Revisi
“Sialan. Apa kau melihatnya Rendi? Anak miskin itu sekarang sudah berani berbicara balik kepadaku. Atas dasar apa dia yang rendahan seperti itu kepadaku.”
Sekarang ini Jony tidak bisa melampiaskan kemarahannya. Mobilnya masih berada di lingkungan perkotaan. Dan ini juga masih siang hari, sehingga dirinya tidak bisa melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Yang bisa Jony lakukan hanyalah memacu mobilnya dengan kecepatan sedang dan terus menerus mengumpat dan mengolok-olok Andi.
Dirinya masih marah mendengar perkataan Andi tadi. Jika saja anak itu tidak berada di depan rumah Hilda, maka sudah pasti Jony akan turun dari mobil dan memberi pelajaran kepadanya. Beruntung anak miskin itu berada di depan rumah Hilda sehingga dia tidak akan merasakan tinju dari Jony.
“Jika saja tadi Tante Hilda tidak datang, sudah pasti aku akan memukul anak itu. Aku masih ingin menjaga citraku di depan keluarga Dinda. Aku belum bisa mendekati anak itu. Hampir saja aku tadi merusak semuanya.”
“Aku masih membutuhkan keluarga Dinda. Mereka bisa membantu ayahku untuk bisa menjadi walikota. Jadi bagaimanapun juga aku harus mendapatkan Dinda. Tetapi hadirnya cecunguk itu selalu seja merusak semuanya.”
“Kamu perlu bersabar sedikit Jony. Kita pasti punya kesempatan untuk membalaskan dendam kepada si otaku itu. Jangan marah seperti ini. Bukankah selama ini kamu sering meminjam tangan orang lain untuk memberi pelajaran kepada anak itu? Lalu kenapa sekarang kamu malah ingin mengotori tanganmu. Lakukan saja seperti biasa. Jangan membuat anak itu menjadi bangga karena bisa membuatmu turun tangan langsung.”
Jony menarik nafas panjang dan membuangnya. Sekarang ia menjadi lebih tenang. Apa yang dikatakan Rendi ada benarnya. Ia tidak perlu mengotori tangannya untuk orang seperti Andi. Ia hanya perlu melakukannya seperti biasanya.
“Kau benar Ren. Kita bisa melakukannya seperti biasanya. Aku akan memberinya pelajaran dengan meminjam tangan orang lain.”
“Ya seperti itu. Sama seperti biasanya. Sayang sekali sabtu kemarin anak itu tidak datang. Padahal kau sudah menyiapkan hadiah cukup besar padanya.”
“Kau benar. Aku menyiapkan pesta itu untuk menjebaknya. Sayang sekali dia tidak datang.” Jony menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat ‘kejutan’ yang sudah ia persiapkan untuk Andi. Ia akan mempermalukan Andi di sana tetapi sayangnya anak itu tidak datang.
Jony sudah menyuruh salah satu anteknya untuk ‘tidak sengaja’ menuangkan minumannya ke baju yang Andi gunakan. Sebagai tuan rumah yang baik, Jony akan memberikan baju ganti kepada Andi. Tentu saja itu bukan baju sembarangan, melainkan baju yang sama seperti yang dikenakan pelayan pada acara tersebut.
“Kalau begitu kau hubungi anak-anak. Hari Jumat nanti adalah jadwal kelasku mengembalikan buku ke perpustakaan. Aku yakin anak itu akan datang ke sekolah. Buat anak itu tau bahwa dia sangat salah ketika berbicara seperti itu padaku. Hancurkan sepeda bututnya sehingga tidak bisa lagi digunakan. Dan ketika dia sudah berada di luar area sekolah, minta mereka menghajar anak itu hingga ibunya tidak bisa lagi mengenali wajahnya.”
*****
Setelah mengantarkan pesanan Hilda, Andi memutuskan untuk membeli beberapa bahan kue. Sekarang ini ia membeli bahan dalam jumlah besar, agar dirinya tidak bolak balik pergi ke toko bahan kue untuk mebeli bahan.
Ia juga berniat meminta nomor ponsel dari toko yang biasa ia kujungi. Dengan begitu jika sewaktu-waktu bahan habis, Andi bisa meminta pihak toko untuk mengirimkan bahan sesuai pesanannya. Jika melakukan ini maka waktu yang Andi gunakan untu berbelanja bisa ia gunakan untuk mengurusi yang lainnya.
[Ding]
[Modul Menjadi Kaya]
[Level 5 (2455000/100000000)]
[Saldo Host : Rp 27.690.440,-]
[Tingkat Konversi : 1 kali nafas \= 11 rupiah]
[Misi : - Host hasilkan uang sebesar Rp 10.000.000,- dalam waktu empat belas hari. Hitung mundur : 10 hari 18 jam 55 menit (4610000/10000000)]
[Penyimpanan : --- ]
[Kemampuan : - Lidah Manis : Selamanya]
[Selamat berjuang menghabiskan uang Host]
Sekarang ia sudah mencapai level lima. Nilai konversinya meningkat menjadi sebelas rupiah sekali nafas. Itu berarti sepuluh ribu lima ratus enam puluh rupiah selama satu jam. Seharinya Andi bisa mendapatkan dua ratus lima puluh tiga ribu empat ratus empat puluh rupiah.
Angka yang cukup fantastis yang bisa Andi dapatkan hanya dengan diam bernafas tanpa melakukan apapun. Jika Andi menceritakan hal ini kepada orang lain, bahwa dia bisa menghasilkan uang sebanyak itu hanya dengan bernafas, maka orang-orang tidak akan percaya. Itu sangat mustahil. Yang ada dirinya akan dianggap sebagai orang gila.
Andi mencoba menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya. Meski sudah sejauh ini dirinya masih merasa seperti mimpi ketika mengetahui kemungkinan uang yang ia dapatkan dari sistem. Setelah berhasil menenangkan diri, Andi memacu motornya menuju rumah Brian.
Ia ingin membicarakan tentang keinginannya membuka toko fisik produk mereka kepada Brian. Brian yang merupakan pemegang emat puluh persen saham usaha kecilnya ini berhak ikut serta membuat keputusan.
Seperti biasa, Pak Min lah yang membukakan pintu gerbang rumah Brian. Setelah sedikit berbasa basi dengan Pak Min, Andi membawa motornya menuju tempat biasa ia memarkirkan sepeda. Ketika melewati dapur rumah Brian, Andi bertemu dengan Bi Mar, asisten rumah tangga di rumah Brian.
“Eh ada Andi. Nyari Den Brian ya? Tadi dia di lantai dua, lagi nonton film. Kamu ke atas aja langsung. Mau minum apa, nanti biar Bi Mar anterin langsung ke atas.”
“Eh nggak usah Bi Mar. Kayak aku ini orang asing aja. Entar kalo aku mau minum aku bisa buat sendiri. Jadi nanti Bi Mar nggak perlu naik turun tangga nganterin minuman. Ya udah Bi, aku ke atas dulu.”
Memang karna seringnya datang ke rumah Brian, Andi sering membuat minumannya sendiri. Terkadang Andi juga membuat mie instan di dapur rumah Brian ini. Jadi Andi merasa tidak perlu diperlakukan khusus seperti itu oleh Bi Mar.
Tanpa menunggu respon dari Bi Mar, Andi bergegas menuju lantai dua rumah Brian. Jika Bi Mar mengatakan bahwa Brian tengah menonton film, sudah pasti saat ini Brian berada di Home Theater yang ada di rumahnya itu.
Home Theater tersebut terletak di ruangan paling ujung yang ada di lantai dua. Ketika Andi berada di depan pintu dari home theater tersebut, Andi langsung memasukinya tanpa perlu mengetuk. Percuma ia mengetuknya, sudah pasti suara ketukan pintu akan kalah dengan suara film yang sedang Brian putar.
Ketika Andi memasuki home theater tersebut, wajah tanpa ekspresi Kuroko terlihat memenuhi layar. Sepertinya temannya ini kembali menonton anime secara maraton. Pemasok anime-anime yang selama ini Andi tonton adalah Brian. Jadi tidak heran jika pemuda itu sekarang menonton anime di rumahnya.
Andi langsung mengambil tempat duduk di sofa kosong di sebelah Brian. Sofa yang ada di home theater di rumah Brian ini sangat nyaman. Sofa ini bisa diatur sedemikian rupa sehingga membuatnya nampak seperti ranjang. Hal itu membuat Brian menjadikan sofa tersebut sebagai tempat tidurnya ketika malas kembali ke kamar setelah maraton menonton anime.
Ketika Andi duduk di sebelah Brian, pemuda itu terlonjak kaget. Ia memandangi Andi dengan mengelus-elus dadanya. “Ah nggagetin aja kamu ini. Tiba-tiba aja udah ada di sebelahku. Ngapain ke sini?” tanya Brian.
“Mau ngobongin bisnis. Tapi selesaiin satu episode ini aja dulu. Baru kita bicara.”
“Oke.”
Lima belas menit kemudian, episode yang mereka tonton selesai. Brian bangkit dari tempat duduknya. Ia kemudian mematikan laptop dan proyektor yang ia gunakan untuk menonton dan menghidupkan lampu di ruang home theater tersebut.
“Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?” Tanya Brian setelah ruangan home theater tersebut cukup terang.
“Aku pengen bisnis ini jalan terus. Jadi, kita perlu mikirin kedepannya ini mau bagaimana. Menurutku kita perlu buka toko fisik buat bisnis kita. Biar gampang aja kalo ada yang pengen beli sewaktu-waktu. Kan kedepannya Aku pengen bikin makanan pencuci mulut lainnya. Nggak hanya dessert box, mungkin brownies atau cake lainnya.” Jelas Andi.
Brian meletakkan jari telunjuk dan jempolnya di dagunya. Ini adalah kebiasaan yang Brian lakukan ketika dirinya tengah berpikir. “Buka toko fisik itu nggak mudah loh. Kita perlu mikrin lokasi, perlu mikirin karyawan. Belum lagi produksi dari produk. Kita harus pikirin semuanya Bro.”
“Aku tau, mangkanya aku ke sini. Lagian kamu juga punya empat puluh persen dari saham usaha kecil ini. Dua hari ini aja aku lumayan capek bikin dessert box. Pesanan banyak dan aku ngerjain semuanya dengan dibantu dengan ibu dan Amira. Aku pengen buka toko fisik itu juga karena aku nggak mau terlalu capek. Kalo kita buka toko fisik kita bisa memberi peluang buat orang lain kerja sama kita. Dengan begitu, aku nggak akan sibuk ngurusin proses produksi, aku cukup fokus bikin resep baru aja.”
“Memangnya kita bisa menggaji karyawan? Maksudku, aku nggak mau loh ya tekor bayarin gaji karyawan padahal bisnis kita belom mampu buat mempekerjakan orang lain. Ini kita lagi ngomongin bisnis bukan kegiatan amal. Kalo kegiatan amal mah aku nggak masalah berbagi sama orang lain. Tapi ini kan bisnis. Jadi kita perlu perhitungkan semuanya.”
Andi setuju dengan ucapan Brian. Jika pendapatan bisnis tersebut belum mampu membayar gaji karyawan, lebih baik jangan memaksakan. Tetapi bisnisnya berbeda. Seharian kemarin saja dirinya mendapatkan keuntungan satu juta. Andi sangat paham jika bisnisnya ini tidak akan setiap hari mendapatkan keuntungan sebesar itu.
Tetapi itu akan berbeda karena Andi mempunyai sistem. Ia yakin pembeli dessert box buatannya akan kembali membeli lagi. Meski tidak akan setiap hari membeli, setidaknya mereka bisa menjadi pelanggan yang setiap minggu membeli dessert box miliknya.
Dan lagi, jika Andi membuat berbagai macam makanan pencuci mulut, sudah pasti ia bisa meraup keuntungan yang lebih besar daripada ini. Setidaknya ia mampu membiayai oprasional toko dengan tiga orang karyawan.
“Tenang aja. Keuntungan bersih kita selama jualan hari Minggu kemarin itu udah satu juta lebih dikit. Jadi tenang aja.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
🇳🇴🇻🇪🇱 🇮🇩
100 JT ? yang bener aje
2024-12-26
0
xiao ciee
novel author klo nulis nominal GK pernah benar ,dan pembaca klo lgi beri saran author GK pernah balas koment atau kasih like koment para pembaca jadi saya juga kayak authornya lah GK usah kasih like hadiah atau vote nya
2024-01-06
4
ran
ngomongin kali yah 😄😄😄😄😄😄😄
2023-04-21
0