[Ding]
[Misi telah dibuat]
[Misi : Host hasilkan uang sebesar Rp 10.000.000,- dalam waktu empat belas hari]
[Hadiah : Voucer Cashback 200%]
[Ding]
[Selesaikan misi dengan sepenuh hati Host. Kedepannya akan ada misi lainnya dengan hadiah yang sangat menarik]
“Sepuluh juta? Itu banyak sekali. Bagaimana aku bisa menghasilkan uang sebanyak itu?” Andi terkejut mendengar notifikasi yang ia terima dari sistem.
Andi tidak menyangka mendapatkan misi untuk menghasilkan uang sebanyak itu dari sistem. Menghasilkan uang sebanyak itu dalam waktu dua minggu terbilang cukup berat bagi Andi. Setidaknya bisnisnya itu harus menghasilkan uang sebanyak tujuh ratus ribu lebih setiap harinya.
Itu cukup banyak bagi Andi. Pendapatan kedua orangtuanya jika digabung dalam sebulan tidak sampai lima juta. Dan sekarang dia harus menghasilkan dua kali lipat dari penghasilan orangtuanya selama setengah bulan.
Andi tau ini adalah sebuah misi yang perlu ia selesaikan. Jika ini berhasil setidaknya ia bisa mendapatkan uang jutaan. Jika gagal, kemungkinan besar yang hilang adalah waktunya untuk berkeliling kesana kemari. Setidaknya uang yang akan ia habiskan adalah uang pemberian dari sistem. Jadi, tidak ada ruginya bagi Andi untuk berusaha menyelesaikan semua ini.
Andi bergegas menuju kamarnya. Ia mengeluarkan sebuah buku dan pulpen dari dalam laci. Andi kemudian membuat beberapa poin di sana. Setidaknya jika ia ingin berhasil menyelesaikan misi, Andi perlu membuat rencana yang matang.
Pertama, Andi perlu memikirkan sasaran konsumennya. Apakah ia akan menargetkan orang dengan keuangan menengah atau golongan atas. Setelah Andi pikir lebih jauh, lebih baik dirinya menjual produknya kepada orang kelas atas. Alasan utamanya yaitu, Andi bisa menjual produknya dengan harga yang lebih mahal. Setidaknya dia bisa dengan mudah mengambil untung duapuluh persen dari sana.
Kedua, Andi perlu memikirkan kemasan. Dirinya memang sudah memikirkan nama dari brand miliknya. Tetapi ia perlu memikirkan desain logo dan kemasan yang baik. Setidaknya dengan diberi kemasan premium, nilai jual produk Andi bisa naik. Hal ini juga akan memberikan kesan bahwa produk Andi adalah produk premium.
Ketiga, Andi perlu memikirkan tentang promosi. Dirinya tidak bisa mengandalkan keajaiban datang begitu saja. Ia perlu membuat promosi yang menarik agar orang tau produk miliknya. Kebetulan sekali ada car free day tiap Minggu di tempatnya tinggal. Ia bisa membawa beberapa buah dessert box dan menjualnya Minggu besok. Berharap di sana nanti Andi bisa menemukan pelanggan.
“Panel status.”
[Ding]
[Modul Menjadi Kaya]
[Level 3 (130000/875000)]
[Saldo Host : Rp 50.480,-]
[Tingkat Konversi : 1 kali nafas \= 4 rupiah]
[Misi : - Host hasilkan uang sebesar Rp 10.000.000,- dalam waktu empat belas hari. Hitung mundur : 13 hari 23 jam 54 menit]
[Penyimpanan : --- ]
[Kemampuan : - Lidah Manis : Selamanya]
[Selamat berjuang menghabiskan uang Host]
“Hemm… sekarang ini aku punya uang lima puluh ribu. Ini cukup untuk membuat desain dan mencetak kemasan. Sepertinya besok aku perlu datang ke percetakan. Aku harap mereka bisa menyelesaikan pesananku dengan cepat.”
Setelah selesai membuat garis besar dari rencanya, kini Andi membuat rincian dari bahan yang digunakan untuk membuat dessert box. Ia memperinci harga bahan tiap resep, mengganti dari yang kualitas biasa dengan kualitas yang lebih baik lagi.
Andi menemukan angka tigapuluh empat ribu duaratus lima puluh rupiah. Itu belum termasuk dengan toples dan kemasan luar. Andi tidak yakin uang miliknya cukup untuk menjadi modalnya. Ia yakin uangnya tidak akan cukup.
Setidaknya ia membutuhkan pinjaman uang sebesar satu juta rupiah. Andi tau orangtuanya memiliki uang sebanyak itu. Tetapi Andi juga tau bahwa itu adalah uang yang orangtuanya persiapkan untuk biaya masuk Arfan mendaftar ke SMP. Ia tidak mau meminjam uang dari orangtuanya.
Andi teringat akan teman baiknya sejak SMP. Dia terlahir di keluarga berada. Meski tidak bisa dibilang kaya, tetapi perekonomian keluarganya jauh lebih baik daripada keluarga Andi. Temannya ini juga satu SMA dengannya. Sayangnya mereka berbeda kelas. Walau begitu hubungan mereka masih terjalin dengan baik.
Dia adalah Brian. Satu-satunya teman dekat yang dimilki Andi. Selama ini mereka sering nongkrong bareng. Hanya saja persiapan ujian membuat keduanya tidak bisa nongkrong seperti sebelumnya. Andi memutuskan untuk meminjam uang kepada Brian.
Membuka daftar kontak di ponselnya, Andi membuka nomer telfon Brian. “Moga aja dia ada uang dan bisa dipinjam.” Doa Andi dalam hati. Andi kemudian menekan tombol panggil di layar ponselnya.
“Hallo!! Ngapain telfon?” tanya Brian dari sisi lain.
“Ya elah sewot amat. Macem cewe lagi PMS aja. Entar malem kamu dirumahkan?”
“Mau maen kesini? Ayo kesini-kesini. Temenin maen PS. Suntuk banget di rumah. Kebetulan Mama juga nyariin kamu. Dateng aja kesini.”
“Oke, entar aku kesana.” Ucap Andi sebelum menutup telfonnya.
*****
Andi berhenti di depan gerbang sebuah rumah berlantai tiga. Rumah itu terlihat cukup mewah dengan kombinasi warna emas dan perak yang mewarnai dinding rumah. Lantai marmer yang berwarna putih menambah kemewahan tersendiri bagi rumah tersebut.
Andi mengetuk pelan gerbang rumah di depannya. Tidak berapa lama kemudian, seseorang berpakaian putih dengan celana navy membukakan pintu gerbang.
“Sore Pak Min.” sapa Andi kepada satpam yang bekerja di rumah Brian.
“Eh Andi, udah datang kamu rupanya. Ayo masuk-masuk. Mas Brian udah nunggu di dalem. Katanya kalo kamu udah dateng kamu langsung aja ke kamarnya.” Ucap Pak Min yang kini membukakan gerbang agar motor Andi bisa lewat.
“Parkir aja di tempat biasanya.”
“Oke Pak Min. Makasih ya udah dibukain gerbang.”
Andi membawa masuk motornya menuju garasi mobil yang ada di belakang rumah Brian. Setelah itu ia masuk ke dalam rumah Brian melalui dapur. Andi sudah cukup hafal dengan tata letak ruang yang ada di rumah Brian. Ia sering datang ke sini bahkan beberapa kali menginap. Jadi Andi tidak mmebutuhkan seseorang untuk menunjukkan jalan kemana arah kamar Brian.
Di lantai dua, Andi berhenti di sebuah pintu yang terletak tidak jauh dari tangga. Ia mengetuk dua kali pintu tersebut. “Bri kamu di dalam?” tanya Andi.
“Masuk aja An, pintunya nggak dikunci.” Terdengar sebuah suara dari dalam kamar.
Andi melihat Brian yang sedang bermain PS di atas karpet. Pemuda itu sama sekali tidak menoleh ketika Andi memasuki kamarnya. Matanya masih fokus pada layar tv di depannya.
“Ayo sini-sini An. Kita maen bola. Gue capek lawan computer mulu. Ga ada serunya.” Dengan tetap fokus pada layar TV, Brian yang melambaikan tangannya ke arah Andi. Memintanya mendekat ke arahnya.
“Tumben-tumenan kamu diem di rumah aja. Nggak liburan?” Andi berjalan mendekat ke arah Brian dan memilih duduk di sebelah pemuda itu.
“Masih males kemana-mana. Otaku capek abis diperes buat mikir ngerjain soal ujian. Sekarang mau nyatai dulu. Mungkin minggu depan aku mau liburan. Mau ikut?”
“Nggak ah. Nggak ada duit.Bro, kan kamu tau sendiri gimana keadaan keluargaku.”
Brian mengehentikan aktifitasnya, pemuda itu kemudian memandang lekat ke arah Andi. “Kalau aku nawarin ikut, itu tandanya kamu nggak usah mikirin soal biaya. Semua bakal aku tanggung. Kamu Cuma perlu bawa baju dan badan aja.”
“Ah nggak enak ah. Aku udah sering kamu ajak liburan. Nggak enak ikut terus. Aku kesini sebenarnya mau pinjam duit. Masak aku mau pinjem duit masih aja mau dibayarin liburan.” Jelas Andi.
Memang Brian dan keluarganya sering mengajak Andi liburan. Terkadang kedua adik Andi juga ikut dalam rombongan mereka. Jadi tidak heran jika sekarang Brian mengajaknya liburan.
Dia bisa berteman baik dengan Brian karena sebuah alasan. Brian adalah seorang siswa pindahan. Keluarganya selama ini tinggal di luar negeri. Namun ketika Brian memasuki SMP, mereka kembali ke Indonesia. Saat itu Brian yang belum begitu lancar berbahasa Indonesia sering dibuli. Bahkan beberapa orang memalak uang saku Brian.
Brian yang saat itu dipalak, melawan seniornya. Lima lawan satu. Sudah jelas Brian kalah. Pada saat itulah Andi datang menolong Brian. Andi membantu Brian dari keroyokan para seniornya. Lalu Andi memantu membawa Brian ke klinik. Akibat menolong Brian, kini giliran Andi yang sering mendapatkan pukulan dari seniornya tersebut.
Karena kejadian itulah hubungan antara Andi dan Brian semakin dekat. Andi juga menjadi teman pertama Brian sejak dirinya menjadi murid baru. Orangtua Brian yang juga mendengar kejadian yang menimpa anak mereka satu-satunya itu. Mereka sangat berterima kasih atas bantuan yang Andi berikan kepada anak mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
penggemar_Uangkecil?!
.
2024-02-14
1
Evelyn maya
54r
2022-01-02
2
UPIN IPIN
Andi pengen pinjam 💰 ke Brian... semoga aja Andi dpt pinjaman dari Brian temannya 🙏🙏🙏🙏🙏
2021-11-27
1