“Bos Jony kami sudah melaksanakan tugas yang Bos berikan kepada kami. Kami duah menghancurkan sepeda si cecunguk itu. Aku yakin dia tidak akan lagi bisa menggunakan sepeda itu lagi.” Lapor salah satu anak yang Jony suruh menghancurkan sepeda milik Andi.
Mendengar hal itu, Jony menyeringai lebar. “Bagus. Kalian berhasil melakukannya dengan baik.” Pemuda itu kemudian mengeluarkan empat lembar uang seratus ribuan dari dompetnya. Ia lalu menyerahkan uang itu kepada salah satu anak yang sudah ia beri tugas.
“Itu untuk kalian berdua. Sesuai dengan janjiku. Jika kalian ingin membantu menghajar anak itu tidak masalah. Aku juga akan membayar kalian. Untuk kalian semua, jika aku puas dengan hasil kerja kalian hari ini, aku akan menmbahkan uang seratus ribu untuk setiap orang. Jadi kalian bisa mendapatkan tiga ratus ribu rupiah.”
Jony mengedarkan pandangannya kepada anak buahnya. Ia melihat mata mereka berbinar ketika mengetahui bahwa Jony akan menaikkan bayaran mereka. Ini yang Jony sukai. Asalkan ada uang semua bisa dilakukan. Bahkan menghajar orang lain saja kita tidak perlu menggerakkan tangan. Cukup keluarkan sedikit uang dan semuanya akan beres.
“Siapapun yang berhasil memberikan pukulan paling banyak kepada cecunguk itu, akan aku beri tambahan uang satu juta rupiah. Kalian dengar itu.”
“Tentu Bos Jony.” Salah seorang menjawab dengan mata yang berbinar.
Mendapatkan satu juta hanya dengan menghajar seseorang, tentu siapapun mau melakukan hal itu. Apalagi bagi anak seusia mereka. Uang satu juta cukup banyak bagi mereka. Dengan uang itu mereka bisa bersenang-senang. Setidaknya mereka tidak perlu memikirkan pengeluaran karena uang yang mereka pakai adalah uang yang sangat mudah untuk didapatkan. Jadi tidak salah jika mereka cepat menghabiskan uang itu.
Jony menganggukkan kepalanya, puas dengan jawaban mereka. “Baiklah. Kalian bersembilan tunggulah di sini. Aku yakin cecunguk itu akan lewat sini nantinya. Jadi kalian bisa menyergapnya di sini. Aku akan menunggu kabar dari kalian di tempat biasa. Kalian bereskan cecunguk itu secepatnya sebelum ada warga yang melihat dan melaporkan hal ini ke polisi. Mengerti?”
“Siap Bos Jony. Tenang saja kami akan menghajar anak itu secepat mungkin. Kami akan menggunakan tenaga penuh dalam menghajarnya. Dengan begitu ia akan lebih cepat babak belur. Ada sembilan orang di sini, sudah jelas kami bisa menghajarnya dengan cepat. Kau bisa tenang menunggu di dalam mobilmu yang dingin. Kau tinggal tunggu kabar dari kami saja Bos Jony.”
“Bagus.”
Setelah itu, Jony berjalan meninggalkan antek-anteknya. Pemuda itu kemudian berjalan menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana. Semua tugas sudah ia berikan kepada bawahannya. Sebagai Bos yang baik, Jony hanya tinggal menunggu di kafe langganannya.
Daripada menunggus dengan penuh kebosanan di sini, lebih baik ia nongkrong sembari minum kopi. Itu jauh lebih menyenangkan daripada melihat perkelahian siswa SMA yang terlihat sangat amatiran. Bagi Jony, jika ia ingin menonton sebuah perkelahian, lebih baik ia menonton seorang professional dari pada amatiran seperti mereka. Pertandingan tinju atau MMA misalnya, itu jauh lebih menyenangkan dari pada perkelahian anak SMA.
*****
Andi sudah menyelesaikan semua proses pengembalian buku. Setelah ini ia bisa langsung pulang. Setelah ujian akhir, Andi memang perlu lagi datang ke sekolah terlalu sering. Mungkin dia akan ke sekolah jika ada hal yang mengharuskannya datang. Mungkin kedepannya Andi hanya akan datang ke sekolah satu kali dalam seminggu.
Ketika Andi akan menuju parkiran, di lorong kelas ia berpapasan dengan Dinda yang kini membawa totebag berisikan buku-buku. “Hey, And. Udah selesai ngembaliin bukunya?”
“Ya udah selesai. Kamu baru mau ngembailiin ya?” Andi melirik buku-bukus milik Dinda. “Perlu bantuan buat bawain ini? Kelihatannya berat.”
Dinda menggelengkan kepalanya. “Segini nggak terlalu berat. Itung-itung olahraga aja. Oh ya, pesenan dessert box buatanmu lagi rame nggak?”
“Ehm, nggak terlalu sih. Meski nggak sebanyak di awal tetapi masih ada aja yang pesen. Makasih ya udah bantu promosiin. Beberapa pelanggan pesen dessert boxku karena kamu udah bantu promosiin.”
Dinda melambaikan sebelah tanggannya yang kosong. “Nggak masalah. Itulah gunanya teman.”
‘Iya teman.’ Gumam Andi dalam hati.
“Oh ya, hari minggu besok ada arisan temen-temen Mama di rumah. Katanya sih Mama mau pesen dessert box punyamu. Tapi nggak tau lagi sih, jadi apa enggak pake dessert box buatanmu.”
“Kabari aja kalo jadi pesen. Kamu bisa kirim aku pesan langsung mau pesen berapa varian apa aja.”
“Oke aku bakal ngabarin kamu kalo emang jadi.”
“Aku duluan ya Din.”
Andi berjalan menuju parkiran dengan sebuah senyum lebar menghiasi bibirnya. Bagaimana tidak kemungkinan dia akan mendapatkan pesanan besar dari Dinda. Jika untuk arisan, sudah jelas pesanannya lebih dari dua puluh porsi. Itu termasuk jumlah yang cukup besar bagi bisnis kecil Andi.
Senyum lebar Andi tiba-tiba menghilang ketika pemuda itu sampai di parkiran. Ia melihat sepedanya hancur. Ada seseorang yang menyayat-nyayat ban sepedanya hinga tidak berbentuk. Sadel sepedanya juga tidak lolos dari sayatan benda tajam. Tidak hanya itu saja, jeruji sepedanya dibengkokkan kesana kemari, yang membuat besi rodanya tidak lagi berbentuk bundar.
Sepeda milik Andi kini sudah tidak lagi bisa disebut dengan sepeda. Ini lebih tepat jika disebut dengan besi rongsokan. Perbuatan kali ini sudah melewati batas kesabaran Andi. Jika saja itu hanya mengempesi ban sepedanya, Andi masih bisa menuntun ke tukang tambal ban untuk mempompanya, atau kalau bannya bocor ia bisa menambalnya. Tetapi ini sudah keterlaluan.
Andi bisa menebak siapa pelakunya. Bukankah dirinya tadi memiliki sedikit konflik dengan Jony? Pasti ini semua ulah Jony dan antek-anteknya. Jika mereka tidak Andi beri pelajaran, mereka pasti akan terus menindasnya. Selama ini Andi diam bukan karena dirinya tidak berani. Tetapi dirinya tidak mau membuat terlalu banyak masalah dengan sering berkelahi.
Jika sudah seperti ini, ini sama saja Jony mengirimkan undangan perkelahian kepada Andi. Ia bukan lah laki-laki jika tetap diam setelah dirinya diperlakukan sejauh ini oleh Jony. Andi melirik pos satpam yang sekolahnya. Pos itu kosong.
Sudah Andi duga. Satpam di sekolahnya ini termasuk satpam yang memakan gaji buta. Apalagi tempat Andi memarkirkan sepedanya merupakan gerbang belakang sekolah yang tidak banyak dilewati tamu. Hal itu membuat satpam yang berjaga di gerbang belakang sekolah sering meninggalkan pos jaga.
Kekosongan pos satpam pasti dimanfaatkan oleh antek-antek Jony untuk menghancurkan sepedanya. Apalagi parkiran ini tidak memiliki CCTV. Hal itu menambah keberanian dari antek-antek Jony untuk menghancurkan sepeda milik Andi.
Siapapun itu yang sudah menghancurkan sepeda miliknya, pasti akan Andi balas. Ini adalah sepeda yang dibelikan oleh ayahnya setelah bekerja lembur di tengah hujan yang deras. Bagi Andi sepeda ini adalah hal yang sangat berharga baginya. Bahkan semua uang yang diberikan oleh sistem kepadanya tidak sepadan dengan nilai dari sepeda ini di mata Andi.
Andi menarik nafas panjang. Ia perlu menenangkan diri terlebih dahulu. Andi tidak ingin emosinya yang meluap-luap membuatnya bertindak gegabah. Meski ia ingin membalaskan semua ini, ia perlu melakukannya dengan rapi.
Yang perlu Andi pikirkan saat ini adalah memilih tempat yang tepat agar tidak ada saksi yang melihatnya menghajar Jony dan antek-anteknya. Jika ada saksi, maka urusan ini akan berjalan cukup panjang. Tangan Andi sudah lama tidak ia pakai untuk memukul seseorang. Jadi sudah jelas bahwa setelah ini orang yang ia hajar akan merasakan rasa sakit yang cukup tinggi karena dirinya akan menggunakan tenaga penuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
ran
sudah kali bos bukan duah🤨🤨🤨🤨
2023-04-21
0
Ghiets'Enay
kayak nya gw terlalu terburu buru muji antagonis dipart sebelumnya.
antagonis tetaplah antagonis 😳😳😤😤😤
2022-02-24
2
Skyte
bakalan rame ni
2022-01-23
1