Anak Jenius: My Triplets Smart Kid

Anak Jenius: My Triplets Smart Kid

Bab 1

"Keluar kau dari rumah kami! Perempuan tak tahu diri!"

Teriakan lantang berupa makian di akhir nya itu masih menggema dalam ingatan Keina. Gadis

berpenampilan sederhana yang hanya mengenakan pakaian lengan pendek dan rok di bawah lutut terlihat lusuh, ia berjalan di pinggiran jalan.

Lalu lalang berbagai jenis kendaraan, besar dan kecil di tengah jalan berpohon dan banyak rumput di sisi kiri dan kanannya seakan menganggap Kei sesuatu yang tak berarti. Tiada seorang pun yang peduli pada nya.

Kepala tertunduk, sorot mata berlinang air mata itu menatap dalam aspal jalan yang terlihat gelap. Dia menautkan kedua jari telunjuk membentuk lilitan janji jari kelingking.

Air mata membasahi pipi, tersamar hujan deras di malam hari. Pakaian basah, ia mulai kedinginan. Sementara sama sekali tidak mempunyai tempat singgah, setidaknya untuk berteduh sebentar saja.

Rumah yang ia tempati dan tumbuh besar hingga beberapa jam yang lalu telah mengusir nya. Sebagai tanda jika Kei tidak bisa kembali setidak nya untuk menyinggah sementara.

Hanya karena dilihat perpelukan dengan lelaki, Kei di usir. Namun lelaki itu bukan lelaki sembarangan, dia adalah Leo, pria yang digemari adik angkatnya, Kara.

Kecemburuan sebab kakak angkat nya perpelukan dengan pria yang digemari nya padahal baru pagi, awal masuk sekolah kelas sebelas ia memutuskan mengatakan perasaan cinta. Dan di terima.

Belum melakukan apapun terhadap pria itu,

hanya memegang tangan. Dan Kei, Kara rasa sudah mengambil bagian lebih besar itu dari pada nya.

Api membara menyapu semua kebaikan yang pernah di lakukan Kei pada Kara menjadi segeganggam debu. Memutuskan otak iblis menguasai nya,

Kara mengadu pada ibu dan ayah kandung nya.

"Syukur-syukur kami masih memberi kau makan! Sekarang, apa balasan mu untuk kami, perempuan penghianat! Menyesal aku buat kau jadi putri ku!"

Menangis dan meraung minta jangan diusir, tapi tiada yang bisa di lakukan selain mengikuti perintah.

Kekuatan dua bodyguard di rumah itu berkali-kali lebih besar dari nya. Kei di campakkan keluar dari rumah itu. Ia di usir, dan berjalan keluar dari lingkungan asri, tempat para orang berada berkumpul.

Hatinya sedih, pilu dan merasa tak berguna merasuk di jiwanya. Kei, merasa di dunia ini dia tidak punya arti.

Berusaha semaksimal mungkin agar orang dalam rumah tempat ia tinggal dan menetap menyukai nya.

Kei melakukan segala sesuatu dengan sangat baik. Walau hanya mampu mengemas rumah tiap hari, memasak dan mengurus keperluan adik nya yang manja. Hanya hal kecil itu yang bisa dilakukan nya untuk sementara ini.

Kei, sudah terlanjur baik pada perempuan yang sembilan tahun lebih muda dari nya itu. 

Awalnya, ia memerankan diri sebagai asisten rumah tangga agar mendapatkan hati ayah dan ibu angkat nya, lama kelamaan menjadi pelayan melebihi babu.

Kei tidak di bayar dengan uang, hanya sepiring nasi setiap harinya. Menyebabkan ia sangat kurus dan kekurangan gizi.

Lihatlah, tubuhnya sudah sempoyongan berjalan. Ia tidak sanggup melanjut kan perjalanan yang jujur tidak ia ketahui nya mau bermalam di mana.

Hampir satu setengah kilometer dia berjalan. Dia meneguk saliva yang terasa mengering, tak mendapat air.

Sesekali menjulurkan lidah menghadap langit, hanya mendapat beberapa tetes saja. Haus, namun pegal pada leher yang melengkung terus-terusan.

Ia tak tahan, Kei yang malang hanya mampu berharap Tuhan masih menolong nya. Memberi sesuatu berharga bagi nya, setidaknya menemani gadis itu tidak sendirian. Sebab jujur, Kei tidak pernah memiliki teman.

Bahkan semasa ia di panti asuhan selama 6 tahun, anak-anak seusia nya menjauhi nya, seakan menganggap Kei sebagai sebuah mahluk tak kasat mata.

Hanya ibu penjaga panti menemani nya. Karena dia pendiam dan tak mudah bergabung dengan masyarakat. Ia pemalu.

Bisa dihitung, kurang dari seratus orang yang bertemu dengannya seumur hidup nya. Dan berkenalan, kurang dari lima puluh orang.

Itu pun terjadi karena suatu paksaan. Entah ada seminar khusus anak anak panti, lalu bertemu dan berkenalan dengan orang lain menemui nya, dan mulai berkenalan.

Lelah berat menyerang nya. Kei terpaksa harus duduk di atas batu dan menyeka keringat bercampur air hujan yang menetes dari angkasa.

Di sekitar, terlihat ada banyak orang. Laki-laki dan seorang perempuan cantik berpakaian sangat seksi.

Bahkan ada yang dua sampai tiga, mereka begitu mesra, seakan tak peduli dengan pandangan Kei, sebagai orang risih yang melihat nya.

"Hey perempuan cantik," seorang lelaki mencolek rahang Kei.

Di sekitar lelaki itu terdapat dua wanita bersolek tebal dan seperti nya mempesona bagi lelaki bertubuh gendut dan tampak bergairah namun begitu menjijikan bagi Kei.

Sontak Kei menoleh, ia melemparkan pandangan tak suka. Berdiri, entah mendapat kekuatan dari mana, "Jangan macam-macam, ya!" menepis, dan segera berlari dari sana.

Kei hanya mendengar suara gelak tawa dan ucapan berupa lontaran kuat meremehkan dari mulut pria tua, hidung belang itu.

Rasa takut menguasainya, hingga…

Dugh!

"Awh," ia meringis kesakitan kala kepala nya terbentur sangat kuat, oleh benda keras berakhir kenyal seperti seogok daging hewan di pasaran.

Tapi apa ada pasar mendadak di sini? Seingat Kei tidak ada. Mengingat sembari berlari, gadis itu menunduk sesekali menoleh ke belakang.

Cara utama mengetahui nya hanya lah Kei harus melihat siapa pemilik benda keras berakhir kenyal bertubruk pada kepala nya barusan.

Ia memijit kening yang terasa nyeri itu. Mengangkat kepala, pandangan Kei beradu pada seorang pria berwajah tampan dan dingin yang terlihat sempoyongan berdiri.

Mata memerah, dan racauan sedari tadi Kei dengar tapi di hiraukan nya. Terasa bahu nya dipegang oleh pria itu, "Temani aku sayang!" menarik tangan Kei.

"L-lepaskan!" Kei mencoba melawan genggaman tangan besar dan kuat serta kokoh pria itu. Namun tak kunjung berhasil.

"T-tolong! Siapapun, tolooongggg!"

Tiada yang prihatin pada nya.

Kei tidak mengerti, sedari tadi mencoba melawan. Orang-orang melihat nya karena suara keras nya itu.

Tapi hanya melempar pandangan takut, entah takut karena apa. Berbisik-bisik dengan pasangan di samping nya.

"Dia wanita pilihan CEO."

Hanya itu berhasil di dengar nya sebelum Kei di campakkan, masuk ke dalam mobil mewah keluaran tahun ini.

Tak hanya sampai di sana. Pintu di tutup, dan pria itu berada di atasnya. Menatapnya dengan pandangan bergairah. Kei semakin takut menatap netra biru pria berahang tegas tersebut.

"L-lepaskan, tuan… Tolong," pergelangan tangan sudah dikunci, Kei membuang wajah ke samping, air mata membasahi pipi, jatuh ke kursi lembut kepemilikan pria itu.

"Tidak sayang. Tidak, temani aku malam ini!" telunjuk pria itu menyentuh sudut wajah Kei. Mulai dari garis pertengahan rambut hitam legam nya, sampai telinga Kei.

Memperlakukan begitu lembut nya. Namun Kei sangat risih. Tiada yang bisa dilakukan. Ia di sekap secara lembut.

Melucuti pakaian Kei. Pria itu melakukan tindakan sebagai pria bajingan. Kei menangis kesegukan saat pria itu sudah tertidur menggatikan posisi nya.

Ia keluar dengan langkah kaki terlatih-latih, sudah tidak ada harapan lagi dan kebanggaan bagi diri nya. Kei sudah kotor dan dia benci mengakui nya.

Pakaian yang dikenakan pun tampaknya sudah mengering. Sejam lelaki itu melakukan tindakan tak berperikemanusiaan nya pada Kei.

Kei juga takut kalau lelaki itu melakukan tindakan kasar nya seperti tadi jika Kei berlama-lama menangisi kebodohan nya menjadi wanita lemah.

***

"Aku di mana?"

Kei berkata nada suara lemah. Membuka mata dan tampak cahaya sangat terang dan menyilaukan menembus retina mata nya. Hanya telapak tangan menghalangi cahaya terang itu.

"Kamu ada di rumah ku, nak."

Sontak Kei menoleh ke sumber suara. Ungkapan dari mulut seorang wanita menarik perhatian nya.

"Siapa kamu?" ia bertanya garang, sejujurnya ada nada takut terselubung dalam dirinya. Matanya membulat, dengan posisi kini duduk, ia menatap wanita dengan senyuman manis terukir di bibir tuanya.

Bisa saja wanita itu orang suruhan pria bajingan yang telah memerkosa nya entah sudah berapa jam waktu ia lewatkan hingga sampai di sini.

"Perkenalkan, aku Gina. Panggil saja bibi Gin kalau ingin mengenal ku lebih jauh lagi. Dan mengenai mengapa kau ada di sini, bibi punya penjelasan untuk mu."

"Jadi gini, sewaktu anak teman bibi pergi, ia menemukan mu di semak-semak dekat perumahan ini. Tubuh mu sangat kacau, dan… Yah, tampak nya kamu dan suami mu baru melakukan nya."

"Tidak! Dia bukan suamiku!" bantah Kei segera.

Wanita berwajah segar dan berpostur tubuh gendut itu menatapnya aneh, "Tapi inti tubuhmu? Maaf, tapi sempat dokter datang kemari. Dan kata beliau, ada sedikit perobekan pada inti tubuh mu. Selain tidak berhubungan, bibi rasa tidak ada sebab lain kecuali kecelakaan. Tapi tubuh mu tampak baik-baik saja."

Kei tertunduk. Dia menatap dalam kasur hangat dan lembut yang kini di duduki nya.

"Tadi juga kata dokter inti tubuh mu membengkak dan memar. Seharus nya tidak diperbolehkan setelah berhubungan, melakukan perjalanan panjang. Apa kamu punya masalah dengan calon suami mu?"

"Tidak!"

"Lalu?"

"Aku belum pernah menikah, setidak nya bertunangan, nyonya!"

"Hmm, apa dia pacar mu?"

"Sudah ku katakan! Dia bukan siapa-siapa ku! Jangan banyak tanya, nyonya! Aku tau kamu utusan laki-laki brengsek itu!"

"Arghhh!!"

Kei menjambak kasar rambut nya.

Semakin membuat wanita itu mengeryit, namun lumayan mengerti dengan maksud Kei.

"Ini, minumlah dahulu. Buat pikiranmu kembali segar," wanita itu menyodor kan secangkir teh dengan lembut dan penuh kasih sayang serta kesabaran.

Namun tangan Kei malah menepis teh hangat dari tangan Gina hingga tumpah dan membentuk remahan kaca sebab terbentur dinding.

Gina menghela napas dan tersenyum tipis. Bangkit dari posisi duduk nya dan mengutip remahan kaca, "Aku tau hal itu menyakitkan bagi mu, nak," suaranya berubah parau.

"Tapi percaya lah, bukan hanya kau yang bernasip naas seperti itu."

"Karena anak ku, dia juga seperti mu…"

Pandangan Kei berubah penasaran. Dia menatap Gina yang memunggungi nya.

"Dulu anakku adalah gadis periang. Berubah pendiam dan tertutup. Sering berteriak ketika di pegang bagian tubuh nya. Ntah itu lengan, atau sesulur rambut nya."

"Aku dan almarhum ayah nya yang meninggal beberapa bulan lalu sudah menghubungi psikiater. Tapi tak kunjung berhasil karena tak mendapatkan sedikit pun dukungan dari masyarakat, orang sekitar."

Kalimat terhenti. Gina berdiri dan berjalan. Berhenti di samping Kei.

"Kau tau kan, nak? Orang yang dilecehkan seperti itu tidak di terima masyarakat. Hanya di anggap sampah masyarakat karena di kira adalah salah satu wanita nakal."

Kei mengangguk.

"Di sana, anak ku semakin depresi. Berangsur gila. Ejekan dan hinaan begitu gencar diterima nya."

"Anakku meninggal karena menubrukkan kepalanya ke dinding hingga geger otak. Dia meninggal dua tahun lalu."

Kei merasa semakin bersalah dengan cerita singkat yang baru diceritakan Gina pada nya.

"Maafkan aku bi. Aku tersulut emosi. Aku kira, bibi orang suruhan laki-laki kejam itu."

"Tak apa," Gina berjongkok. "Aku tau kau marah sekali. Dan sudah menjadi hal biasa kalau dalam kemarahan bisikan setan benar-benar menguasai."

"Apalagi ketika pikiran mulai disasarkan kepada hal miring yang mulai bermunculan, bahkan mau saja kita mengikuti. Kita manusia. Penuh salah dan dosa. Bibi memaafkan mu."

***

Dengan ditemani semua nasihat mendidik bibi Gina, Kei benar-benar kembali merasa hidup.

Walau ia tau, dirinya tak sesempurna dahulu. Ia sudah berubah menjadi seorang wanita. Bukan gadis suci lagi. Karena lelaki bajingan itu telah melepaskan keperawanan nya.

Kehormatan yang seharusnya menjadi milik suami nya kelak. Ntahlah, Keina tidak tau siapa pria yang akan menikahi nya jika tau keadaan nya seperti ini.

"Hey, Kei. Apa kabar? Kok melamun gitu sih? Masih pagi-pagi kok, udah melamun aja. Lamunin apa sih?" Celica, sahabat Kei. Datang menghampiri Keina yang tengah melamun.

Keina sontak menoleh. Ia terkejud, namun hanya menarik napas tanpa menghela nya beberapa detik. Mata membulat lebar. Bahkan wajah nya berhasil menjadi bahan tertawaan Celica, anak teman bibi Gina.

"Hahah, kamu sangat lucu Kei!"

Kei mendengus, "Bukan sekali ini aja, Cel."

"Iya… Tapi tetap lucu aja menurut aku. Hahah. Gimana sih kamu bisa selucu ini?"

"Aku tidak sedang membuat lelucon, Cel."

"Haha, iya-iya. Aku ngerti. Kamu pasti mikirin laki-laki yang akan nikahin kamu, kan? Mengingat keadaan kamu…" kalimat Celica tergantung.

"Ssstttt, sudah, diamlah!"

Celica tertawa, wanita yang usianya hanya terpaut lima tahun dari Kei yaitu 29 tahun dan memiliki anak tiga dari pernikahan nya itu sudah diberitahu dengan keadaan Kei oleh bibi Gina.

Dan dia mengerti. Sering-sering datang kemari. Bahkan sejak dua minggu di beritahu.

"Yakinlah, Kei. Pasti ada laki-laki yang mau menikah dengan mu. Tidak semua lelaki sama saja, Kei."

"Tapi mau cari di mana Cel? Sampai satu dunia ini pun, tak ada!"

"Suamiku?" Celica mendekatkan tubuhnya yang sedari tadi duduk sejak ia sampai dan menyapa Keina. Memainkan mata, seakan memberitahu sesuatu, maksud lain di balik itu.

"Maksud mu, aku menjadi perebut suami mu? Ah, tidak lah, aku bukan pelakor seperti di sinetron, ibu Celica yang terhormat. Keina Natalia ini masih punya pekerjaan lain selain merebut hak milik seseorang!"

"Terus? Kamu mau pergi sama si bajingan brengsek itu!? Kamu tau siapa dia dan di mana!? Ya ampun, Kei! Kenapa gak dikasih tau aja sama aku? Biar aku pukuli dia sampai lenyot sebelum nikahin kamu!"

"Haha, tidak lah, ibu Celica yang terhormat. Aku tidak tau siapa dan asal-usul nya. Sekalipun aku tau, aku ragu dia aka  menikahi ku."

"Maksud mu, kalian hanya one night stand?" Celica terkejud. Pasal nya selama ini Kei tidak pernah di beritahu akan cerita ini.

Hanya mengangguk. Belum berkata apapun pada Celica. Kei sudah pergi dari tempat duduk dan menuju kamar mandi dengan menutup mulut.

"Huek!"

"Kamu kenapa, Kei?" Celica mengejar perempuan itu.

Kei menggeleng begitu kuat dan melanjutkan muntahnya lagi.

Lima menit.

Celica hanya bisa memijit leher belakang Kei. Sementara Kei muntah, cairan lengket dan terkesan menyengat.

"Sudah?" Celica menunjukkan raut prihatin.

Kei mengangguk.

"Ayo duduk di sini," Celica menuntun Kei ke kursi dapur, di luar kamar mandi.

Menuangkan teko berisi air ke gelas, "Minum ini," Celica memberi minum kepada Kei.

Kei menerima nya. Wajahnya mendadak pucat dan lemah. Bahkan perlu pertolongan untuk minum saja.

Baru dua tekuk. Kei kembali berlari menuju kamar mandi selurus kursi meja makan di dapur.

Begitu lah seterus nya. Celica tidak tahan lagi untuk berkata hal yang merupakan kenyataan yang ia tebak sedari tadi.

"Aku kenapa Cel?" Kei, sudah sangat sangat lemah. Mengatupkan kelopak mata serasa sulit sekali.

"Maaf, tapi menurut perkiraan ku kamu hamil, Kei."

Degh!

****

Terpopuler

Comments

neng aya

neng aya

🤗

2022-11-19

1

🎐Raizel_yuichi✧°⁠ ۝ ⁠°✧

🎐Raizel_yuichi✧°⁠ ۝ ⁠°✧

saja 😳

2022-11-16

1

🎐Raizel_yuichi✧°⁠ ۝ ⁠°✧

🎐Raizel_yuichi✧°⁠ ۝ ⁠°✧

⏪ 🦠 ⏩ PPKM

2022-11-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 2
3 Ayah Anaknya Kei?
4 Pria Brengsek
5 Andre Membujuk Bundanya
6 Pria yang Mirip Dengan Andre
7 Hal Mengejutkan
8 Sentuhan Seperti Sengatan Listrik
9 Terikat Kontrak yang Berlaku
10 Pertengkaran Seperti Sepasang Suami-Istri
11 Menolaknya
12 Kei Frustrasi
13 Semua Sudah Terlanjur
14 Kemarahan Bibi
15 Meminta Izin Pada Anna dan Alice
16 Memulai Hari Begitu Baik
17 Akal-Akalan Sam Saja
18 Satu Adegan: Malam Pertama
19 Canggung
20 Memuji Kecantikan Kei
21 Ulang Tahun si Kembar
22 Si Kembar Ingin Ayah di Sini
23 Tidur Bersama Triplent
24 Bertanya
25 Sarapan Pagi Rasa Keluarga
26 Pertanyaan Sam
27 Kehebohan Sam
28 Berunding
29 Mengetahui Kenyataan
30 Semua Perbuatan Jeremy
31 Mama Tidak Percaya
32 Ingin Kei
33 Amarah Kei
34 Alasan Kei
35 Ada Apa Dengan Kei
36 Nasihat Bibi
37 Kei Minta Maaf
38 Keanehan Orang Sekitar
39 Insiden Di Taman Kota
40 Amukan
41 Penyelamat
42 Berterima Kasih
43 Kekhawatiran Jeremy
44 Kondisi Bibi Gin
45 Mendatangi Sang Mama
46 Menunjukkan Buktinya
47 Nasip Kei
48 Menasehati Anak-anak Kei
49 Panggilan Dari Celica
50 Ketidakmengertian Anak-Anak Kei
51 Rencana Busuk Merly
52 Bujukan Celica
53 Persiapan Kei
54 Pergi Menjauh
55 Kondisi Jeremy
56 Keadaan Kei
57 Jeremy Menggila
58 Karma Merly
59 Pria yang Tidak Sportif
60 Keinginan Celica
61 Permintaan Celica (2)
62 Pikirkan Itu
63 Bertemu Sebentar Tidak Apa Kan?
64 Jeremy
65 Tertegun
66 Ingatan Masalalu
67 Insiden di Pesta
68 Mengikuti Keinginannya Saja
69 Semua Karma
70 Kenyataan
71 Keuntungan
72 Tidak Juga Memberitahu
73 Pertengkaran
74 Mimpi
75 Rencana Meminta Maaf
76 Jawaban Vivi
77 Semua Hanya Demi
78 Pertanyaan Medya
79 Melakukan Kehendak Medya
80 Ayah?
81 Kei yang Marah
82 Keadaan Merly
83 Ingin Kembali
84 Tugas Sam
85 Bab 85
86 Kembalilah…
87 Berpikir
88 Pertimbangan
89 Cerita Celica
90 Keterkejutan Kei
91 Kei Terharu
92 Pertimbangan
93 Pembicaraan Anna, Alice dan Andre
94 Rencana Pergi
95 Nasihat Agar Tidak Panik
96 Mengetahui
97 Kepanikan Sam
98 Ayolah Ayah…
99 Mereka Kembali
100 Kembalikan Kita Bersama
101 Will You Marry Me?
102 Jangan Egois, Kei
103 Ada Banyak Cara Menyatukan Dua Hati
104 Persetujuan Kei
105 S2 Bab 1
106 S2 Bab 2: Pengakuan Jeremy
107 S2 Bab 3: Hadiah untuk Kei
108 S2 Bab 4: Benar Benar Beruntung
109 S2 Bab 5: Luka
110 S2 Bab 6: Keanehan Kei
111 S2 Bab 7: Janji
112 S2 bab 8
113 S2 Bab 9
114 S2 bab 10
115 S2 bab 11
116 S2 Bab 12
117 S2 Bab 13
118 S2 Bab 14
119 S2 bab 15
120 S2 bab 16
121 S2 Bab 17
122 S2 bab 18
123 S2 bab 19
124 S2 bab 20
125 S2 bab 21
126 S2 Bab 22: Pria Penolong
127 S2 bab 23: Cinta Lama yang Tertunda
128 S2 Bab 24: Semua Orang Menjahui
129 S2 Bab 25: Kata-Kata Penyesalan
130 Promo: BALAS DENDAM MANTAN ISTRI
131 S2 bab 26
132 S2 Bab 27
133 S2 Bab 28
134 S2 Bab 29
135 Kehilangan Kesabaran
136 Sebenarnya Tidak Ada yang Memihak Jeremy
137 S2 Bab 32: Wanita Asing: Aku Hamil Anakmu
138 S2 Bab 33: Wanita Cerdas Tidak Mudah Terpengaruh
139 S2 Bab 34: Ulat Bulu Pengganggu
140 S2 Bab 35: Banyak Hal yang Perlu Dipertaruhkan
141 S2 Bab 36: Jangan Menganggu Keluargaku!
142 S2 Bab 37: Jadi Apa Dunia Ini Kalau Banyak Manusia Tetap Memelihara Kebodohan?
143 S2 Bab 38: Kita Memang Mirip
144 S2 Bab 39
145 S2 Bab 40: Beneran Tamat
146 Promosi
147 "Lebih Bahagia Setelah Bercerai"
148 Promosi [Appetite (Rahasia Istri Idaman)]
149 DUDA DAN BABYSITTER
Episodes

Updated 149 Episodes

1
Bab 1
2
2
3
Ayah Anaknya Kei?
4
Pria Brengsek
5
Andre Membujuk Bundanya
6
Pria yang Mirip Dengan Andre
7
Hal Mengejutkan
8
Sentuhan Seperti Sengatan Listrik
9
Terikat Kontrak yang Berlaku
10
Pertengkaran Seperti Sepasang Suami-Istri
11
Menolaknya
12
Kei Frustrasi
13
Semua Sudah Terlanjur
14
Kemarahan Bibi
15
Meminta Izin Pada Anna dan Alice
16
Memulai Hari Begitu Baik
17
Akal-Akalan Sam Saja
18
Satu Adegan: Malam Pertama
19
Canggung
20
Memuji Kecantikan Kei
21
Ulang Tahun si Kembar
22
Si Kembar Ingin Ayah di Sini
23
Tidur Bersama Triplent
24
Bertanya
25
Sarapan Pagi Rasa Keluarga
26
Pertanyaan Sam
27
Kehebohan Sam
28
Berunding
29
Mengetahui Kenyataan
30
Semua Perbuatan Jeremy
31
Mama Tidak Percaya
32
Ingin Kei
33
Amarah Kei
34
Alasan Kei
35
Ada Apa Dengan Kei
36
Nasihat Bibi
37
Kei Minta Maaf
38
Keanehan Orang Sekitar
39
Insiden Di Taman Kota
40
Amukan
41
Penyelamat
42
Berterima Kasih
43
Kekhawatiran Jeremy
44
Kondisi Bibi Gin
45
Mendatangi Sang Mama
46
Menunjukkan Buktinya
47
Nasip Kei
48
Menasehati Anak-anak Kei
49
Panggilan Dari Celica
50
Ketidakmengertian Anak-Anak Kei
51
Rencana Busuk Merly
52
Bujukan Celica
53
Persiapan Kei
54
Pergi Menjauh
55
Kondisi Jeremy
56
Keadaan Kei
57
Jeremy Menggila
58
Karma Merly
59
Pria yang Tidak Sportif
60
Keinginan Celica
61
Permintaan Celica (2)
62
Pikirkan Itu
63
Bertemu Sebentar Tidak Apa Kan?
64
Jeremy
65
Tertegun
66
Ingatan Masalalu
67
Insiden di Pesta
68
Mengikuti Keinginannya Saja
69
Semua Karma
70
Kenyataan
71
Keuntungan
72
Tidak Juga Memberitahu
73
Pertengkaran
74
Mimpi
75
Rencana Meminta Maaf
76
Jawaban Vivi
77
Semua Hanya Demi
78
Pertanyaan Medya
79
Melakukan Kehendak Medya
80
Ayah?
81
Kei yang Marah
82
Keadaan Merly
83
Ingin Kembali
84
Tugas Sam
85
Bab 85
86
Kembalilah…
87
Berpikir
88
Pertimbangan
89
Cerita Celica
90
Keterkejutan Kei
91
Kei Terharu
92
Pertimbangan
93
Pembicaraan Anna, Alice dan Andre
94
Rencana Pergi
95
Nasihat Agar Tidak Panik
96
Mengetahui
97
Kepanikan Sam
98
Ayolah Ayah…
99
Mereka Kembali
100
Kembalikan Kita Bersama
101
Will You Marry Me?
102
Jangan Egois, Kei
103
Ada Banyak Cara Menyatukan Dua Hati
104
Persetujuan Kei
105
S2 Bab 1
106
S2 Bab 2: Pengakuan Jeremy
107
S2 Bab 3: Hadiah untuk Kei
108
S2 Bab 4: Benar Benar Beruntung
109
S2 Bab 5: Luka
110
S2 Bab 6: Keanehan Kei
111
S2 Bab 7: Janji
112
S2 bab 8
113
S2 Bab 9
114
S2 bab 10
115
S2 bab 11
116
S2 Bab 12
117
S2 Bab 13
118
S2 Bab 14
119
S2 bab 15
120
S2 bab 16
121
S2 Bab 17
122
S2 bab 18
123
S2 bab 19
124
S2 bab 20
125
S2 bab 21
126
S2 Bab 22: Pria Penolong
127
S2 bab 23: Cinta Lama yang Tertunda
128
S2 Bab 24: Semua Orang Menjahui
129
S2 Bab 25: Kata-Kata Penyesalan
130
Promo: BALAS DENDAM MANTAN ISTRI
131
S2 bab 26
132
S2 Bab 27
133
S2 Bab 28
134
S2 Bab 29
135
Kehilangan Kesabaran
136
Sebenarnya Tidak Ada yang Memihak Jeremy
137
S2 Bab 32: Wanita Asing: Aku Hamil Anakmu
138
S2 Bab 33: Wanita Cerdas Tidak Mudah Terpengaruh
139
S2 Bab 34: Ulat Bulu Pengganggu
140
S2 Bab 35: Banyak Hal yang Perlu Dipertaruhkan
141
S2 Bab 36: Jangan Menganggu Keluargaku!
142
S2 Bab 37: Jadi Apa Dunia Ini Kalau Banyak Manusia Tetap Memelihara Kebodohan?
143
S2 Bab 38: Kita Memang Mirip
144
S2 Bab 39
145
S2 Bab 40: Beneran Tamat
146
Promosi
147
"Lebih Bahagia Setelah Bercerai"
148
Promosi [Appetite (Rahasia Istri Idaman)]
149
DUDA DAN BABYSITTER

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!