Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam tetapi Andi belum juga menutup matanya. Kejadian seharian ini membuat pemuda itu sulit untuk tidur. Ia melihat nominal saldo yang ada di dompet digitalnya.
Rp 21.648,-
Itu adalah saldo yang ia dapatkan sejak mendapatkan sistem. Jika dilihat, ia sama sekali belum memakai uang yang ia hasilkan dari konversi nafasnya. Semua pengeluaran yang Andi lakukan selama seharian penuh ini berasal dari tabungan miliknya.
Berbicara soal pengeluaran, bukankah dirinya mendapatkan hadiah dari sistem karena memberi makan anak kecil tadi? Sepertinya Andi harus melihat hadiah seperti apa yang diberikan sistem kepadanya. Tetapi bagaimana Andi mengambilnya?
“Sistem tampilkan status.” Ucap Andi pelan. Seharian ini dirinya memang belum mencoba untuk melihat panel statusnya. Ia hanya mengandalkan suara notifikasi dari sistem ketika dirinya melakukan pembayaran. Jadi Andi tidak mengetahui apakah cara ini bisa ia pakai.
[Ding]
[Modul Menjadi Kaya]
[Level 2 (100000/250000)]
[Saldo Host : Rp Rp 21.648,-]
[Tingkat Konversi : 1 kali nafas \= 2 rupiah]
[Misi : --- ]
[Penyimpanan : - Kemampuan Lidah Manis]
[Selamat berjuang menghabiskan uang Host]
Jadi dirinya bisa melihat panel status dengan cara ini? Andi tidak hanya mendengar suara dari sistem. Sekarang ini di depan Andi terdapat layar transparan, layaknya sebuah hologram. Dengan panel status ini, Andi bisa dengan lebih mudah melihat status miliknya. Ia tidak perlu lagi mendengar dengan seksama apa yang tengah sitem bicarakan.
“Kenapa tidak dari tadi saja panel status ini muncul.” Gerutu Andi kepada modul sistem yang diterimanya yang tidak efisien ini.
“Baiklah coba kita lihat apa kemampuan lidah manis itu. Mungkin di sini akan ada penjelasan mengenai kemampuan tersebut.”
Andi menekan panel yang bertuliskan kemampuan lidah manis tersebut. Dan benar saja seperti dugaan Andi, di sana ada penjelasan mengenai kemampuan lidah manis.
[Kemampuan Lidah Manis]
[Pemilik kemampuan ini akan bisa mengetahui takaran bahan dari makanan pencuci mulut. Selain itu pemilik lidah manis dapat menentukan takaran yang pas untuk membuat makanan pencuci mulut yang enak]
[Masa berlaku : ]
[Apakah Host akan menggunakannya sekarang?]
[Tidak] [Ya]
Tentu saja Andi memilih ya. Ini kemampuan yang hebat bukan? Apalagi ini tidak memiliki batas waktu, itu selamanya bersifat permanen. Dengan kemampuan ini Andi bisa mengetahui takaran bahan dari makanan pencuci mulut. Bukankah dengan kemampuan ini Andi bisa membuat ulang suatu makanan pencuci mulut tanpa tahu resepnya.
Tidak hanya itu, kemampuan ini memberikan Andi peluang untuk menyempurnakan resep-resep makanan pencuci mulut yang sudah ada. Ia bisa juga menciptakan resep-resep baru yang sudah jelas kelezatannya.
Kemampuan ini memberikan Andi sebuah ide tentang usaha apa yang akan Andi buat untuk menghasilkan uang tambahan. Bisnis dessert box. Bukankah makanan itu mulai menjadi tren saat ini. Berjualan makanan pencuci mulut dengan banyak varian yang ditaruh di dalam thinwall. Biasanya makanan seperti itu akan dijual secara online.
Ini adalah ide yang brilliant. Dengan kemampuan ini sudah pasti Andi akan memiliki orderan yang melimpah. Langkah terberat bagi Andi jika melakukan bisnis ini adalah menemukan pelanggan pertama. Seseorang yang sudah mencoba makanan pencuci mulut yang dibuat dari resep Andi sudah pasti akan kembali membelinya.
Memikirkan hal itu membuat Andi begitu bersemangat. Tetapi tidak banyak yang bisa Andi lakukan untuk saat ini. Ini sudah tengah malam. Lebih baik sekarang dirinya tidur dan memikirkan semua ini besok ketika dirinya sudah beristirahat.
******
Pagi harinya Andi tidak sempat untuk memikirkan ide bisnis yang semalam ia pikirkan. Ia disibukkan membantu ibunya menyelesaikan pesanan katering makanan yang akan diambil nanti sore. Pagi-pagi sekali ketika ibunya berangkat ke pasar, Andi sudah mulai memasak di rumah.
Dibantu dengan Amira ia memasak makanan untuk sarapan mereka. Memang selama ini dalam membuat pesanan kateringnya, Anisa sering dibantu oleh Andi dan Amira. Jika kebetulan ada pesanan di saat mereka bersekolah, Anisa akan meminta tetangga mereka membantunya. Tentu saja dengan tetap dibayar.
Kebetulan sekali saat ini hari Sabtu, dimana sekolah mereka saat ini libur. Jadi mereka tidak memiliki alasan untuk tidak membantu ibunya. Sarapan mereka hari ini hanyalah sayur bening dan bakwan jagung. Tidak lupa juga sambal yang akan menjadi pelengkap makan.
Sementara Amira sedang sibuk menggoreng lauk, Andi sekarang mempersiapkan bekal yang akan dibawa ayahnya kerja. Saat ini ayahnya sedang memanaskan mesin motornya sebelum ia gunakan untuk bekerja.
Setelah semunya siap, Andi memasukkan bekal milik ayahnya kedalam tas kecil yang biasa ayahnya bawa bekerja. Ia berjalan ke depan rumah menyerahkan tas tersebut kepada Aripto yang saat ini terlihat mengelap beberapa bagian dari motornya.
“Ini ayah bekalnya.” Ucap Andi sembari menyerahkan tas berisi bekal Ayahnya.
“Oke makasih Kak. Ayah langsung berangkat kalau begitu. Ini sudah agak kesiangan. Bilangin ke Amira kalau ayah berangkat.”
“Hati-hati di jalan yah.”
Andi memandang kepergian ayahnya. Ia terus memandangi punggung ayahnya hingga ayahnya tidak terlihat lagi setelah melewati belokan.
“Tenang saja ayah. Aku akan memperjuangkan keluarga kita. Dengan sistem ini, aku akan membuat keluarga kita jauh lebih baik lagi. Ayah tidak perlu bersusah payah untuk bekerja seperti sekarang ini.” ucap Andi dalam hati.
“Loh ayah udah berangkat?” tanya Amira yang keluar dari dalam rumah.
“Iya Ayah udah berangkat. Kamu udah selesai goreng lauknya?”
Amira mengangguk pelan. “Udah semuanya. Sarapan yuk Kak.”
*****
Hari itu berlalu begitu saja. Seharian yang Andi lakukan hanyalah membantu ibunya memasak. Setelah pesanan itu selesai, ibunya kembali mendapatkan pesanan yang membuat Andi mengundur rencana belanjanya.
Selama tiga hari berturut-turut Anisa mendapatkan pesanan yang cukup banyak. Andi yang sudah menyelesaikan ujiannya memilih tidak datang ke sekolah. Ia membantu ibunya yang kerepotan dengan banyaknya pesanan katering.
Dan sekarang Andi bisa beristirahat dengan tenang setelah pesanan untuk hari ini sudah selesai. Meski sedikit merasa lelah, tetapi Andi senang bisa membantu ibunya. Jika nanti Andi sudah berkuliah, pasti dirinya tidak akan bisa membantu ibunya seperti sekarang ini.
Andi yang kini tengah merebahkan diri diranjangnya mendengar ketukan pintu. Sudah jelas yang mengetuk pintu adalah Amira. Saat ini Arfan sedang belajar di meja yang ada di kamar. Sementara ibunya sedang pergi keluar dan ayahnya belum pulang. Sudah jelas itu adalah Amira.
“Masuk aja Dek.” Ucap Andi mempersilahkan adiknya masuk. Andi kemudian bangun dari rebahannya dan memilih duduk di ranjang miliknya.
Wajah memelas sudah langsung Amira pasang ketika gadis itu memasuki kamar Andi. Ia mendekat ke arah dan memilih duduk di sebelah Andi.
“Ada apa?” tanya Andi. Ia sudah tau bahwa Amira pasti tengah menginginkan sesuatu ketika memasang wajah memelas seperti itu.
“Kakak bilang mau membelikanku sesuatu. Apa Kak Andi lupa?”
“Aduh, hampir aja aku kelupaan. Untung kamu ingetin. Kirim link barangnya ke WA Kakak. Abis ini Kakak beliin.”
“Kakak mau beli apaan?” Arfan yang mendengar pembicaraan kedua kakaknya itu bangkit dari tempat duduknya. Ia mendekat ke arah dua kakaknya dan memilih duduk diantara Andi dan Amira.
“Kalau Kak Andi mau beliin Kak Amira barang, Kak Andi harus beliin aku juga.” Arfan memandang Andi tajam dengan tangannya menunjuk-nunjuk ke arah Andi.
“Hahahaha.” Andi tertawa pelan. “Tentu saja kamu dapat bagian Arfan. Kamu bisa memilih antara sepatu atau tas sekolah. Kakak akan belikan untukmu.”
“Tidak-tidak. Aku tidak mau tas atau sepatu sekolah. Tas dan sepatuku masih bisa dipakai hingga SMP nanti. Kakak belikan aku cat air saja Kak.” Arfan memang memiliki talenta menggambar. Adik Andi yang satu ini sering mengumpulkan uang tabungannya untuk membeli peralatan gambar. Jadi jika Arfan diberi kesempatan memilih barang apa yang ia inginkan, maka spilihan pertamanya adalah alat gambar.
“Baik akan kakak belikan yang pas dengan uang Kakak ya. Kakak sendiri belum tau barang apa yang Amira inginkan.”
Andi membuka ponselnya, melihat kiriman link dari Amira kepadanya. Yang diinginkan Amira adalah sebuah kaos lengan panjang boyband Korea idola Amira. Barang keinginan Amira totalnya adalah delapanpuluh lima ribu.
Andi memandang ke arah Arfan. “Kau hanya bisa membeli sesuatu dengan total harga enampuluh lima ribu sudah termasuk ongos kirim. Jadi kau hanya akan aku belikan ini.” Andi menujukkan layar ponselnya kepada Arfan. Di sana terlihat gambar sebuah cat air dengan harga tujuhpuluh tiga ribu belum termasuk ongkos kirim. Dengan segala diskon dan gratis ongkos kirim, cat air itu menjadi harga enampuluh lima ribu.
“Ini tidak adil. Kak Amira dibelikan barang dengan harga seratus sembilan puluh ribu, kenapa aku cuma enampuluh ribu.” Protes Arfan.
“Lain kali jika aku mempunyai uang lagi akan kakak belikan cat air yang lebih bagus lagi.”
Andi kemudian melakukan pembayaran semua barang yang sudah ia pesan. Ia tidak mempedulikan rengekan dari Arfan adiknya. Jika nanti Andi sudah memiliki uang yang cukup banyak, sudah pasti Andi akan memberikan hadiah yang lebih baik lagi untuk adiknya.
[Ding]
[Host telah berhasil menghabiskan uang Rp 150.000,-]
[Ding]
[Modul Menjadi Kaya]
[Level 3 (0/875000)]
[Saldo Host : Rp 2.208,-]
[Tingkat Konversi : 1 kali nafas \= 4 rupiah]
[Misi : --- ]
[Penyimpanan : --- ]
[Kemampuan : - Lidah Manis : ]
[Selamat berjuang menghabiskan uang Host]
Akhirnya Andi berhasil menaikkan levelnya ke level tiga. Dengan tingkat konversi satu tarikan nafas empat rupiah, Andi sekarang bisa mendapatan uang sembilanpuluh dua ribu seratus enampuluh rupiah.
Dengan semua ini, sekarang Andi sudah seratus persen yakin bahwa sistem itu ada. Uang yang ia hasilkan dari konversi nafasnya bisa Andi gunakan untuk membeli sesuatu seperti sekarangs ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
pembaca gabut
wkwkwk pilih kasih si mc najes 🗿
2025-02-07
0
Pierany Prahasiwie
mana nafasnya????????????
2024-03-31
0
penggemar_Uangkecil?!
.
2024-02-12
1