Revisi
“Damn.” Umpat Andi pelan. Ia kaget sekali mendengar notifikasi dari sistem. Andi tidak menyangka penjualan pertamanya ini bisa memicu munculnya bonus penjualan. Dan bonus apa itu yang diberikan berkali-kali lipat seperti itu.
Andi penasaran dengan perubahan bonus ini terhadap misinya. Sistem bilang bahwa jumlah bonus penjualan tidak akan masuk dalam penghitungan misi pendapatan yang harus ia capai.
“Panel status.”
[Ding]
[Modul Menjadi Kaya]
[Level 4 (4455000/10000000)]
[Saldo Host : Rp 5.526.800,-]
[Tingkat Konversi : 1 kali nafas \= 7 rupiah]
[Misi : - Host hasilkan uang sebesar Rp 10.000.000,- dalam waktu empat belas hari. Hitung mundur : 11 hari 11 jam 58 menit (600000/10000000)]
[Penyimpanan : --- ]
[Kemampuan : - Lidah Manis : Selamanya]
[Selamat berjuang menghabiskan uang Host]
“Damn. Uangku cepat sekali bertambah banyak.” Gumam Andi dalam hati.
Pagi ini saja ia mendapatkan uang tiga juta enam ratus dari bonus penjualan. Uang ini akan menjadi milik Andi sepenuhnya. Ia tidak akan membagi uang ini dengan Brian. Bukannya tidak mau, tetapi bagaimana menjelaskannya? Tidak mungkin bukan ia menjelaskan keberadaan sistem kepada Brian. Ini akan menjadi rahasianya. Andi sama sekali tidak memiliki rencana mengatakan bahwa dirinya memiliki sistem. Bahkan kepada keluarganya.
Dengan uang bonus ini, Andi bisa memiliki uang untuk membeli barang di toko sistem lebih cepat dari rencananya. Meski ini hanya untuk satu hari ini saja, Andi yakin setidaknya ia mendapatkan belasan juta hanya dari bonus penjualan.
Selain itu, dengan adanya bonus penjualan ini, Andi bisa mencapai target yangs diberikan oleh sistem. Memiliki pengeluaran sebesar dua ratus lima puluh juta selama bulan ini. Semoga saja semua ini berhasil dan ia bisa mencapai target agar tidak mendapatkan hukuman dari sistem.
“Kenapa tiba-tiba mendapatkan uang jadi semudah ini.” gumam Andi dalam hati.
Sekarang Andi lebih bersemangat untuk berjualan. Demi bonus-bonus besar yang menantinya.
*****
Andi mendapatkan tempat berjualan di depan sebuah supermarket yang ada di Jalan Benteng Pancasila. Kebetulan ada jarak yang tidak terlalu lebar diantara dua penjual peralatan dapur dan penjual nasi. Meski tidak terlalu lebar, setidaknya tempat itu cukup untuk menaruh meja lipat yang Andi bawa.
Andi dengan dibantu oleh Amira mulai menata semuanya. Andi meletakkan beberapa dessert box di atas meja. Sisanya ia simpan di dalam box Styrofoam untuk menjaganya agar tetap dingin. X-banner yang Andi pasang sudah menampilkan gambar yang menarik dari dessert box miliknya. Di sana juga sudah ada daftar harga dari semua varian yang Andi jual.
Setidaknya dengan mencantumkan harga pada x-banner tersebut, mereka yang mengunjungi stan jualannya hanya orang yang benar-benar tertarik dengan produknya. Ia tidak mau banyak orang yang mendatangi stan jualannya lalu kembali pergi setelah tau harga barangnya tidak cocok di kantong mereka.
Target Andi adalah mereka yang memiliki uang. Jadi Andi tidak mempedulikan mereka yang terlihat tertarik tetapi tidak berniat membeli. Andi percaya produknya tetap akan terjual dengan harga segitu.
“Kak Andi, apa harganya nggak kemahalan?” Amira berbisik pelan di telinga Andi.
“Tenang aja. Barangnya pasti akan laku dengan harga segitu. Harga yang kakak tetapkan itu sudah sesuai kok dengan kualitasnya. Kakak ini menjual barang dengan kualitas terbaik yang bisa kakak berikan. Suatu hari nanti mungkin aja kakak akan membuat varian rasa yang lebih mahal dari ini. Jadi nggak usah kaget lihat harganya.” Ucap Andi dengan percaya diri.
“Ini beneran nggak papa?” tanya Amira ingin kembali memastikan.
“Percaya sama kakak.”
*****
Dua puluh menit menunggu tetapi masih belum ada satupun yang mengunjungi stan mereka. Kebanyakan dari mereka yang penasaran dengan produk yang jualan Andi, tidak jadi melihat stannya ketika melihat harga yang tercantum di X-banner yang ada di dekat meja.
“Kak nggak ada yang dateng ke sini.”
“Sabar. Ini juga baru jam tujuh lebih dikit. Sebentar lagi baru rame-ramenya orang datang ke benpas. Jadi sabarlah.” Ucap Andi menenangkan adiknya.
Tidak lama setelah Andi berkata demikian, stan mereka dikunjungi oleh seorang perempuan muda. Ia mengenakan celana training panjang dengan kaos berlogo salah satu club sepak bola di Inggris. Meski terlihat datang ke Benpas dengan niat berolahraga, tetapi Andi bisa melihat bahwa perempuan tersebut merias wajahnya.
“Mau olahraga aja pake dandan. Dasar cewek.” Gumam Andi dalam hati.
Meski dalam hati Andi sedikit mencibir perempuan di depannya ini, tetapi Andi tetap menampilkan senyum terbaiknya. Dengan ramah Andi menyapa calon pelanggan pertamanya di car free day ini.
“Selamat pagi Kak. Silahkan dilihat dessert boxnya. Kami memiliki lima varian rasa. Rasa cokelat, keju, red velvet, tiramisu dan matcha. Kakak mau pilih yang mana?” ucap Andi panjang dengan senyum masih tetap menghiasi bibirnya.
“Apakah ini enak? Kalian berani menjual dengan harga segitu. Apakah kalian menjamin ini enak?” tanya perempuan itu tanpa basa basi.
Andi sudah memikirkan kemungkinan adanya keraguan dari konsumen seperti sekarang ini. Sebelumnya ia sudah mempersiapkan solusi untuk mengatasi hal seperti ini. Jadi Andi tidak merasa cemas ketika ditanya pertanyaan tersebut. Ia bisa memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut dengan lancar.
“Tentu saja Kak, kami jamin dessert box buatan kami ini enak. Jika kakak ragu, kakak bisa membeli satu buah dan mencicipinya di sini. Jika memang rasanya tidak enak, maka uang yang sudah Kakak bayarkan akan kami kembalikan.”
Perempuan tersebut sedikit mengkerutkan keningnya. Ia sepertinya sedang memikirkan keputusan apa yang akan ia buat. “Hemm… baiklah. Aku membeli satu yang varian cokelat.” Perempuan itu memutuskan.
“Baiklah Kak.” Andi segera membungkuskan satu buah dessert box varian cokelat pesanan perempuan di depannya. “Mau bayar tunai atau transfer Kak?”
“Tunai saja, ini.” Perempuan itu kemudian menyerahkan uang berwarna biru kepada Andi dan mengambil bungkusan dessert box dari tangan Andi.
Tanpa menunggu lagi, perempuan tersebut membuka bungkusan dessert box. Ia langsung mencicipinya tanpa mempedulikan pandangan beberapa orang. Untung saja Andi menyertakan sendok kecil dalam bukusan dessert boxnya. Jika tidak mungkin sekarang dirinya akan bingung mencari sendok untuk perempuan ini.
Mata perempuan itu terlihat berbinar ketika merasakan dessert box buatan Andi. Ia kemudian mentap ke arah dessert box yang masih berada di atas meja.
“Bagaimana rasa dessert box kami enak bukan?” sebuah seringai kecil menghiasi bibir Andi. Ia bisa menebak bahwa perempuan di depannya ini akan kembali membeli dessert box miliknya.
“Ya, aku akui ini cukup enak. Apakah hanya ini yang kau punya?” tanya perempuan tersebut sambil menunjuk dessert box yang ada di meja.
“Tidak Kakak. Kami masih punya beberapa di Styrofoam. Apakah kakak akan membeli lagi dalam jumlah banyak?”
“Mungkin. Itu tergantung dari berapa lama dessert box milikmu bertahan.”
“Jika kakak menyimpannya di lemari pendingin, ini masih akan bertahan empat hari lagi. Jadi Kakak tidak perlu khawatir. Jika Kakak ragu, Kakak bisa memesannya melalui sosial media kami. Kami melayani pre order h-1. Dengan begitu produk yang akan Kakak konsumsi akan jauh lebih baik.” Jelas Andi.
“Apa kau melayani pengiriman ke Surabaya?”
“Ah…. Untuk saat ini belum Kakak. Mungkin beberapa bulan lagi kami bisa melayani pengiriman area Surabaya.”
“Aku kira kau sudah melayani pengiriman keluar kota. Tapi sudahlah aku tetap akan mengikuti akun sosial media brandmu. Sekarang bungkuskan aku dua buah dessert box untuk setiap variannya.”
“Baik kak.”
*****
Setelah kepergian perempuan berbaju bola, stan milik Andi banyak dikunjungi. Mungkin beberapa orang yang mengamati dari kejauhan tertarik membeli setelah melihat perempuan tadi membeli cukup banyak. Tidak membutuhkan waktu lama, dessert box milik Andi laku terjual.
Amira yang berada di samping Andi tidak percaya jika produk jualan kakaknya laris diserbu pembeli. Ia kira nantinya mereka akan membawa pulang beberapa porsi dessert box. Tetapi tidak. Malahan mereka mendapatkan pesanan untuk diantar nanti sore.
Sementara itu Andi cukup senang dengan hasil penjualan hari ini. Bonus yang ia dapat dari penjualan ini cukup banyak. Perempuan yang memborong setengah jualan Andi tadi memberi penyumbang terbesar. Dia memicu bonus sepuluh kali lipat dari dua kali transaksi yang dilakukannya.
“Panel status.”
[Ding]
[Selamat pendapatan Host bertambah Rp 1.140.000,- dari penjualan]
[Selamat Host mendapatkan bonus penjualan sebesar Rp 9.690.000,-]
[Nilai bonus pejualan tidak akan masuk dalam penghitungan misi pendapatan yang harus Host capai]
[Selamat berjuang mengumpulkan uang Host]
[Ding]
[Modul Menjadi Kaya]
[Level 4 (4455000/10000000)]
[Saldo Host : Rp 15.244.160 ,-]
[Tingkat Konversi : 1 kali nafas \= 7 rupiah]
[Misi : - Host hasilkan uang sebesar Rp 10.000.000,- dalam waktu empat belas hari. Hitung mundur : 11 hari 8 jam 55 menit (1740000/10000000)]
[Penyimpanan : --- ]
[Kemampuan : - Lidah Manis : Selamanya]
[Selamat berjuang menghabiskan uang Host]
“Gila, benar-benar gila.” Ucap Andi dalam hati. Sembilan juta lebih hanya dari bonus penjualan. Dan ini belum berakhir. Beberapa orang tadi sudah melakukan pemesanan kepada Andi melalui akun sosial media Lidah Manis. Jika Andi bisa mengantarkan semua pesanan itu hari ini juga, maka bonus yang akan diterima Andi akan bertambah lebih banyak lagi.
“Amira ayo buruan kita beresin semuanya. Masih ada pesanan yang harus kita selesaikan. Tenang saja kamu nanti akan aku gaji karena telah membantuku. Sekarang kita harus cepat pulang dan membuat dessert box lagi. Jika bisa, kita selesaikan pesan mereka hari ini juga.
Jika tahu akan seperti ini, maka Andi akan membawa lebih banyak porsi dessert box untuk di jual di car free day ini. Tetapi tidak masalah. Meskipun yang terjual tidak banyak, tetapi masih ada pesanan yang perlu Andi selesaikan. Dengan begini Andi akan lebih cepat menyelesaikan semua misi.
*****
Ketika Andi tengah membereskan barang milik mereka, seseorang menghampiri mereka. Ia adalah seorang pemuda yang seumuran dengan Andi. Pemuda itu berdiri tepat di depan meja Andi berjualan.
“Mohon maaf Kak, dessert box kami sudah habis. Jika kaka ingin membeli, kakak bisa memesannya melalui akun media sosial milik kami.” Ucap Amira kepada pemuda tersebut. Saat ini Andi tengah berjongkok membelakangi mereka sehingga pemuda itu tidak melihat siapa yang datang itu.
“Ck. Ck. Ck. Aku tidak mengira kamu berjualan seperti ini. Seseorang mengatakan padaku bahwa dia melihatmu berjualan di sini. Ternyata dia tidak salah lihat. Otaku kelasku ternyata sekarang menjadi penjaga gerai makanan.” ucap pemuda itu.
Andi yang merasa mengenali suara tersebut langsung membalikkan badannya untuk melihat ke arah orang yang berbicara itu. Di sana Andi menemukan seseorang yang sangat dikenalnya. Orang yang menjadi tangan kanan Jony selama ini.
“Rendi mau apa kamu datang kemari?” Tanya Andi dingin.
Tidak masalah bagi Andi untuk berhadapan dengan anak-anak yang sering melakukan perundungan terhadapnya. Andi masih bisa menerima perkataan kasar mereka. Tetapi kali ini dirinya sedang berada bersama dengan Amira. Andi tidak mau adiknya mendengarkan hal yang menyakitkan keluar dari mulut Rendi.
Rendi menyeringai lebar mendengar ucapan Andi. “Hey, bung santai saja. Kamu tidak perlu menaikkan suaramu seperti itu.”
“Mau apa kamu kemari?” Tanya Andi sekali lagi. Dari sekian banyak orang yang tidak ingin ditemuinya di sini, kenapa harus Rendi yang menemukannya di sini.
“Santai saja. Jangan seperti itu.” Rendi mengedarkan pandangannya ke sekeliling Andi. Pandangannya jatuh pada X-Banner yang masih berdiri di sana. “Rupanya kamu memiliki kesibukan ini sehingga kemarin tidak mendatangi rumah Jony. Padahal Jony sudah menyiapkan hadiah menarik untukmu. Dengan harga segitu, pasti uang yang kau dapat banyak bukan?”
“Ini adalah bisnis milik Brian. Jadi kau jangan macam-macam.” Ucap Andi.
Andi sudah tahu arah pembicaraan Rendi. Pasti pemuda itu berniat meminta uang jualan kepadanya. Di sekolah Rendi memang terkenal memalak anak-anak di sekolahnya. Terutama mereka yang terlihat lebih lemah darinya, seperti para adik kelas misalnya. Bisa dibilang Rendi adalah seorang preman sekolah.
Jony menjadikan Rendi sebagai kaki tangannya karena pemuda itu memiliki koneksi dengan beberapa preman di luar sana. Jadi, meski Rendi sendiri tidak berasal dari keluarga kaya, Jony tetap menjadikan Rendi kaki tangannya.
Andi sama sekali belum mendengar Jony menggunakan preman-preman kenalan Rendi. Tetapi, dengan pemuda itu menjadikan Rendi anak buahnya, sudah pasti nantinya dia akan menggunakan para preman itu. Jika tidak, untuk apa seorang Jony yang mengagung-agungkan kekayaannya berteman dengan Rendi.
“Oh. Rupanya itu milik si anak kaya itu.” Hanya itu respon yang Rendi berikan. Sepertinya pemuda itu tidak mau memiliki urusan dengan para anak orang kaya. Rendi kemudian menjatuhkan padangannya ke arah Amira.
Melihat hal itu, dengan sigap Andi narik adiknya ke belakangnya untuk menutupi pandangan Rendi kepada adiknya. “Wah, siapa cewek cantik ini. Tidakkah kamu berniat mengenalkan dia kepadaku.” Ucap Rendi sembari membasahi mulutnya dengan lidahnya.
Andi bisa melihat dengan jelas tatapan penuh hawa ***** dari mata Rendi. Selain menjadi preman sekolah, Rendi adalah playboy yang suka main perempuan. Sudah banyak perempuan yang menjadi korbannya. Dari rumor yang Andi dengar, pemuda di depannya ini juga sudah tidur dengan banyak perempuan. Jadi Andi bisa menebak apa yang pemuda itu tengah pikirkan dengan menampilkan ekspresi seperti itu.
“Jangan macam-macam Rendi. Apa kamu lupa bahwa aku adalah seorang yang ahli beladiri. Jadi, jika kau menyentuh sehelai saja rambut dari adikku, maka aku tidak segan-segan mematahkan tanganmu itu.” ucap Andi geram.
“Adikmu?” Tanya Rendi dengan tatapan tidak percaya. “Aku tidak mengetahui kamu memiliki adik secantik ini. Ayolah Andi jangan bersikap seperti itu. Izinkan aku berkenalan dengan adikmu.” Rendi mencoba mengulurkan tangannya agar bisa menyentuh Amira.
Namun, belum sempat pemuda itu menyentuh Amira, sebuah tangan menghentikan tangannya. Tangan tersebut memutar tangan kanannya yang tengah ia julurkan itu. Sekarang ini tangan kanan Rendi sudah berada di punggungnya. Gerakan tersebut begitu cepat sehingga Rendi tidak sempat menghindar.
“Arrggghh.”
“Ini hanya peringatan bagimu. Jika kamu masih memiliki pemikiran itu terhadap adikku, maka aku tidak hanya memelintir tanganmu ini. Aku juga akan mematahkan kaki ketigamu.” Bisik Andi pelan. Ia kemudian segera melepaskan tangan Rendi. Beberapa pasang mata sudah melihat kea rah mereka setelah mendengar teriakan Rendi.
Setelah ia terbebas dari Andi, Rendi menatap pemuda itu dengan penuh amarah. “Awas saja, aku akan membuat perhitungan denganmu di lain waktu. Dan jaga baik-baik adikmu itu. Kamu tidak mau bukan jika suatu hari dia tiba-tiba menghilang dari rumah.”
Rendi kemudian menjatuhkan pandangannya kembali ke arah Amira. “Gadis cantik, tunggulah aku. Aku akan mencari waktu untuk menemuimu ketika tidak ada kakakmu.” Kedua bersaudara itu memandang Rendi yang pergi meninggalkan mereka dengan memegangi tangan kanannya.
“Kakak siapa dia?”
“Jangan kamu pernah sekali pun mendekati anak itu. Dia itu penjahat kelamin. Aku dengar dia sudah tidur dengan banyak perempuan di sekolah. Jadi jangan sekali pun berpikir untuk bertemu dengannya.”
“Kenapa kamu perlu melarangku seperti itu Kak? Aku bisa bela diri juga. Dengan kemampuanku, cowok kayak dia tidak akan menjadi tandinganku. Aku bisa mengalahkan dia. Jadi jangan khawatir.” Jelas Amira.
“Tentu saja aku pecaya kamu bisa menjaga diri. Tetapi, dia bisa menggunakan cara licik. Seperti mencampur minumanmu dengan obat tidur. Jika hal itu terjadi, sekuat apapun dirimu, kamu tidak akan jika menghadapi dia.”
“Itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan menerima minuman dari orang asing.”
“Dia tidak akan memberikan minuman itu langsung kepadamu. Dia bisa menyuruh seseorang mencampur minumanmu dengan obat tidur. Bisa saja itu teman dekatmu. Ada rumor yang mengatakan dia pernah melakukan hal seperti itu kepada anak sekolah sebelah.”
“Bukankah jika seperti itu bisa laporkan ke polisi?”
“Jangan naïve seperti itu. Dia bisa saja merekam proses itu bukan? Dengan begitu, korban tidak akan berani melapor. Juga kita perlu bukti cukup kuat untuk melaporkan seseorang.”
“Jika ada temanmu yang mengajakmu keluar, jangan pernah sekalipun meninggalkan minumanmu sendiran bersama dengan temanmu. Jika seperti itu lebih baik kamu tidak meminumnya atau sekalian kamu pesan minuman baru. Dan juga kamu harus ingat, jangan pernah meminum minuman yang dipesankan oleh temanmu jika kamu tidak ada di sana.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
Hadi P
lemah,,, MC nya,,, lambat
2023-10-08
2
Benny
lanjut
2022-03-26
0
Youra;p
author nya jahat banget,saya harus mesen dessert box ni kan buat ngentikan iler,
tapi g apa apa, udah lama juga g beli,
btw novelnya lanjut ya Thor, keren soalnya
2022-02-26
0