“Apa, untung satu juta lebih? Aku nggak salah denger bukan? Itu pendapatakan kali bukan keuntungan.” Ucap Brian tidak percaya dengan pernyataan Andi.
Andi menggelengkan kepalanya, menyangkal hal tersebut. “Itu beneran satu juta lebih. Itu aku udah potong buat bahan, kemasan bahkan buat aku juga menyisihkan buat bayar yang buat dessert box. Itu sama aja buat gaji karyawan bukan. Jadi, dari uang itu aku udah ngasih bagian ke Ibuku dan Amira yang udah bantu. Jadi satu juta itu adalah keuntungan bersih.”
“Gila. Ini bisnis kecilkan? Kok hari pertama jualan bisa untung segitu banyak.”
Andi mengangkat bahunya. “Aku juga nggak tau. Mungkin aku hoki aja. Banyak yang pesen dessert box, lalu Tantenya Dinda juga pesen banyak buat arisan di rumahnya. Ini tadi aku barusan nganter ke rumah dia. Sehari kemarin saja kita dapet pembayaran buat delapan puluh porsi. Jadi kita bisa dapet segitu.”
Ketika Andi mengatakan hal ini, Andi mendengar suara pemberitahuan dari ponselnya. Ia mengeceknya sebentar. Ia melihat beberapa pesan langsung yang diterima oleh akun sosial media produknya. Beberapa orang melakukan pemesanan di sana.
Andi kemudian menyerahkan ponselnya kepada Brian. “Lihat sendiri, aku biacara gini sama kamu aja udah ada pesenan baru. Produk dessert box kita makin dikenal dari mulut ke mulut. Aku tebak ini nggak akan lama lagi buat jadi besar. Setidaknya meski tiap hari akan ada pesanan masuk. Ini saatnya nyari karyawan buat ngurusin semuanya.”
Brian melihat satu persatu pesan langsung yang diterima oleh aku sosial media Lidah Manis. Ia menghitung jumlah pesanan yang ada di sana. Setiap orang setidaknya memesan dua porsi dari dessert box. Dan ini Brian melihat ada tiga orang yang memesan. Ini saja sudah sepuluh lebih pesanan.
“Ah kamu benar Bro. Kamu nggak akan punya waktu buat urusin yang lain kalo kamu nggak mendelegasikan semua ini ke karyawan. Lihat aja Papa dan Mamaku. Mereka sulit sekali mempercayakan bisnis mereka ke karyawan mereka. Jadinya mereka sibuk sendiri kayak nggak menikmatin hidup.”
Brian menganguk-anggukkan kepalanya sejenak sebelum memutuskan sesuatu. “Oke, kita akan buka toko fisik. Kita akan mencari beberapa karyawan. Aku akan minta tolong ke asisten Mama buat ngasih info tentang ruko yangs bagus buat bisnis kita.”
“Oke. Cari ruko yang bagus. Dananya nggak lebih dari dua puluh juta sebulan buat sewa rukonya. Segitu kayaknya kita bisa dapet ruko yang strategis.”
Setelah mendiskusikan semuanya dengan Brian, Andi pamit pulang. Masih ada pesanan yang perlu ia buat. Jadi Andi tidak bisa bersantai. Jika ia mempunyai karyawan pasti lebih enak. Ia mengecek pembukuan bulanan tanpa perlu memeras keringatnya seperti sekarang.
Mungkin ia bisa memberikan pekerjaan tetap kepada ibunya dari hal ini. Ia bisa menjadikan ibunya penanggungjawab toko. Dengan begitu, ibunya akan memiliki pendapatan tetap tiap bulannya. Andi juga bisa menjadikan ayahnya penanggung jawab pengantaran pesanan. Entah nanti ayahnya sendiri yang akan mengantar semua pesanan atau meminta temannya sesama pengemudi ojek online, semua akan Andi serahkan kepada Ayahnya.
Dengan begini setidaknya pendapatan orangtuanya akan semakin bertambah.
*****
Andi menyerahkan selembar uang seratus ribu dan lima puluh ribu kepada Anisa dan selembar uang lima puluh ribu dan selembar uang dua puluh ribu kepada Amira. Itu adalah bagian yang mereka terima dari hasil kerja selama membantunya membuat dessert box.
“Nah itu semua bagian dari ibu sama Amira.”
“Apa ini nggak kebanyakan Nak?”
Andi menggeleng pelan. “Nggak Bu. Itu emang udah jadi bagian ibu segitu. Aku udah nyisihin jatah untuk tenaga kerja. Hasilnya untuk pesanan hari minggu kemarin dan hari ini adalah segitu. Aku dan Brian udah sepakat dengan presentase segini. Jadi ibu nggak perlu sungkan.”
Sebenarnya, yang membuat semua rincian tersebut adalah Andi. Hanya saja Andi sudah mencetak rincian tersebut dan menunjukkannnya kepada Brian. Selagi Brian menyetujuinya, berarti tidak salah jika Andi mengatakan bahwa ini sudah mereka berdua setujui.
“Baiklah kalo emang semuanya udah kamu perhitungkan baik-baik. Tapi ini beneran nggak ngerugiin kamu kan?” Anisa memastikan sekali lagi.
“Nggak bu. Aku nggak rugi kok. Itu hak ibu sama Amira.”
Mendengar penjelasan Andi, Amira tersenyum kegirangan. Ia tidak menyangka bisa mendapatkan uang sebanyak ini dari hasil membantu kakaknya. Jika begini ia bisa menabung untuk membeli album musik dari idolanya.
“Yeah, makasih Kak Andi. Kalo dapet uang sebanyak ini, sering-sering deh minta bantuan aku. Aku siap membantu.”
“Lah aku nggak dapet?” Arfan yang juga berada di meja makan itu ikut nimbrung dalam percakapan keluarganya. Ia merasa iri karena Andi hanya mmeberikan uang kepada ibu dan kaka perempuannya, sementara dirinya tidak mendapatkan apapun.
“Kak Andi lagi ngasih gaji ke ibu dan Amira. Kalo kamu minta gaji ya kerja, bantuin Kak Andi waktu bikin dessert box. Kan kamu nggak kerja sama sekali.”
Mata Arfan terlihat sedikit berkaca-kaca. Sepertinya anak laki-laki itu akan menangis karena merasa Andi mengesampingkan dirinya. “Kak Andi jahat. Pilih kasih, nggak adil.” Ucap Andi dengan suara bergetar.
Melihat hal itu Andi tertawa. “Hahahaha. Gitu aja udahs mau nangis. Kan emang Kak Andi tadi lagi bagiin gaji yang harus ibu dan Amira terima. Kalo kamu nggak bantuin ya nggak dapet.”
Mendengar hal itu Arfan terlihat akan segera menangis. Anisa yang melihat hal itu mencoba menengahi kedua putranya itu. “Udah Arfan, nggak usah nangis kayak gitu. Apa yang kakak kamu bilang itus emang benar. Kamu akan mendapatkan imbalan sebesar usaha yang kamu lakukan. Ibu lebih banyak bantuin Kak Andi daripada Kak Amira. Jadi uang ibu lebih banyak dari Kak Amira. Karna kamu nggak ngelakuin apapun, kamu nggak berhak meminta imbalan.” Jelas Amira.
Mendengar penjelasan ibunya, bukannya memahami maksud perkataan tersebut Arfan malah menganggap ibunya berpihak pada kakaknya. “Huwaaa…. Kalian semua jahat, ibu juga belain Kak Andi mulu. Huwaaa….” Arfan mulai menangis.
“Hey, Kak Andi belom selesai bicara. Itu tadi pembagian gaji. Sekarang pembagian uang yang mau Kak Andi kasih untuk keluarga.” Andi kembali mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan lima puluh ribuan dari dalam dompet yang jarang ia gunakan.
Ia menyodorkan satu lembar kepada Arfan, satu lembar kepada Amira. “Nah itu jatah untuk adik-adikku. Pergunakan uangnya baik-baik. Kalo bisa ditabung aja uangnya. Udah jangan nangis Arfan. Masak udah mau SMP masih aja nangis. Kaya cewe aja ih.”
Arfan menghapus air mata di pipinya. “Ini beneran buat aku? Kak Andi nggak boleh ambil balik uangnya.” Setelah berucap demikian Arfan bangkit dari tempat duduknya dan berlari menuju kamar. Anak laki-laki itu seolah takut Andi akan mengurungkan niatnya memberi uang kepadanya dan mengambil kembali satu lembar uang pecahan lima puluh ribuan.
“Kamu inis senang banget godain Arfan. Jangan terus-terusan digoda kayak gitu. Udah tau adeknya cengeng masih aja digodain.”
“Alah ibu juga godain suka godain Arfan aja. Hahaha.” Andi tertawa pelan.
“Kamu ngasih uang segitu ke adik-adikmu apa nggak kebanyakan?”
Andi menggeleng pelan. “Nggak kok bu. Aku juga nggak sering-sering juga ngasihnya. Yang ini buat ibu.” Andi menyerahkan lima lembar uang pecahan lima puluh ribuan. “Itu adalah uang pertama yang aku hasilkan dari keringatku sendiri. Jadi ibu terima ya. Aku pengen ngasih sebagian gaji pertamaku untuk ibu, jadi jangan ditolak.”
Sebenarnya Andi ingin memberikan uang yang lebih besar daripada ini. Tetapi orangtuanya pasti akan menolak. Mereka akan berpikir Andi menyerahkan semua uang hasilnya berjualan jika ia memberikan lebih dari itu. Andi belum menemukan alasan yang pas agar bisa memberikan uang yang banyak keapda kedua orangtuanya.
Ia tidak bisa begitu saja mengatakan bahwa ini ia dapatkan dari nomer togel bukan? Jika demikian bisa-bisa ibunya akan menggoroknya. Orangtuanya sudah melarang keras mereka untuk berjudi, apapun itu bentuknya. Jadi Andi perlu menemukan alasan yang cocok. Dan tentu saja sumber uang tersebut harus berasal dari yang halal.
Mungkin nantinya Andi akan memberikan kepada ibunya sedikit lebih sedikit. Bukankah Andi berniat menjadikan ibunya penanggungjawab tokonya? Jadi, ibunya bisa mengetahui perkembangan bisnis milik Andi. Dengan begitu Andi bisa memberikan uang yang lebih kepada ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
Tian Tianto
mantap
2023-04-18
1
Jumsan Nande
andai usahaku selaris dan semudah itu,,,,menghayal😅😅😅😅
2022-01-17
0
UPIN IPIN
Arfan cengeng tapi Andi suka godain adiknya, benar-benar ya😁😁😁
2021-11-28
0