana memori buruk tentang bagaimana banyak orang membuatnya begitu terkucilkan kembali berputar bagai film hitam putih dalam pikirannya.
Kei perlahan berjongkok. Disela ia menutup mata dengan kedua tangan yang menunjukkan vertikal di depan tubuhnya.
"Hiks, hiks, hiks…"
Suara tangisan wanita muda berstatus single mom itu berhasil mengalihkan pandangan kerumunan orang dalam satu taman berisi kurang dari seratus orang ini.
Termasuk Jeremy yang sampai sekarang hanya mampu terdiam dan tetap melakukan apapun yang dipinta Sam yang ternyata adalah adik kandungnya.
Berbagai bisikan pemain yang tidak suka dengan Kei mulai beredar dalam hitungan detik saja.
"Eh, liat lah. Dia manja banget ya."
"Ih, iya tuh. Ish, gua paling ngak suka sama yang kek ginian. Banyak drama, tau ngak!"
"Ish, sok cari perhatian! Bilang aja mau dipeluk sama sutradara kita!"
"Caper!"
Di lain sisi, tepatnya pada Sam.
Sam merasa bingung benar apa yang terjadi pada Kei. Wanita muda di hadapannya tiba-tiba menangis terisak seakan tidak punya malu.
Berhasil mengingatkannya pada kejadian dua hari yang lalu.
Dimana Kei berteriak seperti orang kesurupan saat dia dikata jahat telah melakukan sesuatu pada putrinya–Alice.
Sam, berjongkok dan ingin menyentuh bahu Kei sebagai bentuk perhatiannya. "Kamu kenapa?" Sam berkata lembut.
Namun tanpa aba-aba, dan termasuk suatu keterkejutan, Kei menepis tangan Sam dan bangkit berdiri serta berjalan langkah tegas mendekati putranya, Andre.
Wanita itu mengangkat tubuh Andre dan membawanya menjauh dari taman besar tersebut.
Semuanya terdiam.
Tidak ada yang berlaku sepengecut seperti ini. Tidak lebih dari setengah hari, baru seperempatnya, Kei tampaknya sudah tidak betah tinggal di sini.
Jeremy, si CEO berwajah dingin itu berlari mengejar Kei.
Jeremy, tidak berkata apapun pada wanita itu, dan suatu ke-WOW-an… Pria ini mengejar wanita.
Biasanya tidak, karena pria itu jarang, bahkan sempat tidak pernah sekali berada di lingkungan kerumunan orang.
Tak perlu butuh lama. Kei, baru berjalan kurang lebih dua puluh meter dari posisi ujung paling sudut dari tenda kecil-kecilan yang sempat diduduki Andre dengan anteng.
Jeremy, menarik pergelangan tangan Kei yang langsung menimbulkan efek sungguh mengejutkan bagi seluruh tubuhnya mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Kei, merasa kembali tersetrum dengan tangan besar Jeremy yang kembali sama seperti pria malam itu.
Hangat, dan aroma Citrus semakin mendominasi seluruh indra penciumannya.
Langkah kaki Kei perlahan melamban. Kei mematung dengan pikiran yang mengelolah ulang kembali pasal kejadian enam setengah tahun lalu saat pembentukan Anna, Alice dan Andre secara bersama-sama.
Memang, ia hanya mempersepsikan. Dan belum sepenuhnya nyata.
Tetapi perasaan gaduh di hatinya membuat Kei seperti flashback ke masa itu.
"Anda sudah benar terikat pada kontrak yang berlaku, nona Keina Nathania," suara bariton Jeremy menyadarkan Kei kembali akan apa yang sebenarnya terjadi.
Kei tetap memilih terdiam. Kei, kembali mengingat perihal kontrak yang seakan menjebaknya untuk tidak kabur kemana-mana.
Yah, Kei membaca, menelaah dan mengingat semua itu.
Dimana salah satu hal yang menjadi pantangan adalah melarikan diri atau tidak menghadiri pertemuan pembentukan film secara berkala.
Terkecuali, sakit atau mengalami kecelakaan berat yang mengharuskan aktor yang bersangkutan istirahat dalam jangka waktu yang ditentukan oleh dokter sebagai bentuk pemulihan.
Dan kini, Kei tidak memiliki kendala serius. Apa yang akan dilakukannya?
"Jangan sentuh saya!" teriak Kei sontak melepaskan tangan Jeremy yang melingkar di pergelangan tangannya itu.
Tubuh Kei bergetar dan dia merasakan takut yang amat sangat.
Seakan tengah melihat sesosok hantu seperti ketakutan Andre pada gelap.
"Siapa yang dengan sengaja menyentuh anda? Tidak. Saya hanya berusaha menghentikan dan mengingatkan bahwa peraturan yang telah ditandatangani calon aktor tidak main-main dan dilindungi hukum–"
"–Lagi pula mengapa kamu begitu takut pada saya. Saya hantu atau sesuatu yang mengancam dirimu? Katakan!"
Kei termenung dan tidak berani menatap setidaknya berbicara satu katapun.
Membuat Jeremy jengkel dengan wanita di hadapannya ini.
Jeremy mendekatkan diri kepada Kei. Posisinya dibelakang, terus diikuti manik mata Kei tanpa mengangkat kepalanya.
Jeremy mengendus tengkuk Kei yang sudah dipenuhi peluh karena Kei begitu lelah.
Tetapi di dalam indra penciuman Jeremy begitu harum. Ada ciri khasnya.
"Apa kamu korban pemerkosaan? Siapa yang melakukannya?" tanya pria itu cukup menggali masalalu Kei.
Bersambung…
Silahkan berkomentar kakak-kakak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
miella
elu sendri orgnya jeremy
2022-08-06
4
Elazmi Puji
kamu jeremy
2021-09-14
4
Umi Ningsih Mujung
❤️❤️❤️
2021-09-09
2