"Bunda!"
"Nenek!"
Kedua balita Kei berlarian dari ruang mengasah bakat mereka.
Kei sedang berbincang dengan bibi Gin, harus terhenti karena suara menghebohkan itu.
"Ada apa Ann?"
"Kenapa Al?" tanya Kei dan bibi Gin secara bersamaan. Kedua perempuan muda dan tua itu begitu penasaran dengan Anna dan Alice yang datang memeluk tubuh Kei dan bibi Gin.
"Di-dik, Andre ma," Anna berbicara nada gemetar ketakutan. Sambil menunjuk-nunjuk kamar sekaligus ruang mengasah bakat mereka itu.
Kei dan bibi Gin saling pandang. Bibi Gin bertanya dengan matanya. Dan dijawab Kei mengangkat bahu.
Bibi Gin memegang bahu Alice, anak kedua Kei itu, "Ada apa, cucu bibi?"
"Di-dik Andre, di-dia seram sekali nek!"
"Seram?" Kei dan bibi Gin mengucapkan kata-kata secara bersama. Saling memandang, kembali bertanya, "Apa maksudnya?"
Bibi Gin mengusap wajah Alice yang dipenuhi peluh, "Coba beritahu nenek. Dimana Andre, cucu bibi yang jahil itu, hm," bibi Gin menenangkan.
Alice langsung menarik tangan bibi Gin. Membawanya ke ruangan tempat seharian penuh Anna dan adilnya Alice melakukan aktivitasnya.
Mengingat tetangga tidak menyukai mereka, apa boleh buat. Anna dan Alice kedua gadis kembar yang tenang tidak seperti Andre anak lelaki jahil tersebut.
Mengikutkan Kei yang dibawa Anna, bibi Gin dan Kei melihat tiada siapapun di sana.
"Kenapa tidak ada Andre, An? Kemana dia, Al?" Kei penasaran. Memandang sekitar. Tapi tidak ada Andre yang berwajah seram seperti dikatakan kedua putri kembar Kei ini.
"Ti-ti-tidak tau ma. An lihat dengan adik Alice wajah adik Andre seram! Dia buat kami terkejut!" aku Anna terbata-bata sebab takut.
Kei kembali memandang bibi Gin yang melihat lewat dinding kaca tebal di hadapan mereka.
"Bibi melihat apa?"
Bibi Gin tidak berkata apapun. Tapi dia menunjuk ke satu titik tanpa berkedip. Kei penasaran, ikut juga memandang ke arah itu.
Di perempatan jalan perumahan terdapat seorang pria bertubuh tinggi, atletis. Membawa seorang anak dalam gendongannya.
Kedua orang itu tampak tertawa ntah apa yang dibicarakan. Berjalan mengarah kepada rumah milik Kei.
Kei menyipitkan mata, instingnya berkata jika anak kecil berjenis kelamin lelaki itu adalah Andre, putranya yang jahil.
Kemudian keluar untuk memastikan kesebenarannya. Diikuti bibi Gin, Alice dan Anna yang digandeng bibi Gin.
"Selamat pagi nyonya Keina," sapa ramah pria berwajah tampan berpakaian kemeja batik dan celana panjang di hadapan Kei.
Kei mengeryit, "Dari mana anda tau nama saya?" tanyanya curiga.
"Putra anda Andre memberitahukannya pada saya," pria itu tersenyum dan menglurkan tangan kepada Kei, "Perkenalkan nama saya Samuel Aiguan. Panggil saja Sam."
Sedetik.
Dua detik.
Tiga detik.
Tiada respon. Kei menatap selidik pria satu-satunya yang pernah datang ke rumah ini setelah sekian lamanya.
Kei hanya mengambil tubuh putranya dengan dingin dari pria itu, "Apa maksud anda?" ntah mengapa Kei tidak suka dengan lelaki ini. Memutuskan dirinya menaikkan volume suaranya setelah lelah memelototi pria itu.
"T-tidak. Saya tidak bermaksud apa-apa nyonya," jelas Sam singkat. "Putra anda bertengkar di taman dan saya kebetulan lewat langsung menghentikan perdebatan mereka."
"Lalu anda minta apa untuk JASA anda yang hebat itu!?"
"Tidak. Saya tidak meminta apapun nyonya."
"Lalu kenapa datang kemari?"
"Kaki putra anda pincang sebab terjatuh. Saya menolongnya membawa kemari karena saya yakin kalau putra anda tidak bisa pulang ke rumah dengan kaki luka seperti itu."
Kei mengangkat tubuh putranya yang sempat duduk di sofa, "Apa benar seperti penjelasan paman itu, nak?"
Andre mengangguk.
Kei tidak percaya. Membuatnya harus mendalami tentang hal ini, "Nak, coba jangan berbohong pada bunda," pinta Kei sangat sabar.
Tapi Andre malah kembali menggeleng, "Tidak bunda! Andre tidak berbohong! Benar kata paman Sam. Dia yang menyelamatkan Andre. Andre tadi dipukul bagai binatang oleh bunda Wage… Hiks, hiks, hiks," lirih Andre sebab takut. Menunduk dalam diam menatap kedua tangannya yang saling menggandeng. Tubuhnya bergetar hebat sekali.
"Bunda tidak percaya! Bunda tau kamu sedang bermain-main dengan sandiwara menyakinkanmu itu!" Kei berdiri. Berkacak di pinggang dan beralih arah pandang pada lelaki bernama Sam itu.
Belum berkata apapun, bibi Gin memegang bahu Kei, "Anakmu masih kecil, Kei. Dia pria kecilmu yang polos. Perkataanmu saja sudah membuat tubuhnya bergetar hebat. Lihatlah, apa kau tidak kasihan dengannya?"
Tapi Kei tidak berkata apapun. Hanya diam memelototi pria yang sangat canggung, bingung dengan tatapan pemilik rumah itu.
Bibi Gin tampaknya sudah mulai geram dengan kelakuan tak bermoral Kei, "Aku tau kau memiliki masa kelam dengan lelaki, Kei. Tapi jangan suka membuat lelaki yang baru kau kenal takut denganmu bahkan pada pandangan pertama! Ayo, Kei. Duduk! Dinginkan emosimu, segera."
Bibi Gin menarik tubuh Kei ke atas sofa. Segera memberinya teh dingin di atas meja depan sofa.
Kedua putrinya, Anna dan Alice berada di kedua sisi Kei. Bibi Gin membiarkan dua gadis kecil itu di samping bundanya karena Anna dan Alice pastinya bisa mencegah jika bundanya kembali naik emosi ntah karena apa.
"Masuk, masuk… Tuan Sam. Duduk di sini ya," sila bibi Gin menetralkan kondisi.
"Terimakasih nyonya. Tapi saya akan pulang. Saya masih punya banyak pekerjaan setelah ini," ucap takut-takut Sam.
"T-tidak! Jangan sungkan. Putri saya, Kei memang seperti itu. Dia ada masalah akan masalalunya dengan lelaki. Makanya dia bersikap kurang baik terhadap anda. Maafkan saya dan putri saya ya tuan."
"Tapi…"
"Tolonglah tuan. Anda tidak boleh pergi sebelum berdamai dengan putri saya. Saya tau jika putri saya yang salah. Tapi saya jauh lebih merasa bersalah lagi jika tuan tidak menerima permintaan minta maaf putri saya."
***
"Ini kartu nama saya, nyonya," Sam meletakkan di atas meja berhadapan langsung dengan bibi Gin.
Bibi Gin langsung menerima dan membacanya.
"Saya seorang sutradara yang sedang mencari aktor–aktor baru untuk sebuah novel yang memiliki banyak peminatnya. Dan saya kira cucu anda pas untuk kisah tersebut, Haru Biru C**inta Hangat dan dingin ."
Kei sudah lama berdiam diri memalingkan wajah dari pria itu. Degh! Dia sangat terkejud dengan ungkapan pria itu.
"Haru Biru Cinta Hangat dan Dingin?" kini melihat pria yang duduk di sofa sampingnya.
Pria itu mengangguk.
"Anda… Sutradaranya?" tanyanya sedikit ragu.
"Iya, nona," jawab pria itu.
"Itu karya saya!" ucap heboh Kei.
Sama sama melotot. Kei dan Sam…
Kei segera membuka aplikasi dalam ponselnya. Karya yang dibuatnya berdasarkan kisah nyatanya sendiri untuk menyalurkan semua emosi pada lelaki bajingan, biadap dan pantas masuk ke dalam neraka!
Seminggu lalu ia menerima pesan dari editornya jika karyanya dipilih terbit menjadi sinetron. Siapa sangka sutradaranya sendiri datang.
Sedang Sam, dia tidak percaya bertemu langsung dengan author dari sebuah karya yang jujur dikaguminya. Setiap emosi terbentuk sangat tepat.
"Saya ingin jika putra anda, dan mungkin anda sebagai penulisnya menjadi tokoh utama. Esok saya akan memberi surat perjanjiannya, dan akan membawa anda ke lokasi syuting."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Anak Kecil
jos
2023-04-22
1
Entie Putri Zaini
itu tu Mak ny ap anak nya
2022-02-08
0
Momy Victory 🏆👑🌹
sadis banget ngomongnya anak haram kelakuannya juga haram!...kasihan banget Kamu Kei.
2021-09-07
4