Entah harus mengucapkan terimakasih yang seperti apa terhadap Bella yang sudah banyak membantuku. Mulai dari tempat tinggal, aku masih stay di rumah Bella. Sampai sekarang, aku dipinjamkan handphone milik Bella yang tidak terpakai.
Bella memang terlahir dari keluarga yang lumayan kaya, berbeda dengan aku yang harus terus bekerja keras untuk menghidupi keluargaku.
Bahkan rumah di Purwakarta pun hasil dari jerih payahku. Adapun mobil yang aku pakai merupakan hadiah perceraian dari Frans, karena Frans sengaja tidak mau menagihnya kembali.
Frans berpesan, biarlah mobil ini menjadi kenangan darinya untukku. Karena, ini kado ulang tahunku di awal pernikahan kami.
Walau Frans pernah bilang dia tidak akan memberikan sepeserpun hartanya padaku, tapi dia tidak sekejam itu, masih ada rasa iba dari Frans untukku. Tujuannya agar aku masih tetap mengingatnya jika aku masih menggunakan mobil yang Frans berikan.
Ingin sekali aku mengganti mobilku, tapi untuk saat ini kondisi keuanganku sedang sekarat, terpaksa aku kesampingkan dulu egoku untuk menghempaskan semua tentang Frans.
Sesuai email yang aku terima, hari ini aku akan mendatangi kantor A&J kembali untuk melanjutkan tahap seleksi berikutnya.
Tahap ini pastinya tidak akan mudah, karena aku akan berhadapan langsung dengan direktur utama A&J.
Sebisa mungkin aku persiapkan semua informasi tentang perusahaan tersebut, tak ketinggalan dengan penampilanku yang harus terlihat maksimal.
Berkat tangan Bella yang sudah memoles wajahku dengan beberapa item make up membuatku nampak lebih segar dari biasanya, namun masih dalam katagori wajar, dan tidak mencolok.
Bella meminjamkanku blus merah maroon dengan model lengan sesiku yang terasa sangat pas di tubuhku, mungkin karena bentuk tubuh aku dengan Bella nyaris sama.
Bella memadukan blus dengan rok hitam selutut, beserta stileto merah maroon yang senada dengan atasannya. Menurutku, ini terlalu mencolok. Tapi, tidak menurut Bella. Dia tetap saja bersikukuh menyuruhku memakainya.
Kalau tidak ngotot, ya bukan Bella namanya. Tapi, kalau dilihat-lihat lebih dalam lagi pilihan Bella memang fantastis. Pantas saja banyak pria yang menggandrungi Bella, mungkin karena selera fashion Bella memang luar biasa. Ditambah lagi paras wajah Bella yang cantik, walau kecantikan itu tidak terlihat di mataku.
Kecantikan Bella tertutup oleh tingkah lakunya yang sering seenaknya. Mungkin karena persahabatan kami sudah terlalu dekat, mau dia cantik level apapun semuanya terlihat biasa saja di mataku. Begitupun penilaian Bella terhadapku.
Aku masih duduk di lobi ruang interview, tapi aku masih belum saja dipanggil. Padahal sudah sekitar satu jam aku menunggu, memang harus bersabar. Karena, tahap yang sudah aku lalui sudah sejauh ini.
Kemudian salah satu panitia tim perekrutan karyawan membuka pintu ruangan, menampilkan sosok wanita modis dalam balutan pakaian formal.
"Apa ada yang bernama Jenny Florencia di sini?"
Wanita itu mencariku, seketika itu juga aku terhentak melambaikan tangan kananku ke atas.
"Iya Bu, saya Jenny Florencia."
Aku bangkit dari duduk melangkahkan kaki menghampiri wanita yang memandu jalannya interview akhir.
Aku baca bandul id card yang dikalungkan di lehernya, namanya Febriyana dengan jabatan level staff HRD.
"Jenny, kamu langsung naik ke lantai delapan ya. Ke ruang direktur langsung, untuk proses interview." tutur Febriyana.
Apa tidak salah?
Bukannya yang lain interview di sini?
Kenapa aku beda sendiri?
Atau jangan-jangan mereka yang interview di dalam tidak diinterview direkturnya langsung?
Tapi, kenapa aku harus langsung dengan direktur A&J?
"Tunggu apa lagi Jenny? Ayo buruan ke sana! Bapak direktur sudah menunggu kamu loh."
Febriyana yang melihatku termenung sedikit menyadarkanku untuk segera menemui direktur A&J.
"Baik Bu, saya segera ke sana."
Aku yang tidak mau kehilangan kesempatan segera menuruti perintah Febri.
Bodo amat aku memanggil namanya saja, karena Febri masih level staff. Kalaupun nantinya aku diterima di kantor ini, posisi kita pasti setara, sama sama staff. Hanya jobdesk saja yang akan berbeda.
•••
Sesampainya di lantai delapan, suasana lorong ruangan terlihat sepi. Sepertinya lantai paling akhir ini didesain hanya untuk ruangan direktur saja, tidak ada meja karyawan lain di sini.
Aku sedikit curiga melihat hal aneh seperti ini. Bagaimana jika direktur itu macam macam? Sementara di sini tidak ada siapapun, bahkan tembok ruangan didesain dengan kedap suara. Tapi lillahitaala saja, aku pasti bisa melalui ini.
Pelan pelan aku dorong kenop pintu ruangan direktur dengan penuh perasaan was-was. Padahal aku sudah pernah bekerja di kantor yang cukup besar, sama besarnya dengan kantor ini. Tapi, entah kenapa aku masih merasa gugup.
"Selamat pagi." aku menyapa seisi ruangan tapi tidak ada jawaban.
Kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan yang cukup luas, akhirnya aku menangkap bayangan sosok pria tinggi dengan postur tubuh atletis, berbalut setelan jas hitam dengan sepatu mengkilap warna hitam yang pastinya dengan harga selangit.
Apa mungkin itu direktur A&J?
Kenapa semuda itu?
Segagah itu?
Bayanganku seorang direktur pastinya sudah berumur. Bisa kisaran lima puluh tahunan, tapi ini rasanya tidak mungkin. Usia direktur itu nampak seperti kisaran usia tiga puluhan.
Dia masih dalam posisi membelakangiku dengan pandangan lurus ke depan jendela kaca besar yang full sampai ke lantai. Terbias pemandangan langit cerah dari jendela, serta bangunan bangunan tinggi yang terlihat seperti miniatur desain grafis dibalik jendela besar tersebut.
"Selamat pagi Pak." aku mencoba menyapa direktur A&J
"Saya Jenny Florencia, saya datang untuk perihal interview dengan Bapak."
Sebenarnya aku takut untuk membuka percakapan, apalagi dalam suasana yang mencekam seperti ini. Apalagi direktur itu masih tetap tak bergeming, masih berdiri kokoh di sana.
Aku masih tertunduk lemah, berdiri sekitar tiga meter di belakang direktur misterius itu.
"Jenny Florencia, akhirnya kamu datang menemuiku." ucapnya seraya membalikkan tubuhnya, lalu menatapku tajam.
Tepat kedua bola mata kami bertemu dalam satu titik retina masing-masing.
Tuhan. . .
Kenapa harus dia?
Nafasku mulai memburu tak teratur, tak mampu berkata-kata lagi saat kulihat wajah yang masih sangat aku ingat beberapa hari lalu.
Aku tak sanggup lagi menatapnya, rasanya aku ingin cepat pergi dari sini.
Semua pengorbananku untuk dapat bekerja di perusahaan A&J seketika aku lenyapkan. Aku tidak akan pernah mendatangi kantor ini lagi.
Jangankan untuk bekerja di sini, untuk melanjutkan percakapan dengan diapun aku sudah tak sanggup lagi.
Akhirnya, aku putuskan untuk berbalik arah menuju pintu keluar. Namun, langkah pria itu terlalu cepat meraih lengan kananku, kemudian dia dengan mudahnya membalikkan posisi tubuhku seperti semula.
Aku menghela nafasku begitu dalam, entah apa yang akan dia lakukan padaku setelah ini? Aku pasrah.
Namun satu yang pasti, aku tidak akan pernah membiarkan malam panas yang pernah terjadi bersamanya terjadi lagi.
•••
Jenny diapain yah kira-kira? 😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Nurhaida Pakpahan
emang namanya jodoh gak akan kemana y 😂😂😂😂😂😂😂
2021-12-22
1
Ida Ayu Putri Utari
ulalaaa..seruu banget thor
2021-05-04
2
xk_ekga🤓
deg2 😅😅
2020-06-16
1