Setelah bertukar nomor telfon dengan Dani, Brian membawa Andi pergi dari sana. Dari ucapan Dani barusan, belum banyak yang bisa mereka diskusikan kali ini. Jadi, Brian membawa pergi Andi dari sana setelah sahabatnya itu mendiskusikan tentang rincian laporan keuangan dari bisnis mereka. Kali ini Brian membawa Andi menuju Bank untuk membuat rekening untuk bisnis mereka.
“Besok jadwal kelasmu mengembalikan buku ke perpustakaan ya?” tanya Brian.
“Ya. Bukannya kelasmu juga mendapatkan jadwal besok untuk mengembalikan buku?”
Brian menganguk pelan. “Besok aku jemput ya. Sekalian setelah ngembaliin buku kamu ke rumahku.”
Andi terdiam sebentar memikirkan hal tersebut. Ia sekarang tidak bisa main terlalu lama. Bisa saja ada pesanan dari seseorang yang mengharuskan Andi segera membuatkan pesanan tersebut. Ah memang lebih enak jika punya karyawan. Andi bisa melimpahkan semuanya kepada mereka dan hanya mengecek laporan saja. Dengan begitu Andi bisa menikmati hari-harinya.
“Aku nggak terlalu yakin Bro. Kalo nggak ada pesenan yang dikirim besok pagi, aku akan bareng, tapi kalo ada, kayaknya aku nggak bisa dateng ke rumahmu. Nanti aku kabarin bisa enggaknya main ke rumahmu.”
Brian mengela nafas panjang mendengar hal itu. “Hah. Itulah kenapa aku nggak mau ngurusin bisnis. Ribet. Kita nggak bisa nikmatin waktu kita. Hampir nggak punya waktu luang buat yang lain. Mamaku aja udah sangat seneng ketika denger aku mau mulai berbisnis denganmu. Padahal aku cuma nanem modal doang dia sudah sangat seneng.”
“Jadi Bro, aku ingatin. Lebih baik kamu berada di balik layar kalo mau ngejalanin bisnis. Biar kamu punya waktu buat yang lain. Kamu kan tinggal bayarin orang yang sudah ahli ngurusin semua itu. Sementara mereka sibuk nyetak uang buat kamu, kamu tinggal santai baca laporan sebulan sekali dan uang tetap ngalir.”
Brian memberi sedikit nasihat kepada sahabatnya itu. Menurut Brian, ketika masih muda seperti ini, lebih baik nikmati semua waktu yang kita punya. Jika memang ingin memiliki bisnis, serahkan kepada yang lebih ahli. Masa muda tidak akan datangs untuk kedua kalinya. Jika memang memiliki kesempatan untuk menikatinya, kenapa tidak.
“Tentu saja Bro. Aku juga sudah berencana mendelegasikan semua tugas-tugas ini ke karyawan. Hanya saja saat ini kita belum punya karyawan jadi aku masih perlu melakukan semuanya sendirian. Nanti, ketika aku sudah punya karyawan, aku juga akan memilih hidup yang lebih santai.”
*****
Andi mengayuh sepedanya menuju sekolah. Tidak ada pesanan yang perlu diantarkan pagi ini, hanya ada beberapa pesanan yang minta diantar pada sore hari. Hal itu membuatnya memilih menggunakan sepedanya untuk ke sekolah. Ia hanya perlu mengembalikan buku-buku yang ia pinjam ke perpustakaan dan setelah itu pulang.
Jika saja Brian tidak tiba-tiba diajak ayahnya keluar kota, maka saat ini pasti dirinya akan menaiki mobil Brian, untuk ke sekolah dan setelahnya pergi ke rumah sahabatnya itu. Namun karena Brian keluar kota, maka rencana mereka gagal terlaksana.
Andi merasa sudah sangat lama tidak ke sekolah. Padahal itu hanya seminggu lebih setelah dirinya ujian. Mungkin beberapa hari belakangan ini dirinya terlalu fokus dengan bisnisnya. Setelah memarkirkan sepedanya di dekat pos satpam, Andi melangkah menuju ke perpustakaan.
Buku-buku yang perlu ia kembalikan cukup banyak. Membawa buku sebanyak itu dalam satu tas mebuat beban yang perlu pundak Andi terima cukup besar. Pemuda itu ingin segera mengembalikan semua buku ini dan menghilangkan semua beban di pundaknya.
Setelah lima menit berjalan, Andi tiba di depan perpustakaan. Di sana Andi melihat beberapa teman sekelasnya tengah berincang-bincang sembari menunggu giliran mengembalikan buku. Di antara teman-temannya itu, Andi melihat komplotan Jony di sana.
“Wah-wah lihat ini si pengantar makanan udah tiba. Gimana dapet berapa orderan kemari? Tawaranku yang kemarin itu masih berlaku loh. Kalo kamu capek dengan kerja luar ruangan panas-panasan kayak gitu, mending kerja di kantor Papaku. Kau bisa menjadi pembersihs wc di sana.” Sebuah seringai terlihat menghiasi bibir Jony ketika pemuda itu selesai mengatakan hal itu.
Mendengar hal tersebut, semua anak laki-laki yang ada di sana tertawa dengan keras. “Andi terima aja tawaran yang diberikan Jony. Kamu nggak perlu lagi panas-pasanan di jalan kalo kerja di tempat Jony. Cuma kamu mungkin sering mencium bau busuk.” Ucap salah seorang diantara komplotan Jony.
“Dia tidak akan menciumnya. Bukankah dia sudah berbau busuk selama ini? Jadi dia tidak akan pernah mencium bau busuk itu.” Yang lainnya ikut menimpali. Setelah itu mereka tertawa dengan lantang.
Andi tidak terlalu mempedulikan ejekan mereka. Biarkan saja mereka mengejek sepuasnya seperti itu. Toh ejekkan mereka tidak akan mengurangi sesuatu dalam dirinya. Jika Andi memanggapi, mereka akan semakin mengganggunya. Jadi Andi membiarkan mereka. Lama-lama mereka juga akan lelah sendiri.
Selam ini anak-anak ini hanya bisa mengejeknya tanpa ada tindakan yang pasti. Mungkin yang mereka lakukan hanya mengempesi ban sepedanya. Sayangnya Andi tidak memiliki bukti untuk menangkap pelakunya. Jadi Andi juga mmebiarkan hal itu. Jika mereka keterlaluan, sudah pasti Andi akan memlasnya. Sayangnya mereka masih melakukan sesuatu yang bisa Andi terima.
Tawa mereka baru berhenti ketika petugas perpustakaan datang menghampiri mereka. Meski sudah menyelesaikan ujian, tetapi ijasah mereka belum keluar. Setidaknya mereka masih harus bersikap baik selama di lingkungan sekolah bukan? Jika tidak, nilai sikap mereka bisa berkurang banyak di ijasah.
“Ayo selesaikan pengembalian buku kalian. Setelah itu kita pergi dari sini.” Perintah Jony kepada komplotannya.
*****
“Bos Jony, kita jadi kan memberi pelajaran si pengantar makanan itu?” Tanya seseorang kepada Jony setelah mereka berjalan cukup jauh daris perpustakaan.
“Tentu saja. Aku ingin memberi pelajaran kepada anak itu. Aku akan memberikan uang dua ratus ribu untuk setiap orang yang mau membantuku memberi pelajaran kepada cecunguk itu. Kalian berdua.” Jony menunjuk ke arah dua orang anggota komplotannya.
“Kalian hancurkan sepeda cecunguk itu hingga tidak bisa lagi dinaiki. Yang lainnya ikut aku. Kita perlu menyambutnya di gang belakang sekolah. Biasanya dia kalo pulang lewat situ. Jadi kita bisa memberikan sambutan kepada cecunguk itu.”
Jony kemudian memimpin anggota komplotannya yang lain untuk menyergap Andi di gang belakang sekolah. Setidaknya ada sepuluh anak termasuk dengan dua orang yang sudah di beri tugas oleh Jony, di dalam komplotan kecilnya ini.
Mereka ini adalah anak-anak yang sering Jony bayar untuk memberikan pelajaran kepada orang-orang yang tidak disukainya. Jadi hal yang seperti ini sudah sangat biasa bagi Jony.
“Bos apa kita perlu membawa alat untuk menghajar anak itu?”
Jony menghentikan langkahnya untuk kemudiaan membalikkan badannya dan memandang ke arah anak buahnya yang memberikan saran sebelumnya.
“Bodoh. Kita ini hanya ingin memberi pelajaran kepadanya, bukan membunuhnya. Jika kita menghajarnya menggunakan alat, bisa jadi anak itu mati. Aku bisa saja lolos dari polisi dengan mengandalkan koneksi yang dimiliki Papaku. Tetapi kalian? Jika kalian memang sudah siap mendekam di penjara, maka aku tidak melarangnya. Hanya aja jangan pernah membawa namaku jika kalian sudah ditanggkap oleh polisi. Mengerti?”
Semua anak buah Jony menjawab hampir bersamaan. “Mengerti Bos Jony.”
Jony mengangguk-angguk pelan. “Bagus. Kita ini berniat memberinya pelajaran bukan membunuhnya. Jadi, ketika cecunguk itu sudah babak belur, kalian harus mengehntikannya. Aku tidak mau polisis terlibat dalam hal ini. Apa kalian paham?”
“Paham Bos Jony.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
Nino Ndut
asli menjijikkan bgt bocah model gini cm berani doang n modal ketek ortu aj..payah
2023-02-06
1
Eros Hariyadi
Novel sistem yang mantaabb, ga ada faktor bullyan muluuu seperti novel sebelah yang menggambarkan MC-nya lemah dan koplaakk yang ga PD atopun punya prinsip... mantaabb Thor 💪👍👍👍
2022-09-08
1
Ghiets'Enay
syukur antagonis nya ga sekejam antagonis novel lainnya, bossnya masih berfikir jernih,ga gegabah bgt😯😯😯😌😌😌🤭🤭🤭
2022-02-24
0